Chapter 5

118 13 0
                                    

"Eva? Papa boleh masuk?"

Eva menoleh kearah pintu lalu menjawab, "boleh pa,"

Pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok lelaki paruh baya dengan jas hitam melekat ditubuhnya. Lelaki itu tersenyum saat melihat putrinya tengah belajar.

"Lagi belajar apa hm?" Bertanya sembari mendekati putri semata wayangnya.

"Fisika pa, belajar juga karena tugas" cengir gadis itu.

Tangan lelaki itu terangkat dan mengusap kepala gadis itu. "em, sayang"

"Ya pa?"

"Papa besok pergi ya?"

EVANESCENT


"Saga, liat sini dong"

Saga berkali-kali menghela. Ia sudah lelah dengan semua ini. Gadis disampingnya tak berhenti mengambil foto mereka berdua. Jika bukan karena mama gadis itu, ia tak akan mau seperti ini.

Tapi gadis disampingnya adalah orang paling berharga dihidupnya. Jika bukan karena gadis itu, dulu saat kecil ia akan kesepian. Sungguh.

"Saga, senyum ih!"

Dengan sedikit terpaksa, lelaki itu tersenyum tulus. Lalu satu gambar berhasil diambil dengan bagus setelah dua jam mereka berada di Restoran yang ada di mall tersebut.

"Jess, lo gak capek?"

Gadis disampingnya menoleh, "enggak, kan ada kamu"

Saga mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia ingin cepat pulang dan baring dikasur impiannya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu.

Merogoh saku celana dan membuka kontak seseorang. Saat ingin menghubungi kontak itu, Jesslyn mengambil handphonenya tiba-tiba.

"Jess" tegur lelaki itu.

Jesslyn memasang wajah polos, "apa? Kan kamu udah janji gaboleh ada yang ganggu kita kalo lagi berdua, ya kan?" Balas gadis itu sembari mengutak-atik handphone Saga.

Menghela pelan lalu memakan makanannya. Ia terjebak dengan janjinya sendiri. Tapi apakah ia akan kapok dengan janjinya itu?

"Nomor yang anda tuju—"

Membuang nafas kasar lalu memeluk tubuhnya sendiri semakin erat. Jika tau akan hujan seharusnya ia tak keluar untuk jalan-jalan malam ini. Sedikit menyesal tak mengikuti saran papa yang menyuruh dirinya untuk membawa payung.

Sekarang dirinya sendirian dihalte bus. Sendirian. Kesepian. Tanpa siapapun. Bahkan makhluk halus tak ada disana.

"Dingin.." lirihnya. Bibir dan wajahnya memucat, ruam merah sedikit timbul diwajahnya. Membuat dirinya sangat mengerikan.

Lima menit berlalu. Tiba-tiba ada yang memakaikan jaket ke tubuhnya. Membuat gadis dengan rambut sebahu itu mendongak. Dalam hati ia berharap itu adalah sang kekasih, namun ternyata bukan. Kenyataan tak sesuai kenyataan.


"Udah tau hujan, kenapa gak bawa payung?"

Gadis itu bungkam. Bukannya tak berniat membalas ucapan lelaki itu, tapi ia tak sanggup bicara. Ia merasa tenggorokannya sangat kering akibat terlalu banyak menghirup angin malam yang sangat dingin.

•EVANESCENT✓•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang