Lovely

846 38 3
                                    

flashback 4 tahun lalu

Kanya terkejut bukan main saat melihat garis dua pada test pack yang kini tengah ia genggam. Seluruh poros bumi seolah menjauhi dan mengasingkannya. Kanya sebenarnya tak menyesali apa yang telah ia lakukan bersama Brian, hanya saja mengapa ia tak pandai untuk lebih berhati-hati? Dengan perasaan yang nelangsa Kanya menyimpan test pack tersebut ke dalam lemari dan mengambil handphone. Ia harus memberi tau Brian!

Sudah berulang kali Kanya menelepon Brian namun tak kunjung ada jawaban darinya. Lelaki itu tak bisa di hubungi sama sekali. Di hari berikutnya Kanya pergi ke kelas Brian, tetapi ia tak mendapati Brian di sana, hanya ada Adnan. 

"Kak Adnan, Brian mana?"

"Mungkin dia kecepean soalnya tadi malam sama gue, Brian, bareng anak-anak yang lain abis party."

Kanya terdiam saat mendengar ucapan Adnan. Bagaimana bisa seharian ia tak mengabari Kanya, sedangkan malamnya lelaki itu malah asyik bersama teman-temannya. Kanya akhirnya pamit dari hadapan Adnan. Ia memutuskan untuk pergi pergi ke apartemen Brian. Namun, sayang seribu sayang disana hanya ada bi Siti. Perempuan paruh baya itu mengatakan bahwa Brian dan keluarganya pergi berangkat ke Amerika karena keadaan ayah Brian, pak Samuel Distyn memburuk. Kanya mengetahui bahwa memang akhir-akhir ini Brian tengah sibuk membantu kedua orang tuanya di perusahaan karena keadaan ayahnya yang tengah sakit. Tapi, mengapa bahkan sebentar saja Brian tidak bisa memberi tahu kemana lelaki itu pergi. Di lain hal, Kanya tak ingin membebani Brian karena ia tau bahwa kini Brian pasti sedang memikirkan banyak hal. Tapi bagaimana dengan bayi tak berdosa ini? 

Dua minggu sudah Kanya tak bertemu Brian, bahkan sampai detik ini Brian juga tak memberinya kabar apapun. Entah sudah berapa pesan yang Kanya kirimkan kepada Brian, namun tak satupun terbalaskan. Kanya yang makin hari juga mulai merasakan tanda-tanda ibu hamil seperti morning sickness terpaksa harus ia tahan sendiri. Pernah satu pagi saat ia sedang sarapan bersama keluarganya, tiba-tiba rasa pening dan mual menyerangnya,untung saat itu ibu Kanya percaya bahwa ia hanya masuk angin. Jadi, Kanya tak perlu ke dokter saat di paksa oleh ibunya. 

Hari-hari berlalu, kehamilan Kanya memasuki minggu ke-4. Berarti sudah satu bulan ia dan Brian tak bertemu. Kanya bingung harus mencari tau bagaimana kabar Brian, bahkan Adnan, manusia itu selaku sahabat Brian juga tak bisa menghubunginya. Tetapi ia tak boleh egois, bagaimanapun, ia percaya bahwa Brian tak akan pergi darinya. 

Saat sedang menonton televisi di kamarnya, Kanya terkejut ketika presenter acara tersebut  menayangkan berita mengenai Samuel Distyn yang tak lain adalah ayah kandung Brian, di katakan bahwa beliau tersandung kasus korupsi. Dugaan lain menyebutkan bahwa kepergian Brian dan keluarganya ke Amerika adalah untuk menghindari kasus ini. Kanya bingung, entah rasa khawatir atau rindu yang lebih mendominasinya setelah melihat berita ini. 

Kanya memegangi dadanya yang berdebar, ia langsung mengambil handphone miliknya dan menghubungi Brian. Walaupun hasilnya sama seperti hari-hari kemarin, Brian tidak terhubung ke dalam panggilan itu. Kanya terkejut saat tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya, saat ia membuka pintu kamar, ia jauh lebih terkejut menemukan Brian di sana. 

Dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, Brian tampak memaksakan diri menemui Kanya. Lelaki itu jauh terlihat lebih kurus, matanya sayu dan penampilan yang tampak kusam. 

Brian menatap Kanya, dengan lirih ia berkata. "Papa koma."  Lalu brian menangis tertunduk di hadapan Kanya. 

Sebenarnya Kanya sudah menunggu hari ini, hari dimana ia akan bertemu dengan Brian dan menceritakan bagaimana kondisi yang ia alami sekarang. Tetapi, semuanya urung, saat air matanya juga ikut jatuh ketika Brian mulai menceritakan bagaiamana kondisi keluarganya belakangan ini. 

Pukul 7 malam Brian pamit kepada Kanya untuk pulang, ia tak mungkin berlama-lama meninggalkan mamanya sendirian di rumah sakit, sedang papanya tengah berjuang melawan koma. Setelah mengantarkan Brian keluar rumah, Kanya buru-buru mengambil test pack yang tadi ia taruh di dalam lemari, lalu membuangnya ke dalam tempat sampah. Perempuan itu buru-buru menelepon seseorang dan mulai membereskan semua pakaian miliknya. 

Kanya berharap bahwa pilihannya ini adalah pilihan yang benar, pilihan yang bisa membantu Brian, dan pilihan yang takkan ia sesali sampai kapanpun. Saat itu, untuk terakhir kalinya Brian melihat Kanya.

oooooo oooooo



Sekian dulu persembahan untuk subuh ini. Terima kasih yang menyempatkan waktunya untuk vote dan komen. love you pake banget!


with love,

xoxo

Lost and lostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang