Mobil sport milik Brian terpakir dengan gagah di depan kontrakan Kanya. Walau tampak janggal jika mobil mewah berharga milayaran tersebut berada disana, sebab baik Kanya maupun Naira tidak ada yang mengendarai mobil.
"Kak mampir dulu gak?" Tawar Kanya pada Brian. Mungkin hanya untuk sekedar basa-basi?
"Boleh" Ucap Brian singkat tanpa menatap Kanya. Ternyata tawaran basa-basi Kanya disetujui oleh Brian.
Lalu keduanya pergi masuk ke dalam rumah. Kebetulan sekali hari ini Naira mendapatkan kerja pada shift malam. Yang berarti di dalam rumah tersebut hanya ada Kanya dan Brian.
"Naira mana?" Brian bertanya sambil mengikuti langkah Kanya ke dapur.
"Dia kerja, hari ini paling lembur."
"Oh ya? Kerja dimana?"
"Di restaurant. Sixtyone yang searah sama tempat kita belanja tadi." Perempuan itu membelakangi Brian sambil mengambil beberapa toples.
Mendengar hal tersebut, membuat langkah Brian terhenti, teringat bahwa restaurant itu adalah tempat dimana pertama kali ia melihat Kanya setelah 3 tahun lamanya. Berarti benar yang di lihatnya malam itu adalah Kanya.
Lalu kembali melangkahkan kaki nya kearah depan, Kanya dengan posisi yang masih membelakangi Brian dan sibuk memindahkan lauk yang diberikan oleh bi Siti tadi.
Kanya membalikkan badan dan terkejut saat mendapati Brian berdiri di depannya. Kanya baru menyadari bahwa ternyata Brian mengikutinya sampai ke dapur.
"E-eh kak Brian, aku pikir kakak udah nunggu di ruang tamu tadi." Kanya berusaha semaksimal mungkin melewati kegugupannya.
"Kamu gak nyuruh aku duduk disana, jadi aku ikutin kamu sampe sini." Ucap Brian sambil menunjuk lantai dapur tempat ia berdiri sekarang. "Aku pernah liat kamu di restaurant itu. Sehari sebelum kita ketemu di kantor." Sambungnya.
Kanya mendongak menatap Brian"Benarkah?" Ucapnya dalam hati. Brian bukan tipe orang yang suka berbohong. Sehingga bisa di pastikan bahwa ucapannya barusan adalah benar adanya.
Brian membalas tatapan Kanya. Menyatukan arah pandang mereka. Sial, karena Brian tampaknya harus menahan diri agar tidak membawa perempuan di depannya ini kedalam pelukan, setelah melihat Kanya dengan jarak yang begitu dekat dan disini hanya ada mereka berdua. Ia benar-benar ingin mengatakan bahwa ia sangat rindu!
Semua perasaan cinta nya pada Kanya yang sempat ingin ia tinggalkan, nyatanya terkumpul kembali saat melihat sosok Kanya di depannya malam ini.
"Kak... duduk diruang tamu yuk" Ajak Kanya mencoba mengikis suasana "aneh" antara ia dan Brian. Mungkin pindah ke ruang tengah akan menjadi pilihan terbaik.
Lalu dengan segera Kanya berjalan mendahului Brian. Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba saja badan Kanya menegang saat merasakan seseorang merengkuhnya dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Brian.
Ternyata pertahanan dirinya runtuh untuk tidak memeluk Kanya, dan jangan sampai lebih dari itu.
Kanya bergerak seperti meminta lepas dari Brian.
"Kanya please. Just 2 minutes." Ucapnya tepat di samping telinga Kanya.
Tangan Brian melingkar diperut Kanya dengan posesif sehingga tidak ada jarak diantara keduanya, dan kini wajah Brian ia letakkan di bahu perempuan itu. Kanya meremang mendapati perlakuan Brian kepadanya, pening juga rasanya karena sentuhan Brian ini. Seharian ini Brian selalu membuat jantungnya berdetak tak karuan saat mereka berdekatan.
Jujur, Kanya merasa nyaman direngkuh seperti ini oleh Brian. Ia pun merindukan Brian. Namun tidak bisa menyampaikan nya langsung karena terlalu malu. Bertemu kembali dengan Brian saja tak pernah ia bayangkan apalagi sampai melakukan adegan pelukan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and lost
Romance[21+] Bagaimana rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya? Ditinggal bukan karena ia memilih orang lain. Bukan karena ia sudah bosan. Bukan karena ia ingin istiqomah bukan juga karena ingin fokus belajar untuk ujian. Lalu untuk apa? Dan karena a...