"Eva wants dad who was monitored by the office yesterday using a surveillance camera, but without a camera. Can?"
~Eva Agatha Ravelyn
•EVANESCENT•
Disiang hari yang terik karena mentari tak meredupkan cahayanya membuat gadis dengan rambut sebahu itu mengelap keringat dipelipisnya. Kini kelasnya tengah belajar olahraga, ah Sangat menyebalkan.
"Ayo Eva semangat larinyaa!" Sorak Tasya ketika gadis itu melewati Eva.
Eva tersenyum paksa dan mengangguk. Lalu dirinya kembali berlari mengabaikan dadanya yang sedikit nyeri. Ayolah, masa dirinya baru setengah putaran sementara yang lain sudah hampir lima putaran?
"Mending lo udahan deh, gue takut lo kenapa-napa" tegur Alice membuat lamunan Eva buyar seketika.
Eva menggeleng pelan dan tersenyum. "gapapa kok, gue masih kuat"
Alice mendengus lalu menggandeng tangan sahabatnya dan membawa gadis tersebut ke pinggir lapangan. Eva panik, pasalnya ia belum selesai satu putaran. Kalo guru olahraga tau ia bisa dihukum.
"Pak, kaki Eva terkilir. Saya bawa dia ke UKS ya" izin Alice sembari merangkul Eva dan menatap gadis itu agar mengikuti alurnya.
Peka akan tatapan itu, Eva berpura-pura meringis dan menahan kakinya yang satu. Berharap guru itu mempercayai dirinya.
Melihat itu, guru olahraga tadi menghela pelan. Kebiasaan karena tadi tak ikut pemanasan kan jadi begini. Dengan terpaksa ia mengangguk dan membiarkan kedua gadis itu pergi dari lapangan. Kejadian itu tak luput dari pandangan Orzie. Ia yakin terjadi sesuatu pada Eva tapi dirinya tak berniat membantu, temen laknat emang.
"Lo istirahat aja, gue mau ke lapangan lagi. Jangan kemana-mana, nurut sama gue!"
Mengangguk pasrah dan menatap sahabatnya dengan tatapan berbinar. "makasih El, lo emang yg terbaik"
Alice mengangguk lalu beranjak keluar dari UKS. Kini tinggallah Eva seorang diri diatas brankar. Mungkin ada perawat yang menjaga UKS, dan Eva tak peduli. Ia memilih tidur.
Sebentar lagi ulang tahunnya. Dan juga pernikahan sang papa. Sangat berdekatan. Bahkan dihari yang sama. Memikirkannya membuat airmata gadis itu kembali luruh. Ia belum siap menerima sosok ibu yang baru, bahkan dirinya belum bisa melupakan sang mama.
Menutup mata dan melayang ke alam mimpi untuk sejenak. Setidaknya sampai pikirannya benar-benar jernih. Tadi malam ia benar-benar terjaga sepanjang malam. Ah, ia semakin membenci dirinya sendiri.
•EVANESCENT•
"Acara pernikahan papa kapan?" Tanya Eva membuka suara ditengah hening makan malam mereka. Pertanyaan itu sukses membuat Farhan mengalihkan pandangannya.
"Sama seperti hari lahir kamu"
Eva terkekeh. "Eva tau, maksud Eva waktunya kapan?"
"Siang" jawab Farhan singkat membuat Eva tersenyum tipis.
"Itu artinya, papa bisa Dateng ke party aku kan?"
Farhan meletakkan sendok ya lalu meraih tisu dan mengelap sudut bibirnya. Kemudian pria itu berdiri dan bersiap untuk pergi kekamarnya tanpa ingin menjawab pertanyaan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•EVANESCENT✓•
Teen Fiction(Jangan lupa Follow sebelum baca, biar gk ketinggalan🤗) This my first story!! Pacaran dengan sosok setampan Saga memanglah tak mudah. Setiap mereka kencan selalu ada kendala. Entah itu dari sahabat masa kecil Saga, latihan basket lelaki itu, bahkan...