9. Why?

791 116 6
                                    

Gara POV

Sial. Aku tidak bisa tidur hanya karena memikirkan Chika. Padahal aku merasa sangat lelah. Sudah hampir jam 11 malam, tidak ada tanda-tanda Chika memberikan balasan dan kupikir di Jakarta sudah hampir pagi.

Entah kenapa aku sangat berharap ada pesan masuk darinya.

Mengingat godaan Daddy kemarin membuatku semakin memikirkan Chika. Tiba-tiba aku merasa rindu dengan gummy smilenya.

Stop Gar! Malu.

"Halo Pak, bisa saya minta tolong pagi ini sebelum menjemput Chika bapak temui seseorang, lokasinya saya kirim di WhatsApp. Terima kasih."

Huh, aku masih saja seperti itu. Terbiasa dengan hustle lifestyle yang tidak kunjung mereda.

Jika dia disini mungkin dia akan marah-marah.
Aku jadi merindukannya.

Seharusnya tahun ini kita sudah bahagia bersama bukan?
Aku selalu memikirkan dipenghujung tahun ini kita yang mungkin saja sedang menantikan kelahiran anak pertama atau masih pergi honeymoon ke Maroko.

Entah kenapa ia ingin sekali kesana, katanya Maroko adalah negeri yang aesthetic selain itu aku tidak pernah tau kenapa.

Mungkin dia melihat seseorang yang berlibur kesana. Atau karena memang ingin. Aku tidak tahu.

Huh. Rasanya ingin kukabulkan permintaannya untuk berbulan madu kesana. Dan waktu yang mengaturnya dengan baik.

Drrrt… Drrrt… Drrt…

Tersentak karena getaran hp yang kugenggam membawaku kembali pada kenyataan Amsterdam yang kesepian.

"Ya…" Ucapku pada seseorang dalam panggilan.

…..

"Terima kasih."

Pak Andi menelponku untuk memberi laporan perintahnya sudah selesai.

Aku memberinya tugas untuk membawakan Chika sekotak coklat, kupikir itu sebagai tanda terima kasih atas kerja kerasnya hari kemarin yang sudah menghandle banyaknya pekerjaanku.

Harapan lainnya adalah agar Chika menghubungiku, secepatnya.


***


Author POV

Perayaan anniversary Gracio & Shani akan diadakan malam ini. Setelah kemarin putra sulung dan adik ipar Gracio kembalinya dari Dubai, Gracio langsung menyebarkan undangannya.

Semua persiapan sudah sempurna. Termasuk hadiah Gara yang dipilih Chika untuk Shani. Kado Gracio? Tentu Gara sudah menyiapkannya tanpa terlewat.

"Happy anniversary mom dad. I love you both." Ucap Gara dengan memberikan kecupan hangat di pipi kedua orang tuanya.

"Thanks boy." Ucap Gracio menepuk bahu Gara.

"Happy anniversary guys, i love you." Teriak Azzi Fazwan.

Gracio & Shani memeluk kedua putranya dengan hangat.

"Cheers.." Ucap Azzi.

"Cheers." Jawab ketiganya kompak.

Suasana perayaan anniversary malam ini begitu intimate, namun tetap royal party.

"Gara.." Sapa seseorang dari jauh.

"Halo Aunty, how are you?" Balas Gara beramah tamah.

"You look so hot boy. Kamu banyak berubah banget, aunty kangen." Seseorang ini adalah Shania Fazwan, yang tak lain adalah kakak Gracio.

"Lebih ganteng ya kak? Anak gue tuh." Kata Gracio.

"Ya gimana aja Auntynya." Ucap Shania.

Gara tersenyum dengan minuman ditangan kanannya yang sesekali ditegus.

"Kayanya udah move on nih.." Celetuk Bobby tiba-tiba.

Suasana menjadi agak hening, Shania langsung menginjak kaki Bobby.

Bobby hanya meringis dan mengangkat kedua jarinya bermasuk 'peace' pada Shania.

Gara diam dan tersenyum masam.

"Wiiiii, kambing gulingnya udah dikeluarin tuh mom. Makan aja yuk…" Alih-alih Azzi mengajak suasana agar tetap hangat.

"Yaudah yuk makan dulu." Tutur Shani.

Sebelum benar-benar duduk, Shani mendekat pada Gara dan berbisik

"Thank you darling, i know you. I love you." Diakhiri kecupan singkat dipipi Gara.

"I love you too." Jawab Gara yang sebetulnya sama-sama tidak enak merusak momen anniversary kedua orang tuanya.

Tapi dengan pertanyaan atau sebetulnya pernyataan yang diucapkan Bobby membuat suasana hati Gara sedikit tidak tenang.

Bahkan selama perayaan berlangsung hingga selesai pun Gara hanya menunjukkan kebahagiaannya yang pura-pura.

Tidak ingin membuat mereka kecewa lebih dalam senyum Gara dipaksanya untuk hadir meski pikirannya entah kemana.

"Ra, are you okay?" Usapan Azzi dibahu Gara tentunya tidak membuatnya kaget, itu hanya mengajak kesadaran Gara kembali normal.

Saat ini keduanya tengah berada di balkon kamar Gara.

"Sure." Ucapnya pelan.

"Gue disini Ra, lu bisa cerita ke gue sekarang. Sorry gue telat datengnya ya."

Gara diam. Dia bingung harus memulai darimana.

"It's okay Ra, kalo lu belum bisa cetita. Gpp. Gue cuma mau bilang, abang disini." Tutur Azzi yang membawa Gara kedalam pelukannya.

"Gue sakit bang."

"Iya abang tau. Kita sembuhin sama-sama ya."

Gara lagi-lagi diam.

"Mommy, daddy, abang dan semua bakal ada seterusnya. Kita lewatin bareng. Jangan dipendem sendirian. Sakit." Sambung Azzi.

Gara mengangguk.

"Lu pasti bisa Ra, lu kuat." Lirih Azzi dalam hati.





***







Sorry pendek.

Anyways, hustle lifestyle adalah gaya hidup serba cepat. Kerja cepat, makan cepat, mandi cepat, ngomong cepat. Biasanya ini tuh selalu terlihat dan dominan di luar negeri. Tapi dibalik itu ada tingkat stress bahkan sampai jumlah kasus bunuh diri yang tinggi.

Hustle culture, ini sering disebut juga workholic.

Keduanya sama-sama memiliki plus minus sih. Dan buat sebagian orang ini tuh bisa terjadi karena suatu keadaan tertentu.

Jadi sebenernya Gara sakit apa?

Tungguin next chapter yaaaa 😘

Salam hangat,
Bumbu RaChik

LABIL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang