2. Healing

1.3K 136 2
                                    

Author POV

Kehilangan itu tidak pernah ada yang tidak menyakitkan. Sudah satu minggu semenjak pak nana mengatakan kepindahan vian ke australia. Selama itu pula tidak pernah ada kabar untuk chika.

Mengetahui kemurungan anaknya, Anggara tidak tinggal diam. Segala cara dilakukan agar mendapatkan informasi apa penyebab anaknya bungkam, sering melamun dan jarang berinteraksi.

"Pi, gimana udah ada kabar?" Tanya Aya dengan secangkir kopi tubruk kesukaan Anggara malam hari ini di ruang kerjanya.

"Belum mi, sudah satu minggu vian tidak ada kabar. Dan papi sempet ngecek diapartemennya vian tapi kosong dan katanya satpam yang mengenal vian sedang tidak bertugas jadi papi belum sempet nanya lebih jauh. Mungkin besok akan papi cari tau lagi." Ucap Anggara dengan tegas.

"Aku gak mau sampe chika kenapa-kenapa ya pi. Dari awal sebenarnya aku kurang setuju chika dengan vian."

"Sudahlah, yang terpenting kita harus bisa menghibur chika." Tukas Anggara.

Amarah sedang membabi buta didalam dada anggara mengetahui anak sulungnya dipermainkan oleh vian. Meski belum tahu pasti apa yang terjadi dan sebabnya, anggara tidak akan pernah memberi kesempatan untuk kesalahan kesalahan seperti ini.

***

Chika POV

Lagi-lagi centang satu yang kudapat. Sudah hampir seribu pesan yang aku kirim tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda terbaca.

Berkali-kali panggilan pun tidak pernah ada jawaban. Salah aku apa vian?

Aaarrrrgghhh…

Kubanting semua barang yang ada meja rias. Biarlah. Biar satu rumah mendengarnya. Aku sudah muak menunggu kabar tidak pasti dari lelaki itu.

"Viannn…" Jeritku sambil merangkul kedua lulut.

"Yaampun kakak, kenapa kak?" Tanya mami aya yang langsung masuk ke kamarku.

"Hiksss… mi, vian jahat mi.. hikss.." Tangisku pecah sudah ketika mami datang memelukku dengan pertanyaannya.

"Vian ninggalin chika."
"Vian jahat mi.."
"Hiksss… via.." Tangisku sudah seperti orang kerasukan, dan entah kenapa tiba-tiba kepalaku pusing dan aku tidak bisa mengingat lebih banyak selain suara mami yang panik semakin hilang.

"Kak chika… chika.. hey bangun nak.." Panggil mami berkali-kali.

Author POV

"Chika.. hey chika…" Aya memanggil chika dengan menepuk-nepuk kedua pipinya namun sang anak tidak kunjung membuka mata.

"Bi Tuti.. Bi tolong bi.." Suara aya menggema hingga ke lantai bawah.

"Bi cepetan bi tolongin." Sekali lagi aya berteriak.

"Bu ada apa? Yaampun non chika, kenapa bu?" Tanya Bi Tuti yang ikut panik melihat aya mencoba menggendong chika menuju kasur. Tuti pun membantunya dengan sigap.

"Tolong bersihin kamarnya chika ya bi, hati-hati ada banyak beling. Saya mau telpon dokter." Perintah aya dengan nafas yang masih panik.

"Baik bu."

****

Selama seminggu chika jarang keluar kamar, sepulang walk in interview di hari senin minggu lalu, dia lebih banyak mengurung diri. Menangis. Dan jarang makan.

Jangan menanyakan bagaimana usaha Aya, Anggara dan Christy. Semua orang sudah membujuk dengan berbagai cara. Tapi tidak pernal berhasil.

"Gimana keadaan anak saya dok?" Tanya Aya setelah dokter hanum memeriksa keadaan Chika.

LABIL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang