Danisa Dan Zayyan kini duduk berhadapan di meja makan rumah Zayyan di Jl. A. P. Pettarani, setelah mereka habis berwisata kuliner bersama Rayana dan Gibran mereka langsung memilih pulang tanpa mampir lebih dulu dengan koper Danisa yang masih berada di kediaman orang tuanya.
Suasana nampak sangat hening padahal ada dua orang manusia yang saling bertatapan, kemarin Danisa meminta untuk membicarakan masalah kontrak secara spesifik dan Zayyan mengatakan mereka bisa membicarakannya nanti ketika mereka hanya berdua dan Danisa mendesaknya untuk membicarakannya sekarang di rumah ini yang hanya ada mereka berdua di sini.
“Apa perlu ada hitam di atas putih?” tanya Danisa ketika lama terdiam, Zayyan menghela nafas lalu melipat bibirnya ke dalam rasanya dia tak tertarik membicarakan ini sekarang.
“Pak Yuda?” panggil Danisa ketika Zayyan tak menanggapi pertanyaannya.
“Saya tidak masalah, kalau kamu berpikir itu perlu kamu bisa membuatnya.”
“Kenapa pak Yuda tanya ke saya? Ini kan ide pak Yuda?” ucap Danisa membuat Zayyan terdiam.
“Pak Yuda yang menyarankan pernikahan kontrak kan?”
“Kalau begitu tidak perlu ada ketentuan dan syarat kontrak, kita jalani saja penikahan ini seperti semestinya.” batin Zayyan.
Jika saja dia berani mengatakannya secara langsung apakah Danisa akan berhenti membahas kontrak pernikahan? Apakah Danisa akan tahu bahwa setiap detak jantung Zayyan yang berpacu cepat itu karena ulahnya?
“Pak Yuda?” panggil Danisa kembali wanita itu mulai geram karena Zayyan yang banyak diam saat ini.
“Isi perjanjiannya bagaimana?” tanya Danisa dengan kertas dan pena yang sudah ada di tangannya, entah dari mana wanita itu mendapatkannya.
“Kita bicarakan ini nanti, saya harus menyelesaikan pekerjaan saya yang sudah tertunda lama.”
Zayyan berdiri meninggalkan Danisa di meja makan saat wanita itu sudah bersiap untuk menulis beberapa kata pada kertas hvs di depannya.
Danisa mengerutkan dahi bingung, dirinya selalu bertanya-tanya kenapa sikap Zayyan berubah jika dirinya membahas tentang kontrak pernikahan mereka? Apakah Danisa salah? Ini bukan idenya, melainkan ide pria itu tapi kenapa dirinya malah terkesan tidak suka?
“Haruskah aku menggugat pembatalan pernikahan sekarang?” monolog Danisa meletakkan pena di atas meja lalu ikut pergi meninggalkan meja makan.
Zayyan masuk ke dalam sebuah ruangan yang mirip perpustakaan pribadi di lantai dua rumahnya, dia mendudukkan dirinya disebuah kursi baca tunggal dengan meja kecil di sebelah kiri.
Zayyan memijat pelipisnya setelah rasa sakit di kepalanya menyerang, Zayyan memijat pelan kemudian mendongak ke atas.
Tin!
Suara notifikasi pada ponselnya membuat Zayyan meraih benda persegi itu di saku celana jeans yang dikenakannya.
From Katani 💛
*Bagaimana kabarmu?Dua kata dalam pesan yang Zayyan terima dari seseorang dengan kontak bernama Katani dengan emoji hati berwarna kuning.
(Emoji Hati Kuning atau sering disebut hati emas pada dasarnya mewakili arti yang sama dengan emoji hati merah yakni menggambarkan perasaan cinta, sayang, atau kasih. Meski demikian, dekorasi warna kuning atau emas merefleksikan kemewahan, penghargaan, pencerahan, atau kenangan.)
From Katani💛
*Mau mengabaikan pesanku lagi setelah membacanya?Zayyan menghelan nafas panjang, rasanya dia amat lelah dan ingin tidur saja dengan cepat hari ini,tapi Katania kembali mengirim emoji pisau pada Zayyan membuat pria itu harus membalas pesannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
Ficción GeneralBagaimana jadinya, jika seorang wanita berumur 22 tahun yang berstatus sebagai mahasiswa semester akhir malah melaporkan dosen pembimbingnya ke kantor polisi hanya karena belum memberikan tandatangan pada lembar acc skripsinya? Danisa adalah seoran...