19. Tragedi Sendok Melayang

5.4K 289 1
                                    

Danisa langsung mengurung dirinya di kamar setelah acara selesai, dia hanya terdiam sembari memandang keluar jendela kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Danisa langsung mengurung dirinya di kamar setelah acara selesai, dia hanya terdiam sembari memandang keluar jendela kamar.

"Apakah ini pilihan yang tepat?" gumam Danisa.

"Huh...."

Untuk kesekian kalinya helaan nafas panjang itu terdengar dari Danisa, dirinya terdiam dengan otaknya yang seperti memutar kembali kejadian beberapa saat lalu diacara lamaran.

***

"Sejujurnya, saya tidak begitu mengenal pak Yuda." ucap Danisa setelah lama diam, semua orang terfokus padanya.

"Begitupun sebaliknya, pak Yuda tidak mengenal saya dengan baik."

"Seperti yang tadi dikatakan, saya tidak menyangkah bahwa pria yang saya dambakan untuk menjadi suami saya kelak adalah beliau."

"Saya minta maaf sebesar-besarnya kepada keluarga besar pak Yuda, jika sekiranya saya melakukan kesalahan yang membuat malu kedua keluarga."

Danisa terus berucap membuat Vamana hanya bisa terdiam menunduk karena merasa bahwa Danisa akan kembali menolak lamaran Zayyan di depan keluarga besarnya dan keluarga calon suaminya.

Sejujurnya, Vamana tak menyetujui acara lamaran dan pertunangan sebesar ini karena takut Danisa akan mengacaukannya. Dia sangat hafal watak Danisa, putrinya itu akan bertindak sesuai keinginannya dan dia tak mau dikekang bahkan olehnya atau pun ibunya.

"Danisa..." panggil Akifah pelan membuat Danisa yang tadinya ingin kembali berucap kemudian menoleh pada ibunya. Danisa terdiam saat melihat ibunya yang juga menatapnya dengan tatapan sendu itu kini menggeleng pelan. Memohon agar Danisa tak melakukan hal yang diyakini Akifah akan membuat mereka semua malu, Danisa kemudian menoleh ke arah ayahnya yang masih menunduk dengan dalam membuat hati Danisa terasa disayat.

"Saya... Menerima lamaran pak Yuda." ucap Danisa yang masih memandang tubuh ayahnya yang kemudian mengangkat kepalanya memandang Danisa terkejut, tatapan mata mereka bertemu dengan Danisa yang mulai menitihkan air mata.

Tak ada pilihan lain, Danisa harus menerimannya. Melihat bagaimana tatapan mata ibunya dan kepasrahan ayahnya, Danisa merasa terluka jika dirinya kembali menolak dan membuat nama keluarga mereka tercoreng karena tingkah bodohnya.

Tok! Tok!

Danisa tersadar dari lamunanya setelah ketukan pintu kamarnya terdengar, Danisa dengan cepat menghapus air matanya kemudian berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa orang di balik sana.

Ceklek!

"Kak Danisa?" panggil Zaidan lembut membuat Danisa tersenyum kecil berusaha untuk menutupi kesedihannya.

"Kakak baik-baik aja, 'kan?" tanya Zaidan.

"Memangnya aku kenapa?" Danisa balik bertanya dengan tawa kecil di akhir kalimatnya.

Wedding AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang