Akifah meminta waktu untuk bicara berdua dengan Zayyan, hanya berdua.
Kini keduanya berada di ruang tamu saling berhadapan dan sama-sama diam, sedangkan Danisa dan Vamana sedang menonton acara review makanan di salah satu saluran tv, mereka berdua hanya fokus menonton tanpa mengobrol tak seperti biasa mereka saling melempar candaan atau mengobrol hal random tapi kali ini rasanya canggung.
“Zayyan tentu tahu Danisa putri ibu satu-satunya, Danisa sangat berharga untuk ibu dan ayah, jadi tentu berat buat ibu lepasin Danisa pergi.”
Akifah memulai pembicaraan, Zayyan mengangguk mendengar penuturan ibu mertuanya itu.
“Walaupun begitu ibu sadar, Danisa sudah menikah dia punya kewajiban yang harus dia jalani juga, sudah seharusnya dia taat dan patuh kepada suaminya.”
Zayyan merasa tak enak hati melihat bagaimana kedua mata itu mulai sembab menandakan bahwa wanita setengah baya di hadapannya mungkin menangis saat dirinya pergi meninggalkan ruang tamu tadi.
“Kalau ibu mau Danisa tetap di sini saya gak masalah, saya bisa sesekali datang ke sini untuk berkunjung,” tutur Zayyan tapi kemudian Akifah menggeleng menolak.
“Danisa harus ikut di mana kamu pergi, ibu sama ayah udah bicara tadi dan kami memberi izin, ibu cuman mau minta tolong untuk jaga Danisa dengan baik Danisa gak tahu Jakarta itu seperti apa, Danisa orang yang mudah percaya bahkan pada orang yang baru dia kenal.”
“Dan tolong pegang janjimu...”
***
“Aduh ngantuk, acaranya gak seru!” ucap Danisa yang kemudian berdiri dari sofa, 2 jam dalam keheningan bersama sang ayah membuat Danisa sangat bosan.
“Ayah juga mengantuk, howaamm...” Vamana menguap dengan satu tangan menutup mulut, Danisa kemudian melirik sebentar sembari berpikir bagaimana caranya mengakhiri kecanggungan ini.
“Kalau gitu Nisa pamit ke kamar, selamat malam ayah.”
“Selamat malam,” balas Vamana yang kini hanya bisa menghela nafas lalu memandang Danisa yang menaiki tangga ke lantai 2 di mana kamarnya berada.
Buk!
“Nyaman...”
Danisa langsung menjatuhkan dirinya terlentang di atas ranjang dengan melebarkan kedua tangannya, Danisa memandang langit-langit kamar dengan memikirkan ucapannya pada ayahnya yang malah menghasilkan suasana canggung di antara mereka.
“Aku gak seharusnya ngomong gitu ke ayah,” sesalnya.
Drtt... Drtt...
Danisa meraih benda persegi yang terasa bergetar di kantong baju piamanya dengan layar ponsel yang menampilkan panggilan dari Rayana.
“Nomor yang anda tujuh sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan cobalah untuk beberapa saat lagi.”
Danisa berucap menirukan suara call center untuk mengerjai Rayana, entah itu berhasil atau tidak.
“Kok gak aktif yah?” gumam seseorang di sebrang sana.
“Nomor yang anda tujuh sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan cobalah untuk beberapa saat lagi.”
Danisa kembali mengulangi ucapannya agar terdengar meyakinkan.
Tut!
Rayana memutuskan panggilan setelah Danisa kembali bicara, Danisa tertawa senang ketika dirinya berhasil mengelabui Rayana. Tapi tak lama Danisa menelponnya kembali untuk menanyakan apa gerangan yang membuat sahabatnya menelpon di jam 10 malam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
Ficción GeneralBagaimana jadinya, jika seorang wanita berumur 22 tahun yang berstatus sebagai mahasiswa semester akhir malah melaporkan dosen pembimbingnya ke kantor polisi hanya karena belum memberikan tandatangan pada lembar acc skripsinya? Danisa adalah seoran...