Imagination

1.5K 51 0
                                    

Pagi ini udara terasa begitu dingin, sebab semalam hujan deras mengguyur kota Jakarta. Brian mengenakan sweater putih keluaran salah satu brand ternama, louis vuitton. Seperti biasa, ia selalu terlihat cocok dan gagah dengan pakaian yang dikenakannya.

Disebelahanya duduk seorang Adnan dengan sweater hitam pekat miliknya. Adnan pun sama gagahnya seperti Brian. Lalu dua orang lagi Bi siti dan Pak Rudi yang juga sudah bersiap akan berangkat ke bandara menuju Australia.

"Sayang,jangan lupa pulang kerumah yaa. Mama gak tau mau nunggu siapa lagi buat pulang kalau bukan kamu?" Ramita menatap sendu sambil mengusap air matanya sendiri saat melihat sang anak akan pergi meninggalkan rumah ini.

"Iya maa... nanti kalau urusannya cepat kelar aku pasti pulang ke sini buat jenguk mama papa" Brian memeluk ibu nya sambil mengecup kening wanita itu dalam.
"Pa jaga kesehatan ya. Brian pamit dulu" Brian pindah memeluk sang ayah yang juga terlihat memendam kesedihannya melepas Brian pergi.

"Sure. Take care son." Ucap Sams yang kini membalas pelukan Brian tak kala eratnya. "Oh ya papa hampir kelupaan sesuatu, kamu ingat Naira kan? Adik tingkat kamu yang papanya relasi bisnis kita?"

Brian manggut-manggut sambil menatap papanya. Mana mungkin ia lupa kepada Naira yang merupakan sahabat karib Kanya dan salah satu target Brian untuk ditanyai dimana keberadaan Kanya setelah perempuan itu menghilang.

"Nah ini. Papa nya nitip ini ke kamu. Dia tinggal di pusat kota di Australia jadi gak akan susah kamu nyari dia." Ucap Sams sambil menyodorkan sebuah kotak yang tadi diambilnya pada meja sebelah ia berdiri. Diatasnya sudah tertera alamat lengkap Naira.

Kini semuanya sudah berada di dalam pesawat. Brian mengambil ponselnya dan mengecek email semalam yang ia kirim. Meski tau bahwa Kanya tak akan membalas email tersebut, namun selalu saja terbesit harapan Brian mengenai keberadaan perempuan itu. Pesan tersebut masih tertera pada pilihan "terkirim" di emailnya.

Brian nampak tetap tenang duduk di bangku pesawat. Sambil melirik kearah luar jendela, setelah sekilas membaca pesan-pesan yang pernah ia kirim ke Kanya, ia berpikir bahwa tidak mungkin terus-terusan mengharapkan Kanya kembali karena sungguh 3 tahun terakhir segala macam cara sudah ia lalukan untuk mencari tahu dimana keberadaan Kanya.

_______________________________

3 tahun yang lalu

Saat itu diawal-awal kepergian Kanya, ia langsung mendatangi keluarga Kanya dan bertanya dimana perempuan itu berada. Berbekal informasi dari keluarga Kanya yang mengatakan bahwa ia di Amerika membuat Brian langsung mencari tahu, segala cara telah dilakukan sampai harus diam-diam menyewa detektif di Amerika. Namun nihil, tak satupun informasi mengenai Kanya yang ia dapatkan.

Brian juga sempat menyewa preman-preman pasar untuk mencari Kanya. Sebab entah bagaimana, ia merasa bahwa keluarga Kanya menyembunyikan sesuatu dari nya. Awalnya proses pencarian dengan bantuan preman pasar tersebut berjalan aman. Sampai akhirnya ternyata Brian dijebak dan dipalak habis-habisan. Ia dikeroyok sampai hampir ditusuk pada bagian bawah dada kirinya.

"Hajar aja udah sampe mampus!!!" Ujar seorang pria bertubuh kekar kepada teman-temannya yang kini sedang menyerangi tubuh Brian dengan pukulan.

"Udah!udah! Dia anak orang kaya, bisa mampus kita kalau hajar dia sampe mati!" Yang lainnya menanggapi melihat Brian tidak henti-hentinya dipukuli.

Semua preman-preman itu bubar mendorong tubuh Brian sampai ia benar-benar tumbang. Namun, saat Brian hendak berdiri dengan menahan semua rasa sakit ditubuhnya, seseorang entah dari arah mana mengarahkan sebuah pisau ke arah perutnya. Dengan kekuatan seadanya Brian menghindari pisau tersebut, walau tetap saja pisau itu menyayat bagian bawah kiri dadanya.

Lost and lostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang