14. TENTANG BULAN SABIT

135 16 10
                                    


Hello I'm Nadaaa

Yuhu

Akhirnya

Setelah sekian lama...

Ku menunggumu.... Asik!

Nulis part ini penuh perjuangan lho!

Jadi bantu semangatin pake vote & komen pke.

Sip deh makasih yang udah vote!

Hppy Reading!

14. TENTANG BULAN SABIT.

Bel masuk sekolah sudah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu. Saat ini ada lima anak laki-laki dengan seragam yang tidak rapih itu sedang berdiri di depan tiang bendera dengan mengangkat satu kakinya.

"Bagaimana enak?" tanya Bu Kurma kepada kelima anak laki-laki itu.

"ENAK DARI MANA? PANAS NIH BUU!!" seru Johan sambil mengipasi wajahnya yang terkena sinar matahari.

"Mana gak make sunscreen lagi," kata Johan.

"Lo make begituan juga?" Dito melirik Johan. "Kayak cewek aja,"

Langit mengalihkan pandangannya wajahnya benar-benar sudah memerah akibat kepanasan. Kulit cowok itu yang putih membuat warna merah pada wajahnya itu semakin terlihat. Langit dan teman-temannya harus mendapatkan hukuman karena telah datang terlambat, terlebih ini adalah hari senin.

"Kaya cewek enak aja lu Dit!" ujar Johan. "Pake sunscreen itu buat siapa aja boleh lagi. Biar muka kita terjaga dari sinar matahari."

"Makanya muka gue ganteng gini. Banyak cewek yang mau sama gue! Soalnya gue rajin pake sunscreen!!" ucap Johan bangga.

"Apa hubungannya banyak cewek sama rajin pake sunscreen?" sahut Rival di sampingnya.

"Ada dong. Jelas ada! Dengan lo pake sunscreen muka lo bakalan glowinggg, dan kalau muka lo glowing lo bakal cakep! Dan kalau lo cakep? Semua cewek pasti mau sama lo!"

"Mandang pisik dong?" seloroh Dito.

"Lo lagi pertanyaan Dito, Dito." Johan geleng-geleng kepala. "Jaman sekarang emang ada orang yang gak mandang pisik?" tanya Johan.

"Ada kalau nemu yang pas." jawab Keanu yang sendari tadi hanya diam dan menyimak pembicaraan teman-temannya itu.

"NAH BENER TUH KATA KEANU!!" setuju Dito. "Lagi juga sekarang cewek bukan cuma mandang pisik tapi mandang duit juga,"

"Enggak semua kaya gitu," kata Rival. "Sebagian dari mereka masih banyak yang tulus. Tergantung kitanya aja memperlakukan mereka kaya apa,"

"Dari yang gue liat kebanyakan tuh cewek kaya ngemis cinta gitu ke cowoknya. Jujur aja gue sebagai cowok kadang ngerasa kasian kalo ngeliatnya. Tapi ya mau gimana lagi udah cinta," balas Johan.

"Cinta itu memang buta..." Dito menerawang ke atas.

"Ibu tidak menyangka bahwa hal ini yang akan dibicarakan oleh para lelaki gagah dan perkasa seperti kalian," Bu Kurma geleng-geleng kepala melihat kelakuan murid-muridnya.

"Ibu tidak menyangka? Sama Bu saya juga tidak," Johan tertawa dengan ucapannya sendiri.

"Ketawa mulu kamu Johan! Diri dengan tegak badan apa taneman sih bungkuk begitu?" ujar Bu Kurma pada Johan membuat Johan menegakkan badannya dengan tegak dan gagah.

"Kamu lihat Langit. Dia itu badannya tegak dan bagus, tidak seperti kamu." Bu Kurma melihat Langit bergantian melihat Johan.

"Lagian Ibu yang benar aja masa bandingin daging sama tulang." kata Dito.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang