Seorang wanita cantik tengah tersenyum senang seraya menggenggam ponsel miliknya sedari tadi. Tampaknya Nadine akan menyewa lebih lama lagi apartement yang kini ia tempatkan, karena kini job desk nya bertambah, yaitu memisahkan Brian dan Kanya.
Nadine menatap foto seseorang di dalam handphone. Ia kembali menghisap sebatang rokok yang menyelip diantara jari-jari panjangnya. Berkali-kali wanita itu menggeser layar handphone, dan berhenti pada satu foto seorang lelaki yang sangat ia ketahui siapa orangnya, sebab beberapa tahun yang lalu saat pertama kali Nadine dan Brian bertemu lewat kontrak kerja, lelaki itu juga ada disana, dan secara tidak langsung mereka juga saling terikat dalam urusan pekerjaan. Senyum Nadine makin mengembang tat kala tangannya terus menggeser ke samping layar handphone tersebut. Ia menghembuskan asap rokok sambil mendongakkan kepalanya lalu tertawa sekeras yang ia mampu.
Nadine melanjutkan aktivitasnya dengan membuka aplikasi telepon di dalam handphone dan menekan tombol panggilan pada sebuah nomor yang tertera di layar.
"Hy handsome, do you remember me?" Tanpa babibu ia langsung menyapa lawan bicaramya di seberang sana.
Pria diseberang sana tak menjawab, ia malah tampak bingung dan memastikan bahwa nomor yang tak ia kenal ini bukan orang yang salah meneleponnya.
"No, i'm sorry." Jawab pria itu.
"Brandon, Brandon Radian Daner. Long time no see. Do you know? I miss you like fucking crazy" Balas Nadine.
"Sorry, i can't remember. So, who are you,lady?
Jawab Brandon."Kanya. Upppss, i mean Nadine. Can you remember me well? Like you remember and care with your bestfriend, Kanya?"
"Nadine? Brandon mencoba mengingat-ingat siapa wanita yang tengah malam ini memilih untuk meneleponnya ketimbang istirahat. Tak lama setelah itu, Brandon mengingat satu nama Nadine yang pernah ia kenal.
"Maaf tadi gue sempat gak ingat, Just make sure, ada keperluan apa tiba-tiba nelpon? Dan apa hubungannya sama Kanya?" Tanya Brandon yang bingung kenapa ucapan Nadine mengarah kepada Kanya.
"I just miss you little boy. Udah lama gak main-main sama loo." Balas Nadine yang kini sudah berada di depan cermin dan memandangi dirinya yang sedang tersenyum licik.
"Kita gak pernah main-main Nadine. Lo pernah di kontrak Brian, sepupu gue, untuk salah satu produk om Sams, kebetulan gue yang bantuin Brian, dan ketemu lo juga beberapa kali untuk profesionalitas kerja. So, we never played before." Ucap Brandon tegas.
"Ohh yaa? Gue lupa kalau kejadiannya memang seperti itu. Padahal gue pengen banget bisa main-main sama lo." Ucap Nadine yang terdengar sangat bermain-main.
"Just straight to the point Nadine." Balas Brandon tak ingin basa basi.
"Ouch, jangan gak ramah gitu dong Brandon ganteng. Gue cuman mau nanya beberapa pertanyaan sih ke elo."
Brandon hanya diam tak menanggapi.
"Lo suka kan sama Kanya? Pacar sepupu lo sendiri."
"Apasih gak jelas banget lo, udah ganggu jam istirahat orang, malah ngomong ngelantur gini." Balas Brandon.
"Menurut lo gue berani nelpon lo kayak gini, tanpa ada bukti gitu?"
"Hahaha sok tau banget sih lo." Brandon menghadiahi pertanyaan Nadine dengan tawa miliknya.
"Gue ada nih rekaman cctv lo nganterin Kanya ke bandara, disini tertera 24 April 2018 pukul 00:45, penerbangan ke Australia atas nama Anindia Kanya. Wahh wahh, lo sama Kanya emang cocok banget, kalian ahli tipu-menipu. Gila banget si Kanya bisa bilang ke orang tuanya dia ke Amerika, padalah dia di Australia selama ini. Pantesan aja Brian nyewa detektif di Amerika si Kanya gak ketemu, orang dia di Australia, kasian ya Brian di bego-begoin sama perempuan yang dia kejar mati-matian selama ini.
Brandon di seberang sana membeku mendengar pernyataan dari Nadine. Sudah sampai mana perempuan ini tau persoalan antara dirinya dan Kanya?
"Di dalam sini juga ada foto-foto lo ketemu Kanya beberapa kali selama dia di Australia, sampe akhirnya Kanya ketemu sama sahabatnya di rumah sakit. Saran gue yaa, Kalau lo suka sama Kanya ya bilang aja dari awal, gak usah pakek acara sok- sok an jadi pahlawan gini!
"Dari awal gue ketemu sama Kanya, kita pure berteman."
"Halahh, teman macam apa lo? Pakek acara bantuin temannya kabur dari pacar sendiri, mana pacarnya sepupu lo lagi! Lo juga pasti tau kan selama Kanya kabur, Brian kalang kabur nyariin tu cewek."
Brandon meremas kuat handphone nya, ia kesal mendengar semua pernyataan yang diberikan Nadine kepadanya. Bukan karena ia yang suka kepada Kanya, tetapi pada saat itu kondisinya memang tidak memungkinkan, dan saat itu jika Kanya membuka suara, maka semuanya akan berantakan.
Tetapi, dari mana perempuan gila ini bisa mendapatkan informasi sedetail itu? Siapa yang ia bayar untuk melakukan semua ini? Berapa banyak uang yang ia berikan kepada orang tersebut sehingga bisa menggali semua informasi beberapa tahun silam?
"Kira-kira kalau gue kasih tau Brian semuanya, reaksi dia gimana ya?" Ucap Nadine kembali membuka suara.
"Nadine, don't you dare!" Brandon menekan kalimatnya.
"Hahahahaha. Do you get the point little boy?" Suara tawa renyah milik Nadine membakar pendengaran Brandon. Jantungnya berpacu lebih cepat dari yang sebelumnya. Apa yang diinginkan wanita gila ini?
"Lo mau apa?" Tanya Brandon
"Gue suka sama Brian. Jadi, tolong jauhin sahabat lo itu dari Brian, terserah lo deh pakek cara apa, yang penting perempuan itu gak ganggu tujuan gue buat deketin Brian."
"Gue gak bisa, lo liat sendiri kan? Mereka udah pisah lama, tapi sekarang malah tambah lengket."
"Yah sayang banget, padahal lo gak punya pilihan lain selain pisahin mereka."
"Nadine! Lo tau gue gak disana gimana caranya?"
"Mana gue tau, yang gue mau cuma Brian jadi milik gue. Satu minggu, kalau Kanya gak pergi dari rumah itu, lo tau sendiri kan apa akibatnya?" Ancam Nadine yang langsung memutuskan sambungan telepon secara sepihak.
oooooo oooooo
Enjoyyy the show readerss hihi. Karena sebentar lagi kita akan memasuki part yang mendebarkan tetapi juga penuh dengan kasih di dalamnya.
Pencet tanda bintang atau minimal tinggalin jejaklah sayang- sayangkuuu, aku kan juga butuh support dari kalian. Haha si paling butuh support. Dah ah, enjoy guys!
Love you,
Xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and lost
Romance[21+] Bagaimana rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya? Ditinggal bukan karena ia memilih orang lain. Bukan karena ia sudah bosan. Bukan karena ia ingin istiqomah bukan juga karena ingin fokus belajar untuk ujian. Lalu untuk apa? Dan karena a...