Chapter 13

72 12 0
                                    

"Don't be shy, crying is not something to be ashamed of. Anyone has the right to cry because we also have feelings,"

~Joshua Vallen

EVANESCENT


"maafin aku ya udah bentak kamu, aku gak bermaksud-"

"Shht! Shht! Shht! Gausah dibahas lagi ya, aku udah lupa kok" sahut Eva sembari meletakkan jari telunjuknya dibibir sang kekasih.

"Tapi-"

"Sagaaa~" rengek gadis berambut sebahu itu manja membuat Saga tersenyum gemas.

"Iya-iya, gemesin banget sih pacar Saga" ucapnya sembari menjawil hidung mungil Eva.

Eva meringis lalu mengerucutkan bibirnya kesal. "sakit tau,"

Saga terkekeh dan mencubit pipi gembul Eva pelan. "aku ada bawain kamu donat,"

"Donat?" Mata gadis tersebut berbinar.

Saga mengangguk lalu mengambil paperbag yang berisi satu otak donat diatas meja. Lalu ia memberikannya kepada Eva.

"Makasiih sayang" Eva tersenyum bahagia dan memakan donatnya. Gadis itu makan seperti anak kecil. Belepotan dimana-mana.

"Kamu tuh udah gede sayang, masih aja belepotan" Saga mengusap sudut bibir sang kekasihnya.

Sementara Eva menunjukkan cengiran khasnya. Ia sangat bahagia hari ini Saga kembali padanya. Ia berharap Saga akan terus berada disisinya sampai Saga benar-benar menjadi miliknya. Namun, apakah mungkin?


EVANESCENT

"Saga, kamu darimana?"

Lelaki dengan rambut hitam itu menatap kedua orangtuanya dengan tatapan heran. "dari rumah Eva, kenapa pa?"

"Kamu abaikan Jesslyn lagi?" Tanya Bara sembari menatap anaknya dengan intens.

Saga berjalan kearah sofa dan duduk disamping Rosa. "engga pa, aku jagain Jesslyn kok"

Bara mendekati putranya dan duduk dihadapan Saga. "kata Jesslyn kamu kerumah Eva dari pulang sekolah, dan nyuruh Joshua ngaterin dia pulang. Bener?"

Saga terdiam beberapa saat lalu mengangguk. "iya, tapi kan aku udah seharian disekolah sama Jesslyn. Salah kah jika pulang sekolah aku sama Eva? Dia kan pacar aku, dan dia juga lagi sakit"

Bara memijit pelipisnya dan menghela napas. "kamu tau? Perbuatan kamu itu membuat papa ditegur sama Tante Diana, Tante Diana mengancam papa Ga,"

Lelaki dengan rambut hitam itu memejamkan matanya sejenak. "maafin Saga pa, besok Saga bakalan jagain Jesslyn lebih ketat lagi."

Lelaki paruh baya itu menatap sang putra. Putranya terlihat lelah dan seperti tertekan. Itu yang dilihatnya sekarang. Tapi saham itu lebih penting sekarang, jadi dirinya tak merasa bersalah sedikitpun.

"Mas, biarin Saga istirahat ya. Kasian dia pasti capek"

Lelaki dihadapannya mengangguk pasrah. "lain kali kamu jangan lalai, satu gerakan salah itu sama seperti kesalahan seribu langkah"

Saga tersenyum tipis lalu berdiri dan pergi meninggalkan kedua orangtuanya. Menaiki tangga dan masuk kedalam kamar. Merebahkan dirinya dikasur lalu menutup wajah dengan lengannya.

•EVANESCENT✓•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang