Only (⚠️)

2.7K 47 0
                                    

MOHON PERHATIAN BAB INI MENGANDUNG GETARAN BERTEGANGAN SEDANG

_______________________________

Brian menyingkirkan rambut Kanya yang menutupi wajahnya akibat dari angin malam ini. Menepikannya ke belakang daun telinga perempuan tersebut. Brian tau apa yang akan terjadi selanjutnya, pun begitu dengan Kanya. Tapi antara mereka berdua tak satupun yang mengambil tindakan untuk pergi dari balkon kamar Brian.

Brian mengecup kening Kanya dengan lembut. Dan entah bisikan dari mana, Kanya malah menutup mata. Membuat suasana malam ini semakin intim untuk keduanya. Kanya membuka matanya kembali saat merasakan bibir Brian kini mencium tangannya. Lelaki itu tersenyum. Senyuman itu dulu selalu ia lihat setiap hari, perlakuan manis Brian seperti ini, selalu ia dapatkan dulu setiap hari. Tapi semua berubah hanya karena keputusannya yang memilih untuk pergi. Andai dulu ia tak memilih pergi begitu saja. Mungkin sekarang mereka sudah hidup bahagia.

Mengingat hal tersebut, Kanya langsung bangkit dari duduknya. Seperti di tampar, kesadaran kembali ikut masuk ke dalam dirinya. Bodoh sekali ia malah membayangkan kisah romantis bersama Brian padahal ia sendirilah yang menyudahi cerita indah tersebut. Ia mendorong kuat tubuh Brian dan berlari untuk keluar kamar. Langkah Kanya sudah sampai di depan pintu kamar,
namun sebelum tangannya memegang handle pintu, Brian lebih dulu merengkuh tubuh Kanya dari belakang untuk ia peluk. Kanya meronta di dalam kungkungan Brian, meminta untuk di lepaskan. Tapi nyatanya Brian tak memberikan apa yang Kanya mau.

"Lepas! Lepasin aku!" Kanya berteriak sejadi-jadinya dan saat itu pula lah pelukan Brian makin menguat. "Brian, please." Ucapnya lemah.

Brian malah membalikkan tubuh Kanya menghadap ke arahnya. Mata perempuan tersebut tampak sendu menahan tangis. Wajahnya memerah. Brian mengusap pelan pipi Kanya, saat mata perempuan tersebut sudah mengeluarkan bulir beningnya. Kanya menangis.

Kanya merasa payah dan lemah. Hanya karena perlakuan Brian padanya saat ini. Tenaganya untuk memberontak seperti menghilang entah kemana.

"Sstt... don't cry." Suara berat itu berusaha memenangkan perempuan yang sedang menangis di hadapannya. Mungkin Brian tidak tau bahwa jika manusia di larang untuk melakukan sesuatu, ia malah akan melakukannya. Dan sekarang, bukannya berhenti menangis, Kanya malah menangis tersedu-sedu di hadapan Brian.

Brian membawa Kanya ke dalam peluknya. Sebenarnya, ia juga bingung kenapa Kanya pergi secara tiba-tiba. Seperti ada perasaan yang takut, padahal sebelumnya mereka baik-baik saja. Dalam lubuk hati Brian, ia ingin hubungan mereka seperti dulu lagi. Mengingat bahwa Brian memang tidak pernah mampu untuk melupakan Kanya.

Kanya, perempuan itu kini sudah tampak tenang dalam pelukan Brian. Punggungnya di usap pelan. Lain hal nya dengan Brian yang ingin hubungan mereka kembali, Kanya justru takut jika hubungan mereka terjalin lebih dari sekedar atasan dan bawahan.

"Jangan pergi" Satu kalimat yang meluncur dari mulut Brian mampu membuat kepala Kanya tertunduk lemah. Brian melepaskan pelukannya pada Kanya, memegang bahu perempuan tersebut dan menatapnya. "Aku gak tau kenapa kamu tiba-tiba begini, kalau memang 4 tahun yang lalu itu kamu pergi karena aku, aku minta maaf."

Perlahan Kanya ikut menatap Brian. Lelaki ini malah minta maaf padanya. Padahal sudah jelas-jelas bahwa ia lah orang yang dengan lancang membuat hubungan mereka berakhir tanpa penjelasan apa pun.

"Do you still love me?" Pertanyaan Brian berhasil membuat Kanya mendongakkan kepalanya. Mereka bertatapan cukup lama sebelum akhirnya Kanya menggeleng pelan.

"Okay let's see"

Brian menempelkan dahinya ke dahi Kanya. Dan pada detik berikutnya Brian mulai mengambil tindakan dengan meraih tengkuk Kanya serta mengikis kembali jarak antara mereka. Brian mencium pelan bibir Kanya. Lelaki itu melirik ke arah Kanya yang kini sudah menutup matanya. Oke, berarti dia sudah mendapatkan izin.

Lost and lostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang