Author POV
Saat itu poject berlangsung sudah hampir 80%, itu terbilang cepat untuk kurun waktu menuju satu tahun kurang 2 bulan.
"Chika, hari ini aku ada tinjauan lagi ke proyek. Tolong siapin berkas yang harus aku bawa ya. Nanti setelah makan siang kita berangkat."
Chika mengangguk "Siap Pak."
Gara kembali menuju ruangannya dan berkutat dengan laporan akhir bulan yang tak kunjung habis diperiksa.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk."
"Ra, gue dapet message dari ENHA katanya siang ini ketemu di proyek jangan telat. Soalnya ada kolega ENHA yang mau ngajak partneran di project lanjutan. Orangnya rada sibuk."
"Oke Za, kalo gitu kita berangkat sebelum makan siang aja biar makan siangnya nanti dideket lokasi."
"Siap bos. Kalo gitu gue siap-siap dulu."
"Iya, tolong kasih tau Chika. Gue ngejar target ini."
"Owkey."
Mirza sudah keluar dari ruangan Gara sejak 20 menit lalu. Masih tersisa 3 berkas yang harus diperiksanya. Sedangkan ini sudah jam 11.
"Nanti malem ajalah, gak fokus jadinya kalo udah diwanti-wanti gini."
Gara pun bersiap-siap untuk berangkat dari sekarang. Daripada macet pikirnya.
Menuju lokasi dengan jarak tempuh kurang lebih 2 jam dengan macetnya jalanan, mereka memutuskan makan siang seadanya di perjalanan dengan cemilan. Gara tidak suka tidak tepat waktu.
"Gapapa ya, nanti abis ini kita makan lagi."
"Tenang wes bro." Ucap Mirza.
"Iya Mas, santai aja."
Gara hanya mengangguk dan mereka berlanjut dalam pertemuan penting tersebut.
Selama report berlangsung pihak ENHA merasa sangat puas. Apalagi dengan alokasi budgeting yang sangat efisien. Tentu klien merasa sangat puas.
Sejalan dengan obrolan Mirza tadi, saat ini kolega ENHA baru membicarakan project lanjutan yang diinginkannya.
"Perkenalkan Pak Gara, ini Mr. Vian Alamanik. Ini merupakan kolega dari ENHA. Mr. Vian this is Mr. Gara from Garsi Architecture."
"Halo, nice to meet you Mr. Vian."
"Nice to meet you too, Mr. Gara."
"Ok. This is Mirza and my personal assistant is Chika." Gara memperkenalkan keduanya dengan baik.
"Nice to meet you, Mirza, Chika. Sebenernya aku bisa bahasa indonesia, jangan terlalu formal. Santai aja."
"Ah ya, terima kasih." Ujar Gara.
Suasana mendadak hening. Tapi tidak lama dari itu semuanya kembali hangat dengan obrolan serius yang tentunya sebuah kerja sama baru yang akan diciptakan Vian dan Gara.
Gara menyadari sedari tadi Vian menatap Chika, tidak jarang mencuri-curi pandang pada asisten pribadinya itu.
Bahkan Gara sendiri merasa Chika lebih banyak diam dan tidak fokus.
Pertemuan hari ini selesai tepat pukul 5 sore. Kemudi saat ini ada ditangan Mirza.
"Pak bos, makan di makan?" Tanya Mirza.
"Chika mau makan dimana?"
Chika masih diam menatap jalanan dari jendela kursi belakang.
"Chika.." Panggil Garaa sekali lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
LABIL [COMPLETED]
Ngẫu nhiênLabil hanya cocok untuk remaja, lantas jika sudah dewasa tidak bisa labil? "Tidak semua cinta akan berakhir sama. Tapi jika tujuanmu bahagia, kupastikan itu akan menjadi milik kita berdua." Gara. "Tapi aku tidak berjanji untuk tidak membuatmu menang...