siapa tau tiba-tiba cerita ini viral ehehe
Halo I'm Nadaa [Wajib follow author karena cerita akan di privat!]
Langit adalah bagian atas dari permukaan bumi yang di sebut, atmosfer. Itulah ya...
Tetep jagaa kesehatan buat kalian yang udah mau baca cerita ini!
Jangan lupa vote & komen yaa
Terimakasih buat yang udah vote sama komen!
Hppy Reading <3
Langit Kertawira
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Tidak selamanyamenjadi sempurnaitu menyenangkan." -- Langit Kertawira.
Iya gue bisu.
Mata Gadis itu terbuka lebar kala melihat apa yang dituliskan oleh Pria tersebut. Jiwa menatap Langit dengan wajah panik, takut, dan merasa bersalah.
"Maaf, aku bener-bener nggak tau," ujar Gadis itu sungguh-sungguh. Namun Langit hanya diam saja. Ia sama sekali tidak memperdulikan Gadis itu yang kini tengah menundukan kepalanya.
Gak jelas, batin Langit.
Aneh mungkin itu yang terbaca dari raut wajah Langit saat ini. Mengapa Gadis itu seperti ingin menangis? Seolah-olah ia yang bersalah disini. Perempuan itu sangat ribet bagi Langit.
"Jiwa!" panggil seseorang dari arah meja depan. "Pindah ajah duduknya tuh Cowok kaku banget orangnya. Gak bisa ngomong dia," sambungnya membuat beberapa orang menertawakan Langit.
Langit diam tidak menanggapi. Ia bisa saja menghabisi mereka semua yang menertawakan dirinya. Akan tetapi Langit merasa itu hanya akan membuang waktunya. Lebih baik ia mengisi waktu luangnya untuk tidur.
"Berisik lo bangsat! Ribut sama gue sini." tantang Dito dengan marah. Ia sama sekali tidak terima jika temannya dilakukan seperti itu.
Jiwa menatap Langit. Pria itu kini sedang bersandar didinding seraya menggunakan hensed. Pria itu juga menutupi wajahnya dengan jaket hitam miliknya itu. Langit bahkan sama sekali tidak perduli dengan orang-orang yang benci terhadapnya. Menurutnya ia memang pantas untuk dibenci.
****
Bell jam istirahat sudah berbunyi bahkan Langit pun sudah keluar kelas bersama dengan Dito temannya.
"Hai," Panggil seseorang yang membuat Jiwa menoleh kearah sumber suara.
"Nama gue Zoya," ujarnya lalu mengulurkan tangannya, memperkenalkan diri.