34. SECARIK KERTAS

96 15 4
                                    

Hello I'm nada

Jangan lupa untuk vote and komen

Jam berapa kalian baca part ini?

Kalau seru jangan lupa untuk beri dukungan dan ajak temen kalian juga buat baca cerita inii

Hppy Reading

34. SECARIK KERTAS

Langit memasuki sebuah ruangan kamar yang gelap tanpa pencahayaan. Kemudian menaruh kunci kamar tersebut di sebuah atas meja berwarna cokelat yang berada tepat di samping pintu kamar tersebut. Ia melangkah lalu mengamati kamar itu. Kamar dengan warna cat tambok cokelat muda itu membuat tangan Langit perlahan mulai meraba tembok itu. Semuanya masih terlihat sama dan tampak rapih. Mulai dari tempat tidur yang tidak berubah posisi. Sampai lemari dan bingkai-bingkai, piala, dan beberapa alat music seperti gitar. Semuanya masih tersusun dengan rapih. Lalu mata Langit melihat salah satu bingkai foto yang terletak di samping ranjang. Langit mendekat dan mengambil bingkai tersebut. Langit mengamatinya dengan dalam.

"Ini foto pertama waktu gue baru di angkat jadi ketua angkatan ketujuh,"

Langit mengusap foto tersebut. Foto yang sangat ramai yaitu foto seluruh anak Thunder. Dari senior-senior Langit yaitu Samudra dan teman-temannya. Dari sebelah kanan ada Johan, Opang, Bastian lalu di sebelah kiri ada Keanu, Rival, dan Dito. Dan di tengah-tengah ada Langit. Mereka semua berdiri namun agak merunduk agar tidak menutupi para seniornya yang berada di belakangnya. Langit kembali meletakkan foto itu kembali foto yang menjadi saksi bahwa Thunder adalah geng motor yang mengedepankan persaudaraan sebagai keluarga.

Langit kembali pada tujuan utamanya. Yaitu mencari bukti atau pentunjuk yang bisa membantunya untuk menyelesaikan sebuah pertanyaan yang selama ini anak Thunder tanyakan. Tangan Langit mulai membuka bagian lemari yang kecil bahkan yang berada di atas sekalipun. Cowok itu menggeledahnya namun tidak memberantakan. Langit terus mencarinya berharap menemukan petunjuk. Walaupun hanya satu saja pasti Langit akan sangat bersyukur. Sepuluh menit berlalu Langit masih mencarinya. Sampai sudah setengah jam namun Langit masih belum menemukan apapun. Langit mulai putus asa karena tidak dapat menemukan apa-apa di kamar Samudra.

"Lang," tegur Dito dari belakang membuat Langit menoleh padanya. Lalu di belakang Dito terdapat Opang, Keanu, dan Johan.

"Gimana lo ketemu sesuatu disini?" tanya Dito, mereka masuk ke dalam kamar Samudra menghampiri Langit yang ada disana.

Langit menggelengkan kepalanya tanda dia belum menemukan petunjuk apapun. "Belum ketemu apa-apa gue. Kalo lo pada gimana?" tanya Langit.

"Kita juga gak nemuin apapun Lang," ujar Opang. "Gue pikir bakal ada sesuatu di kamar Bang Samudra," sambungnya.

"Kita coba cari lagi sama-sama," usul Keanu dengan wajah seperti biasanya datar dan tanpa ekspresi.

Johan mengangguk setuju. "Kali aja nyelip kan," kamudian mereka berlima kembali menggeledah kamar Samudra. Hanya mereka berlima karena Bastian dan Rival belum kembali mungkin masih mencari di ruangan lain.

Johan bergumam saat melihat sebuah baju futsal milik Samudra yang masih tergantung dengan rapih pada lemari. "Kenapa nomor punggung baju futsal Bang Samudra selalu 18?"

"Kita lagi ribet nyari petunjuk lo ngapain nanya hal yang gak penting sih Han?" Opang mulai jengah dengan Johan ada saja pikiran randomnya.

"Woi!" sapa Bastian, dia datang bersama dengan Rival di belakangnya. "Gimana Lang ketemu sesuatu?" tanya Bastian pada Langit.

"Enggak, lo gimana?" Langit bertanya balik.

"Gue sih gak ketemu apa-apa," Bastian lalu menoleh pada Rival. "Tapi Rival kayanya ketemu sesuatu." Mendengar itu Langit berbalik lalu menatap Rival meminta jawaban.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang