Chapter 21

91 11 0
                                    

Eva risih dengan tatapan dan bisikan murid dikoridor. Ada apasih sama mereka? Tidak biasanya membisikkan kata-kata tidak pantas padanya. Apalagi membawa-bawa nama Saga dan Joshua. Aneh kan?

"Eva! Eva!!"

Gadis itu berhenti saat melihat satu temannya menghampiri sembari berteriak. Suaranya itu loh, merdu bagaikan petir mengamuk.

"Kenapa Sya?" Tanya gadis itu penasaran. Ia berusaha mengabaikan orang-orang disekitarnya.

Tasya menggenggam tangan Eva dan menatap sahabatnya lekat. "lo harus liat Mading!"

Pasrah saat ditarik gadis itu karena dirinya juga penasaran. Ada apa di Mading sampai-sampai Tasya heboh. Apa ada hubungannya dengan bisikan para murid dikoridor?

Saat sampai dirinya terkejut bukan main sampai menutup mulut dengan tangannya. Apa-apaan ini! Kenapa ada beberapa foto dirinya bersama seorang lelaki dari belakang. Tulisan dengan tinta merah dan dengan huruf besar itu membuat matanya memanas. Hatinya mencelos membaca tulisan itu. Sangat menyakiti hatinya.

Tanpa sadar kristal bening jatuh dari pelupuk matanya. Ia mendengar beberapa murid yang mengerumuni Mading pada membicarakan dirinya. Apa maksudnya ini semua? Kenapa harus gini? Siapa yang tega berbuat seperti ini padanya? Apakah dirinya punya musuh?

Tak jauh dari mading, Joshua menatap kerumunan itu dengan tatapan heran. Lalu ia mendekati kerumunan itu dan mengepalkan kedua tangannya.

"Fuck!" Umpatnya lalu mencabut foto-foto dan tulisan tersebut.

Eva masih menunduk sembari mengusap pipinya yang basah. Ia tak memiliki keberanian untuk menatap sekitar. Sementara Tasya mengusap bahu Eva agar gadis itu tenang.

"Anjing mana yang berani buat ginian!" Bentak Joshua menatap murid disekitar mading dengan tatapan tajam.

Joshua menatap Eva yang menunduk. Ia yakin Eva menangis. Berdecak lalu mengacak rambutnya. Kemudian pria dengan tinggi 185 cm itu menarik gadis dengan rambut sebahu tadi pergi dari area mading.

Sebelum pergi ia sempat berucap tajam.

"Gue gak bakal diam pas tau siapa pelaku yang berani buat peri gue nangis!"






















"Hiks, hiks, g-gue takut"

Joshua mengusap wajahnya kasar. Ia tak tau harus berbuat apa. Sedaritadi Eva mengatakan bahwa dirinya takut, dirinya merasa seakan ia bersalah. Padahal gadis itu tak ada salah.

"Lo gak salah Va! stop crying,"

Namun gadis itu seakan tuli dan tetap mengatakan takut. Seperti orang yang trauma. Entahlah Joshua tak paham mengapa gadis itu tak berhenti menangis.

Joshua meraih kedua tangan Eva yang menutupi wajahnya. Lalu diturunkan tangan itu dan menangkup pipi Eva dengan kedua tangannya dan mengusap airmata gadis itu.

"You don't have to be afraid, you're not wrong, I hate to see you cry. I'm here to help you, what's next,"

Eva menatap lekat mata pria itu. Tersirat kekhawatiran disana. Ah, ia jadi tak tega. Lalu mata gadis itu beralih menatap kearah lain. Joshua tersenyum tipis dan mengusap pipi gadis itu lembut.

"Gue bakal buat mereka jera, karena mereka udah buat peri gue menderita"






















•EVANESCENT✓•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang