“Silahkan masuk.” Cavero mempersilahkan Danisa masuk ke dalam ruang kerja Zayyan setelah wanita itu tiba di depan pintu ruang kerja suaminya.
“Tidak apa jika saya masuk? Saya takut mengganggu,” Danisa berucap ragu melirik sedikit ke belakang di mana Cavero berada.
“Beliau sudah menunggu di dalam.”
Ceklek!
Cavero langsung membuka pintu membuat Danisa mau tak mau harus masuk, Danisa melangkahkan kakinya memasuki ruang kerja Zayyan di mana pria itu kini duduk di kursi kerjanya dengan kacamata baca yang bertengger di hidungnya.
“Ekhm, assalamualaikum...”
“Wa...alikumsalam, loh Danisa?” Zayyan terlihat terkejut melihat Danisa yang sudah berada di depan mejanya dengan dress maron selutut dan tas selempang berwarna hitam, Danisa terlihat sangat anggun juga cantik.
“Mommy suruh saya ngantar ini ke...mas Zayyan,” Danisa masih terdengar kaku saat menyebut Zayyan dengan panggilan mas.
Danisa menyodorkan amplop berkas berwarna cokelat itu ke arah Zayyan kemudian pria itu mengambilnya dan meletakkannya di atas meja kerjanya.
“Ayo duduk di sana,” Zayyan berdiri dari kursinya lalu berjalan ke arah sofa dalam ruangan itu untuk mempersilahkan Danisa duduk lebih dulu.
“Danisa?” panggil Zayyan ketika Danisa masih berdiri di sana dengan mata menatap sekeliling ruangan kerja Zayyan.
“Ha? Oh iya,” Danisa yang tersadar kemudian menghampiri Zayyan dan duduk di sofa panjang sedangkan Zayyan di sofa tunggal.
“Kamu tidak pergi belanja dengan mommy?” tanya Zayyan membuka obrolan.
“Tidak, mommy cuman minta untuk antar berkas kalau gitu saya mau pamit pulang.”
“Tidak ingin tinggal lebih lama?” tanya Zayyan ketika Danisa kini berdiri setelah berpamitan.
“Saya mau ngapain di sini lama-lama?” Danisa tak paham bahwa sebenarnya Zayyan memintanya untuk tinggal menemaninya bekerja tapi dasar Danisa memang tidak peka.
“Kalau begitu biar saya antar pulang sekalian makan siang,” Zayyan kembali berbicara tapi Danisa kembali menggeleng menolak.
“Ada supir, lagi pula mommy udah masak untuk makan siang kasian mommy.”
Mendengar ucapan Danisa, Zayyan kemudian berdiri dengan niat ingin tetap mengantar Danisa pulang, Zayyan berjalan menghampiri meja kerjanya namun saat akan melewati sofa...
Buk!
“Au!” Zayyan mengeluh sakit ketika pinggangnya menghantam ujung sofa, Danisa kemudian menghampiri Zayyan dengan khawatir.
“Mas Zayyan kenapa?” tanya Danisa menyaksikan Zayyan yang masih memegang pinggangnya.
“Kena ujung sofa,” jawab Zayyan datar rasanya air matanya ingin keluar ketika pinggangnya yang juga menghantam pinggiran meja pagi tadi akibat di dorong oleh Danisa kini kembali menghantam ujung sofa.
Zayyan benar-benar sial hari ini, pagi tadi Zayyan sangat terkejut setelah mandi dan merasakan pinggangnya terasa sakit akibat kejadian jatuh dari sofa dan terbentur ujung meja yang mengakibatkan memar pada pinggangnya.
“Sakit gak?” tanya Danisa polos, apakah dia tidak bisa membaca ekspresi wajah mantan pembimbingnya itu? Jelas-jelas Zayyan terlihat kesakitan.
“Menurut kamu? Ngapain lagi saya berdiri sambil pegang pinggang saya kalau gak sakit?” Zayyan berucap dengan ketus membuat Danisa mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
General FictionBagaimana jadinya, jika seorang wanita berumur 22 tahun yang berstatus sebagai mahasiswa semester akhir malah melaporkan dosen pembimbingnya ke kantor polisi hanya karena belum memberikan tandatangan pada lembar acc skripsinya? Danisa adalah seoran...