21. THUNDER GAME

108 14 2
                                    

Hello I'm nada

Jangan lupa untuk vote and komen

Hppy Reading







21. THUNDER GAME

Bel istirahat berbunyi, Jiwa dengan cepat mengejar Langit yang sudah keluar kelas terlebih dahulu bersama Dito. Dengan berlari kecil kaki Jiwa menyelusuri lorong sekolah mencari Langit. Senyum perempuan itu mengembang saat melihat Langit yang sedang berdiri bersama keenam temannya yang lainnya. Jiwa ingin menghampiri Langit sebenarnya, tapi dia cukup takut dan malu dengan teman-teman pria itu.

“Jadi itu anak Thunder?” Jiwa berbicara dengan dirinya sendiri sambil melihat Langit yang sedang bercanda dengan teman-temannya dari kejauhan.

“Ayo ke kantin!” Zoya datang tiba-tiba menepuk sebelah pundaknya. Membuat Jiwa menoleh kaget padanya.

“Zoy, ngagetin aja sih! Gue kira siapa,” Jiwa mendengus kesal pada Zoya yang dengan sengaja mengagetinya.

Zoya terkekeh saat mendengar omelan sahabatnya itu. “Hayo ngeliatin siapa lo?” goda Zoya lalu melirik gerombolan anak Thunder yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri.

“Zoy! Bagi minyak wangi dong!” bukannya menjawab pertanyaan Zoya. Jiwa malah meminta minyak wangi.

“Buat apa?” tanya Zoya cukup binggung tapi tetap memberikan minyak wangi miliknya pada Jiwa. Tanpa menanggapi pertanyaan Zoya Jiwa memakai minyak wanginya cukup banyak. Lalu memberikan minyak wangi Zoya kembali setelah selesai memakainya.  “Tumben mau ke mana lo?” tanya Zoya penuh selidik pada saat Jiwa hendak beranjak untuk pergi.

“Mau ajak masa depan makan di kantin lah!” jawab Jiwa dengan bangga. Lipatan kening Zoya menyatu mendengarnya.

“Hah? Masa depan, siapa?” tanya Zoya menatap Jiwa binggung.

Senyum Jiwa mengembang sempurna. “Siapa lagi kalau bukan pangeran tanpa suara?” Jiwa lalu memandang Langit yang hendak pergi meninggalkan lorong bersama teman-temannya. Matanya terbuka melihat hal itu. Buru-buru Jiwa merapihkan rabutnya agar terlihat bagus nanti oleh Langit.

“Lohhhh? katanya udah move on lo?!” seloroh Zoya pada Jiwa. Sementara yang ditanya malah menampilkan senyum cengengesan.

“ADUHHH! NANTI DULU CERITANYA. GUE HARUS NGEJAR MASA DEPAN DULU, OKE? BAYYY!!!” Jiwa main pergi begtu saja dari hadapan Zoya dengan secepat kilat.

“Ada-ada aja,” Zoya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Jiwa.

****

“LANGGIITTT!” suara teriakan melengking itu mampu membuat Langit yang sedang berjalan bersama teman-temannya yang ingin menuju kantin menjadi berhenti.

Semua teman Langit menatap Jiwa, namun cewek itu sama sekali tidak memperdulikannya Jiwa menghampiri Langit yang sedang menatapnya dengan datar. “Hai,” sapa Jiwa ceria pada Langit.

“Apa?” hanya itu yang keluar dari mulut Langit. Jiwa memegang kedua sisi roknya, berusaha menahan kegugupannya saat Langit memandangnya.

“Mau pada ke kantin, ya?” tanya Jiwa mencoba basa-basi pada teman-teman Langit.

“WIHH! CANTIK BENER!” puji Opang dengan gamblang saat melihat Jiwa. “NENG! KENALAN DULU DONG!” Opang mulai lagi dengan aksinya yaitu menggoda Jiwa.

“Kenalin nama aa Opang,” Opang memperkenalkan dirinya membuat Bastian menghela napasnya lelah.

Jiwa tersenyum canggung pada Opang. “Tau kok, yang tadi salah masuk kelas, kan?” 

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang