37. Jakarta

3.5K 231 3
                                    

Zayyan kini mengendarai mobilnya dengan pelan sembari melirik kiri dan kanan berharap dirinya menemukan Danisa, Zayyan tak bisa berpikir jernih sekarang yang harus dia lakukan adalah mencari kemana perginya istrinya itu.

“Apa dia benar pulang ke rumah orang tuanya?” batin Zayyan.

Zayyan tak mau berspekulasi tentang kepergian Danisa dari rumahnya tapi apakah dirinya salah? Atau ucapannya terlalu kasar hingga Danisa sakit hati? Tapi jika dipikir lagi ucapan Zayyan yang mana yang membuat Danisa terluka?

Zayyan terus mencari dengan teliti, dia sebenarnya ingin menelpon Akifah untuk menanyakan keberadaan Danisa tapi dirinya juga takut kalau semisal Danisa tidak di sana apa yang akan mertuanya katakan? Zayyan harus jawab apa jika mereka bertanya kemana Danisa sedangkan dirinya saja tak tahu.

Zayyan dengan khawatir mencari tapi yang dicari malah enak-enakan makan bakso di pinggir jalan, Danisa benar mencari tukang bakso dan setelah berjalan jauh akhirnya dia menemukannya tepat di ujung jalan kompleks perumahan Zayyan.

“Bapak gak jualan dia kompleks sana yah?” tanya Danisa pada laki-laki yang sudah berusia 50 berprofesi sebagai tukang bakso keliling.

“Saya jarang ke sana, soalnya gak ada yang beli,” jawabnya yang juga duduk di kursi plastik berwarna hijau dengan jarak yang agak jauh dari Danisa menemani perempuan itu untuk mengobrol, Danisa mengangguk pelan kemudian kembali bertanya.

“Udah berapa tahun pak jualan keliling?” Danisa menyantap baksonya sambil terus bertanya karna merasa penasaran.

“Sudah 10 tahun lebih.”

“Udah lama yah pak, kalau tinggal di sini dari tahun berapa?”

“Tahun 1980 mungkin, umur 9 tahun saya sudah tinggal di kota ini ikut dengan sodara.”

Danisa kembali mengangguk kemudian lanjut memakan baksonya, sedangkan Zayyan masih mencarinya dengan fokus.

“Astaga, kenapa gak aku telpon aja?” Zayyan menepuk dahinya ketika akal sehatnya mulai berfungsi, dia kemudian meraih ponselnya di kursi samping dengan sesekali melihat ke depan takutnya dia bisa saja menabrak seseorang.

“Tunggu, itu bukannya Danisa?” gumam Zayyan ketika melewati kompleks perumahannya dengan seseorang mirip Danisa yang duduk di kursi kayu panjang tepi jalan menikmati semangkuk bakso.

Zayyan yang merasa penasaran kemudian memundurkan mobil hitam merek Rolls Royce itu untuk memastikan apakah dirinya salah lihat atau memang itu benar Danisa?

“Danisa!?” Zayyan keluar dari mobil kemudian menghampiri Danisa sembari memanggil nama wanita itu dengan sedikit membentak.

Uhuk! Uhuk!

“Astagfirullah! Keselek saya.”

Danisa yang melihat kehadiran Zayyan yang muncul tanpa pemberitahuan dan menyabut namanya membuat Danisa tersedak kuah bakso terakhirnya, Danisa sama sekali tidak takut melihat bagaimana pria itu kini menatapnya tajam dengan wajah datar.

“Mau makan bakso juga pak Yuda?” tanya Danisa kemudian menepuk kursi kosong di sebelah kanannya meminta Zayyan untuk ikut duduk.

“Pulang sekarang!”

Danisa kemudian berdiri tanpa protes, dia memberi uang 20 ribu pada pedangang bakso.

“Kembaliannya buat bapak aja,” ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Zayyan yang masih berdiri di tempatnya sedangkan Danisa langsung membuka pintu mobil dan duduk dengan nyaman.

Danisa manusia santuy!

Zayyan mengusap wajah kasar kemudian mengambil nafas beberapa kali untuk menetralkan emosinya, Danisa yang menunggu di dalam mobil kemudian menurunkan kaca pintu mobil dan menatap Zayyan yang belum beranjak dari tempatnya.

Wedding AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang