32. REVANO CRYING?

1.3K 75 6
                                    


📍Hi REVANO chap 32 UP! sebelum lanjut baca, jangan lupa klik bintangnya ya! Komen disetiap paragrafnya juga lebih bagus! Aku tau cara kalian menghargai seorang penulis!💜

📍CERITA INI BAKAL DI REVISI KETIKA SUDAH TAMAT!

📍FOLLOW MY SOCIAL MEDIA ACC:
IG: @slljuuazzz_
WP:slljuuwww_

HAPPY READING! and ENJOY THE STORY!💜

-o0o-

Kenzo, Barra, Bobby dan Aldi kini tengah duduk di kursi panjang yang telah disediakan oleh rumah sakit, tepatnya tempat duduk untuk menunggu pasien. Sambil menunggu sang ketua, Mereka hanya terfokus pada benda pipih yang berada di genggamannya dan tak lupa jari merekapun turut bergerak, ada yang hanya sedang meng-scroll, ada yang sedang chattingan, bahkan ada pula yang sedang bermain game. Tatapan mereka sangat serius seakan tak ingin beralih dari layar ponselnya.

Saat mereka masih bergelut dengan ponsel masing-masing, sampai sebuah suara membuat acara keempatnya buyar dan tak bisa terfokus lagi.

"Gue janji bakal jagain lo Key. Gue janji bakal jadi kakak yang baik buat lo." ucap seseorang seraya sesegukan di dalam sana.

Mereka berempat pun terkejut dan saling menatap satu sama lain, setelah itu mereka langsung mencari-cari sumber suara yang menurut mereka tidak asing lagi di telinga. Setelah beberapa detik mencari asal suara, salah satu dari mereka menyadari bahwa sumber suara itu berasal dari ruangan yang dimasuki Revano tadi.

Barra langsung mengintip dari luar lewat jendela ruangan pasien yang dimana di dalam sana ada Revano, dan ia pun menyipitkan matanya agar objek yang ia lihat lebih jelas. Di sana Barra melihat kalau Revano sedang menelungkupkan wajahnya di tangan gadis yang sedang terbaring lemah di Brankar itu, ia juga melihat Vano sedang sesegukan sambil memeluk dan mengecup tangan gadis itu. Setelah menyadari sumber suara itu adalah - Revano William, entah kenapa menurutnya ini adalah moment yang aneh sehingga ia malah menahan tawanya melihat perlakuan Vano yang diluar dugaan seperti ini.

"Woi bro Liat nih!" panggilnya sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir, ia memerintahkan agar Kenzo, Bobby dan Aldi tidak membuat kebisingan. Merekapun langsung menghampiri Barra dan ikut mengintip tepat di samping tubuh Barra.

"Hiks, gue janji Key, gue bakalan ada terus di samping lo dan maaf kalau gue belum bisa jagain lo." tangis Vano.

Setelah mendengar kata-kata manis yang baru saja keluar dari mulut Vano barusan, keempatnya kembali tertawa, kali ini lebih kencang sehingga terdengar dari dalam ruangan yang dimana ada Revano di sana.

Bagi mereka, menangis, tulus, meminta maaf dan bertanggung jawab itu bukanlah typikal seorang Revano William, jadi pantas saja jika mereka tertawa, kebingungan dan merasa heran, bahkan Bobby sedang meramal kalau Vano sedang kerasukan.

"HAHAHAH!! Semenjak kapan dia jago acting?" tawa Kenzo pecah.

"HAHAHA!!" tawa Bobby pecah, "Sejak kapan dia bisa nangis?"

Aldi dan Barra hanya menggelengkan kepalanya seraya menahan tawanya.

Kenzo membalas, "Momen langka sayang kalo ga diabadikan." ucap Kenzo yang langsung menggeser-geser layar ponselnya, rupanya ia sedang mencari salah satu aplikasi di ponselnya yaitu camera. Setelah beberapa detik mencari, dari luar kaca ia mengambil beberapa gambar untuk diabadikan. Setelah selesai dengan mengambil gambarnya Barra, Bobby, dan Aldi langsung mendekati Kenzo untuk melihat hasil tangkapan gambarnya tadi.

"HAHAHAHA" tawa mereka lagi-lagi, kali ini hingga terdengar ke ruangan sebelah, untung saja tidak ada suster atau dokter yang sedang lewat, jika ada pasti mereka sudah diusir dari tempat itu.

REVANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang