SANJIWA PUTRI

654 29 5
                                    

Haii!

Cepak Cepak Jederrr

Berjumpa dengan aku nada

Hayo jangan lupa vote & komen yaa

Udah??

Cakep! Makasih buat yang udah vote sama komen ❤️

Hppy Reading!


"Jiwaa makan dulu sini sayang. Bunda udah masak kesukaan kamu nih," ujar wanita paruh baya yang kini sudah rapih dengan pakaian jas Kantornya.

Seorang Gadis turun dari tangga dengan menggunakan sandal bulu-bulu, serta piyama berwarna kuning bergambar pokemon. Gadis itu datang dengan langkah perlahan agar tidak jatuh, pasalnya ia masih mengantuk.

"Bunda mau kemana udah rapih aja?" tanya Gadis itu. Lalu ia menarik kursi dan duduk di samping Bundanya itu.

"Bunda harus berangkat pagi-pagi soalnya Bunda ada meeting penting." jawabnya wanita paruh baya dengan nada yang lembut.

Jiwa hanya menganggukan kepalanya. Sesekali ia kembali menguap. "Masih nguap aja sih," ditegur seperti itu membuat Jiwa menyengir kuda tidak berdosa.

"Masih pagi Bun," ujar Jiwa.

Sandini hanya bisa terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Jiwa ini memang seperti ini. Tidak pernah berubah sedikit pun. Masih pemalas, manja, ceroboh apalagi soal waktu. Hanya satu kelebihan yang Jiwa punya. Ia anaknya terlalu aktif. Ya begitulah dalam artian tidak bisa diam.

"Kamu jangan lupa loh. Besok kamu udah mulai masuk Kesekolah baru kamu." ujar Sandini mengingatkan.

"Males sekolah,Bund," balas Jiwa asal. Yang langsung mendapatkan timpukan centong nasi dari Bundanya.

"Aduh!! Sakit Bundaa," rengek Jiwa dengan nada yang disedih-sedihkan. Namun Bundanya sama sekali tidak perduli.

"Siapa yang ngajarin kamu kaya gitu Jiwa?!" Sandini berkacak pinggang dan menatap kearah anaknya itu.

Jiwa tertawa kering mendapatkan tatapan mematikan dari Sang Bunda. "Berjanda bun.. Jangan serius-serius entar ditinggalin lagi," celetuk Jiwa lagi. Semakin ngasal! Memang anak ini tidak pernah kapok mendapatkan terkaman dari singa.

"JIWA!!"

***

Pria dengan celana pendek berwarna hitam. Dan kaos distro berwarna putih kini tengah duduk dipinggir kolam berenang.

Langit. Pria itu bernama Langit. Cowok berwajah tampan dan sempurna. Dengan kulit yang putih, alis mata yang tebal dan bulu mata yang sangat lentik.

Pria itu kini memejamkan matanya seraya menaruh kakinya kedalam kolam. Langit memejamkan matanya. Hidupnya seakan sedang di hadapi kegelapan yang sangat kejam.

Sampai kapan? batin Pria itu.

Sesekali ia membuka matanya hanya untuk melihat bintang yang berada di atas sana. Ia sangat berharap ia mendapatkan satu bintang saja untuk menerangi kehidupannya saat ini. Hanya satu. Ia tidak meminta lebih.

"Sendirian aja lo?" tanya seseorang dari arah belakang. Yang sudah dapat Langit pastikan orang itu siapa. Suaranya sangat familiar.

Hening

Pria yang menghampiri dirinya mengambil satu batang rokok miliknya. Lalu mulai duduk dan menyalakan api menggunakan korek lalu ia arahkan pada sudut rokok tersebut lalu mulai menghisab-nya.

Memang disebelah Langit terdapat asbak dan juga rokok satu bungkus. Pria ini memang suka sekali merokok entah sudah habis berapa batang dirinya dalam sehari ini.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang