Empty

463 27 3
                                    

Loh mas Adnan udah pulang juga?" Tanya bi Siti ketika melihat Adnan yang sudah membuka sepatu kerjanya.

"Iya bi, gak enak badan. Emang siapa lagi yang udah pulang?" Tanya Adnan saat mendengar kata juga dari bi Siti, yang berarti seseorang dirumah ini ada yang pulang lebih dulu sebelum dirinya.

"Mba Kanya mas, barusan ke kamar. Mau bibi bikinin air jahe gak? Biar enakan." Tawar bi Siti.

"Boleh deh bi, tolong antarin ke atas boleh bi? Aku mau langsung ke kamar. Kedinginan bi" Jawab Adnan yang wajahnya sudah tampak pucat.

"Boleh mas, ke atas dulu aja. Nanti bibi bawain."

"Makasih bii" Ucap Adnan yang langsung berlalu dari hadapan bi Siti.

Setelah itu bi Siti menuju dapur dan mulai merebus jahe dan berbagai rempah lainya yang biasanya ia seduh ketika demam. Saat hendak menghidupkan kompor, bi Siti terkejut ketika sebuah bunyi nyaring mengejutkannya.

"Astaga! Naoonnn-"

Lalu sekuat yang ia bisa, bi Siti berlari menuju ruang tengah dan mendapati Brian dengan wajah yang menegang dan tampilannya yang kusut berjalan masuk ke rumah.

"Ya tuhan! Mas Brian! Bikin kaget bibi aja, ini kenapa wajahnya merah? Mas Brian sakit juga?" Tanya bi Siti yang tidak tahu bahwa wajah Brian memerah bukan lantaran sakit, tetapi karena amarah yang sedari tadi dipendamnya.

"Mana Kanya bi?" Ucapnya dengan nada rendah dan berat.

Menyadari bahwa Brian tidak sakit, membuat bi Siti merinding mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Brian. Hawa yang dibawanya pun tampak berbeda. "A-ada di kamar mas" Jawab bi Siti yang mulai terbatah saat melihat sorot mata Brian yang tampak tajam dan tak tenang. Badan wanita paruh baya itu mengindar ketika Brian berjalan di depannya, entah kenapa ia jadi tiba-tiba ketakutan dan khawatir pada Kanya. Sehingga, ia pun mengekori langkah Brian di belakang.

Namun langkah Brian terhenti ketika Kanya, orang yang tadi ia tanyakan kepada bi Siti sudah ada di depan matanya.

Wanita itu tersenyum ke arah Brian dengan pakaian yang sudah berganti dengan pakaian yang lebih santai dan tidak lagi formal seperti yang ia kenakan tadi pagi. Kanya tampaknya sudah siap untuk diajak pergi kencan oleh Brian hari ini. Namun seketika senyumnya hilang, saat melihat tatapan tajam Brian sambil berjalan ke arahnya.

Aroma parfum Kanya yang terhidu oleh Brian dan sedikit menghipnotisnya untuk membawa tubuh gadis itu kedalam pelukan dan menangis sejadi-jadinya atas rasa kecewa yang kini tengah ia rasakan. Tetapi, bukan hal tersebut yang dilakukan Brian, melainkan menarik tubuh Kanya ke depan dan mencengeram kuat bahu wanita itu.

"Kenapa? Kenapa Kanya?!" Ucap Brian to the point dan intonasi suaranya sudah meninggi serta tubuh Kanya yang ia goncang-goncang.

"Astaga mas Brian!" Ucap bi Siti yang melihat tindakan Brian barusan.

"K-kenapa apanya kak?" Tanya Kanya yang tebatah karena rasa panik dan takut lebih dulu menyerangnya saat melihat tatapan tajam milik Brian.

"Kenapa 4 tahun yang lalu kamu pergi tanpa penjelasan!" Tanya Brian yang nada suaranya makin meninggi.

"K-kak, kamu, kamu gak pernah nanya itu sebelumnya. And i think you are fine." Jawab Kanya.

"Fine? Hahaha. Terus ini apa, huh?" Brian menghadapkan handphonnya tepat di depan wajah Kanya dan memperlihatkan foto-foto yang tadi ia dapatkan.

Kanya tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya, ia tidak buta dan bisa melihat dengan jelas disana ada beberapa foto USG miliknya dan foto lain ketika ia sedang hamil. Seketika matanya memanas dan bingung harus menjelaskannya dari mana.

Lost and lostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang