29. GADIS PMR

134 16 3
                                    

Hello I'm nada!

Kembali lagi nihhh

Jangan lupa untuk apa? Tau dong pasti!

Jangan lupa untuk beri dukungan! Entah itu vote atau komentar semangat dari kalian dan kritik juga boleh banget, karena itu akan sangat membantu.


Hppy Reading!

29. GADIS PMR

“ASTAGFIRULLAHALADZIM!! GUE GETOK KEPALA LO YA PANG!” Johan memandang Opang kesal, karena dikejutkan olehnya.

“Lo ngapain sih, Pang?” tanya Bastian saat melihatnya.

Opang tertawa karenanya. “Kamu nanyeeek??” ujar Opang. “Kamu bertanya-tanya??”

“Kebanyakan ngetik tok jadi gitu tuh,” ucap Dito.

“Sebel banget gue orang-orang pada ngomong gitu mulu,” ucap Johan sewot, cowok itu sedang bersandar pada dinding koridor sekolah. “Sama apalagi tuh potong rambut gaya cekmek.”

“Parah banget sampe orang-orang yang ngomong kaya gitu gue yang capek sendiri dengernya.” Rival nimbrung.

“Bener banget rasanya mau gue gampar aja mulutnya yang ngomong begitu trus,” kesal Johan.

“Tampar aku dong Bang,” ujar Opang malah memintanya

Plak!

“BEGO KENAPA LO TAMPAR GUE, HAH?!!” Opang menatap Johan sewot.

Johan mengangkat kedua bahunya. “Lo sendiri yang minta,”

“Autis lo berdua,” sebut Keanu pada Opang dan Johan.

Dito tergelak tertawa ngakak bersama Rival. Hingga keenam cowok itu menjadi pusat perhatian para siswa/i yang berada di koridor. Sementara Bastian hanya bisa menggelengkan kepalanya. Memang kalau tidak rusuh bukan Opang dan Johan namanya.

“Woi, Lang!” panggil Rival membuat Langit yang berada diujung koridor menoleh. Lalu cowok itu  sedang berjalan dengan tas yang disampirkan ke salah satu bahunya.

“Sini Bos!!” teriak Opang membuat Langit bergerak menghampiri.

Langkah kaki Langit berderap pasti. Cowok dengan seragam yang sengaja di keluarkan itu berjalan dengan pandangan lurus ke depan dan dengan satu tangannya yang di masukkan ke dalam celana abu-abunya. Dari ujung koridor semua para siswi memandang Langit dengan pandangan memuja. Siapa coba yang tidak terpesona dengan ketampanan cowok itu? Tubuhnya yang tinggi dan besar dalam kategori tubuh ideal. Dan juga dengan pahatan wajah yang sempurna membuat seluruh pasang mata tertuju pada Langit.

“Busettt awas Neng. Softlensnya mau keluar tuh!” ujar Opang pada salah satu siswi yang menatap Langit terus menerus.

Bastian tertawa disebelahnya. “Mukanya pada cengo.”

“SUMPAH LO UDAH DENGER CERITANYA, KAN?” suara dari gerombolan para siswi itu terdengar sampai ketelinga Langit sendiri.

“Iya mereka keren banget ya! Gue liat langsung betapa kerennya mereka,” sahut temannya.

“Ah! Sayanga banget kemaren gue gak masuk sekolah!”

“Kak Langit tuh, udah ganteng terus ketua geng pula! Udah gitu pinter tipe indaman gue bangett!!” ucap Adik kelas.

“KAK! MINTA NOMOR WA DONG!”

Langit berdiri dengan postur tegak di depan teman-temannya yang lain. Wajahnya sama sekali tidak menampilkan ekpresi apapun. Bahkan sekarang wajahnya tampak tidak minat dan tidak tertarik dengan para cewek-cewek tadi yang dengan sengaja membicarakannya.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang