29. Gibran dan Gombalan alay

5.3K 233 0
                                    

“Ughh....” Danisa merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal di pagi hari, matahari bersinar cukup cerah dan berhasil melewati cela gorden membuat Danisa merasa terganggu dan kini membuka mata secara perlahan.

“Udah pagi?” tanyanya pelan entah pada siapa, Danisa memicikkan matanya menatap ke sisi kiri dan kanan kamar untuk mencari keberadaan seseorang tapi Danisa tak menemukan siapapun selain dirinya di sana.

“Aku mau pulang di rumah aja deh,” gumam Danisa lalu turun dari ranjang beralih ke kamar mandi sambil membawa pakaian ganti.

Saat Danisa masuk ke dalam kamar mandi Zayyan baru masuk ke kamar untuk melihat apakah Danisa masih tertidur atau sudan bangun?

Mengingat sekarang sudah pukul 9 pagi, Zayyan baru saja kembali setelah mengantar kedua orang tuanya dan mertuanya yang akan pulang ke rumah lebih dulu, Wistara dan Jihan memilih untuk langsung kembali ke Jakarta karena urusan kantor yang di tinggalkan Wistara sejak kemarin tak bisa lagi menunggu untuk di diamkan maka dari itu Zayyan bangun lebih awal untuk mengantar mereka sendirian tanpa Danisa, Zayyan tak tega harus membangunkan Danisa dari tidurnya yang nyenyak.

Zayyan kemudian berjalan membuka pintu menuju balkon, dirinya berdiri di balkon memperhatikan taman yang menjadi pemandangan hotel. Zayyan beberapa kali menghela nafas panjang sebelum akhirnya berbalik dan berniat masuk kembali ke dalam kamar lalu menemukan Danisa yang sudah selesai mandi dan bersiap entah mau kemana.

“kamu mau pulang sekarang?” tanya Zayyan setelah Danisa sibuk tanpa menyadari keberadaannya yang sudah berdiri di belakang Danisa yang sedang mengetik sesuatu di ponselnya sambil berdiri dengan kaki kanan di depan dan kaki kiri di belakang layaknya orang yang mengambil sikap untuk berlari.

“Astagfirullah, kaget saya!” Danisa berucap kemudian berbalik menemukan dada Zayyan tepat di depan matanya, Danisa kemudian mengambil satu langkah mundur lalu mendongak menatap wajah Zayyan.

“Astagfirullah, kaget saya!” Danisa berucap kemudian berbalik menemukan dada Zayyan tepat di depan matanya, Danisa kemudian mengambil satu langkah mundur lalu mendongak menatap wajah Zayyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Saya tanya, kamu mau pulang sekarang?” Zayyan kembali mengulang pertanyaannya.

“Iya saya ada janji sama Rayana,” jawab Danisa dan Zayyan mengangguk.

“Ayo!” ajak Zayyan pada Danisa yang malah menatap Zayyan melongo setelah pria itu jalan lebih dulu keluar dari kamar hotel.

“Pak Yuda mau kemana?” batin Danisa bertanya entah lupa atau memang amnesia.

Danisa yang penasaran memilih ikut saja di belakang Zayyan dan mengamati mantan pembimbingnya itu dalam diam, Zayyan yang berjalan di depan Danisa kemudian memasuki lift dan diikuti oleh Danisa.

Di tempat lain Rayana mulai merasa bosan karna menunggu Danisa yang tak kunjung datang, sudah hampir pukul 11 tapi sahabatnya itu belum juga menampakkan dirinya di tempat perjanjian mereka.

“Benar-benar yah si pengantin baru, janjian jam 9 udah jam 11 belum muncul juga!” Rayana berseru kesal.

“Assalamualaikum...”

Wedding AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang