24.

702 111 9
                                    

Author POV

Ini masih hari di beberapa waktu yang lalu, dimana Gara menghabiskan weekend dengan suasana Puncak tanpa bersosialisasi dengan siapapun selain petugas villa.

Semua pesan sampai panggilan masuk benar-benar ia abaikan.

Saat petugas kebersihan sedang melakukan pekerjaannya di pagi ini. Gara sedang menikmati suasana syahdunya puncak di pagi hari.

Obrolan pun terbuka setelah keduanya saling tatap dengan melempar senyum.

"Pak udah lama kerja disini?" Gara memulai percakapan.

"Lumayan Mas, sekitar 2 tahun. Tadinya saya di Lembang terus dipindahin kesini pas ini baru dibuka."

"Oh berarti ini cabang ya Pak?"

"Betul Mas. Ini cabang, kita ada di Lembang, disini sama Bali."

"Wih banyak ya cabangnya." 

"Iya Mas. Masnya sendirian aja?" Bapak ini masih tetap membersihkan sekitar villa.

"Iya nih sendirian."

"Masih single atau lagi kalo kata anak zaman sekarang mah healing namanya teh."

Gara tersenyum.

"Saya lagi penat aja Pak sama Jakarta. Refreshing sendirian juga masih asik ya lumayan recharge energy."

"Iya sih Mas, pasti bosen ya tiap hari macet, panas."

"Nah itu Pak."

"Kalo jalan ke Puncak sih enaknya sama pacar, istri atau keluarga mas. Biar rame. Maaf masnya udah nikah?"

"Haha belum Pak, saya masih single. Keliatan udah punya istri ya?"

"Engga sih, lebih tepatnya keliatan kaya lagi banyak pikiran. Kaya lagi putus cinta gitu."

Lagi-lagi Gara hanya menanggapi dengan senyuman.

"Bener ya Mas lagi galau?"

"Bapak bisa aja nebaknya. Berasa ketangkap basah saya."

"Haha si Mas. Gapapa Mas, cinta tuh kadang rumit emang. Galau itu hal biasa. Yang penting jangan dihindarin. Dihadapi aja. Enjoy."

Merasa kalimat tersebut ada benarnya. Gara terpikir dengan chat Chika yang belum ada niatan Gara balas dari malam tadi, bahkan sore kemarin rasanya. Menyentuh hp saja hanya untuk melihat jam.

"Sekiranya belum siap buat hadapi berbagai masalah dalam percintaan, lebih baik jangan mengenalnya sama sekali. Itu prinsip saya dari dulu mas. Daripada mau maju aja labil, tapi kalo diem aja pun bikin serba salah ya lebih baik jangan diterusin."

"Tapi kan setiap orang punya pemikirannya masing-masing ya Mas. Kadang, apa yang menurut kita bener belum tentu menurut orang juga bener. Begitupun sebaliknya."

Gara kali ini manggut-manggut dengan kedua tangan berada disaku celananya.

"Kalo gitu saya pamit ya Mas, udah beres. Nanti kalo butuh sesuatu bisa call service ya."

"Siap Pak. Makasih juga udah nemenin saya ngobrol."

Bapak itu berlalu pergi meninggalkan pelataran villa.

Pikiran Gara kembali ribut. Semua hal ia pikirkan.

Tapi kalo gue ngaku cemburu pun, Chika ngerti gak ya maksudnya? Kalo gue sebenernya udah seyakin ini sama dia. Cuma lagi nunggu waktu aja.

Gue bukan takut buat ngungkapin sebenernya. Gue cuma lagi kepikiran kalo semisal Chika beneran ada something sama Vian, awkward banget gasih project ini? Terus tiba-tiba yang biasanya Chika clingy ke gue jadi liat clingy ke dia.

LABIL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang