4. First Day

992 112 7
                                    

Chika POV

Ini adalah hari pertama aku berkerja. Diinstruksinya sih begitu. Sebetulnya posisi yang kuincar adalah designer. Tapi setelah mengikuti seleksi dan berdiskusi mengenai beberapa tawaran. Sepertinya menjadi asisten Gara Fazwan cukup menantang.

Siapa yang tidak tahu Gara Fazwan? Arsitek muda yang sedang gencar-gencarnya menjadi perbincangan hangat dikalangan orang properti.

Tapi agak sedikit was-was juga karena mendengar isu yang beredar, Gara Fazwan ini seorang gay. Buktinya sampai saat ini tidak pernah ada wanita yang naik menjadi sorotan media.

Pagi ini aku sudah duduk dihadapan Gara Fazwan, CEO Garsi Architecture. Ya, ini perusahaan yang menjadi tempat aku bekerja mulai saat ini.

Kulihat Pak Andi supir baru yang sama-sama masuk denganku sudah berlalu pergi. Kini di ruangan hanya tinggal kami berdua. Gara, maksudku Pak Gara menatapku aneh. Entah ada apa, seperti melamun.

"Maaf pak, kalau saya bagaimana?" Kulontarkan pertanyaan itu dan tanpa kuduga, Pak Gara sepertinya terkejut dengan pertanyaanku.

Dia menduduk sebentar kemudia menatapku kembali.
"Kamu sudah boleh bekerja mulai hari ini. Meja kerjamu ada sebelah ruangan saya. Dan kamu bisa bertanya pada Mirza bagaimana agendaku dan apa yang harus kamu lakukan."

Aku menurut dan berlalu ingin meninggalkan ruangan ini. "Baik pak, kalau begitu saya permisi. Terima kasih."

"Ya."

Dia cukup cuek. Aku tidak peduli, aku terus melangkahkan kaki menuju pintu keluar. Saat ingin membuka pintu kudengar suara,
"Chika…"

Mirip gumaman, tapi jelas sekali ditelingaku.
"Iya pak, ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku kembali dari ujung pintu keluar.

"Tidak, tidak jadi." Jawabnya sedikit gugup.

"Baik pak, saya permisi. Jika ada yang bisa saya bantu bapak bisa langsung panggil saya." Ucapku lalu pergi untuk menemui Pak Mirza.

***


Saat ini aku sudah berada di meja kerja yang tentunya memiliki berbagai macam peralatan lengkap. Bermaksud menemui Pak Mirza, rupanya sosok yang dicari sudah menunggu di depan mejaku.

"Eh chika udah selesai sama pak bos?" Tanya Pak Mirza yang ikut berdiri.

"Oh iya, ini meja kamu ya. Udah full fasilitas. Tapi kalo ada yang kurang bisa hubungin aku ya." Jelasnya.

Aku hanya mengangguk dan melihat-lihat ruangan kerja yang terbuka tapi tidak begitu publik untuk karyawan lain. Spot ternyaman adalah pemandangan ibukota bisa terlihat jelas dari gedung lantai 5 ini dari balik kursi kerjaku.

"Iya pak terima kasih. Untuk agenda Pak Gara dan tugasku itu gimana ya pak, soalnya tadi kata Pak Gara langsung tanya bapak aja." Ucapku.

"Oh ya untuk itu, semuanya udah detail banget ada di akun google yang ada di ipad dan imac kamu ini. Kamu bisa cek jadwal kegiatannya kaya gimana, kamu pelajarin aja satu per satu ya chik."

"Dan disheet paling akhir ada data beberapa client dan mitra kerja yang saat ini sedang bekerja sama dengan Garsi. Kamu juga bisa cek satu-satu dari jadwal yang paling urgent. Terus setiap harinya kamu harus selalu reminder Pak Bos agendanya apa aja. Outfitnya harus gimana. Dan cross check sama Pak Andi." Cukup detail penjelasan pak mirza, aku hanya mengangguk.

"Ah ya, kamu malem ini ada acara gak?" Tanya Pak Mirza padaku. Aku hanya menggeleng.

"Bagus. Soalnya malam ini Pak Bos harus hadirin wedding party rekan kerjanya. Dan kamu harus ikut nemenin pak bos."

LABIL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang