13. KETUA THUNDER

120 17 3
                                    


Hello I'm nadaaaa

Yuhuuu balik lagi nih kitaaa

Jangan lupa vote and komen

Ini ngerjainnya nyolong - nyolong waktu pas lagi pkl wkwkwk

Jangan di tiru ygy

Semoga suka dan semoga ada yang komen

Aamiin ygy

Hppy Reading!

13. KETUA THUNDER.

Angin terasa semakin dingin menyapu kulit Jiwa. Hari sudah semakin larut dan Jiwa bergegas untuk segera menutup tokonya. Jiwa membantu Mba Nuroh untuk memindahkan beberapa barang. Jiwa merasa sangat kelelahan karena dia tidak makan dari tadi siang. Namun Jiwa harus tetap bekerja seperti ini untuk biaya sekolahnya dan juga untuk membantu Bundanya. Sesekali Jiwa mengecek keadaan dapur karena hal itu juga sangat penting.

Jiwa menatap layar televisi yang masih menyala. Memang toko ini menyediakan televisi sebagai fasilitas. Hanya merek televisi biasa saja tidak terlalu mewah namun cukup bagus. Jiwa bergerak ingin mematikan televisi tersebut dengan menggunakan remote namun tiba-tiba saja tangannya berhenti saat mendengar berita.

"Berita terkini, saat ini sedang terjadi kemacetan yang cukup panjang di daerah jalan baru. Hal ini bisa terjadi karena adanya dua geng motor yang tawuran."

Jiwa yang mendengar kata 'geng motor' langsung membesarkan volume tv.

"Pihak polisi sudah mengamankan beberapa anak pelaku tawuran tersebut, dan mereka semua tertera masih berstatus pelajar."

Jiwa menatap serius ke arah televisi itu. Jantungnya berdegup entah kenapa dirinya takut kalau ada seseorang yang ada dalam pikirannya di sana. Tidak lama kemudian kamera berita itu mengarah pada anak-anak yang sudah tertangkap. Beberapa detik kemudian betapa kagetnya Jiwa melihat Rival yang ada di sana dan juga Dito?

Jika ada Dito pasti ada.. Langit?

"Langit?" gumam Jiwa dengan mata yang terus memandang Langit melalui televisi.

"Kenapa Neng?" tanya Mba Nuroh. Jiwa tidak menjawabnya melainkan Perempuan itu malah tiba-tiba berlari dengan cepat meninggalkan toko.

"NENG MAU KAMANA?"

Jiwa tidak mendengarkan Mba Nuroh melainkan Jiwa terus berlari. Jiwa ingin pergi dan memastikan sesuatu.

****

"Kenapa kalian melakukan tawuran di jalanan seperti itu?! Kalian tahu itu bisa membahayakan para pengguna jalan!" saat ini ada sekitar dua puluh anak laki-laki yang hanya bisa menundukkan kepalanya. Layaknya murid yang sedang dimarahi oleh gurunya namun kali ini guru mereka adalah seorang Polisi.

Langit membuang napasnya merasa gerah. Kantor polisi saat ini menjadi terasa sangat sesak dan panas karena terlalu banyak orang di dalamnya. Dari kubu sebelah kiri terdapat Langit dan juga teman-temannya berdiri dengan tegak dengan pandangan menatap Arya—bersama para anak buahnya dengan tatapan tajam.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang