Lisa POV
"Hey, wake up." Suara lembut seorang wanita membangunkan jiwaku yang tertidur. Perlahan aku membuka mataku dan aku melihat Jennie membungkuk ke depan karena dia membangunkanku dan menepuk pundakku.
Rambut coklat bergelombangnya bergoyang saat dia bergerak. Dia tidak memiliki make up di wajahnya tapi dia masih terlihat seperti dewi. Damn. Betapa indahnya melihat hal pertama di pagi hari.
"Perlu bangun, Lisa. Sudah jam 10 tapi kau masih belum makan." Dia dengan hati-hati membelai pipiku sambil memberiku senyum manis. "Aku memesan sarapan. Kau harus makan sekarang." Dia berkata.
Senyuman terlukis di wajahku lalu aku perlahan duduk karena kepalaku sedikit sakit. Aku merintih kesakitan tapi itu tertahankan. Jennie duduk di sampingku dan aku menatapnya. Dia mengenakan sweter putih besar yang memberiku tampilan penuh pada tulang selangkanya yang menurutku seksi. Damn, gadis ini membuatku merasakan perasaan yang tidak biasa.
"Apa kau baik-baik saja? Aku harus membeli obat, tunggu aku di sini." Dia berkata dan dia hendak berdiri tetapi aku menghentikannya dengan melingkarkan tanganku di pinggangnya.
Aku memeluknya dari samping dan menyandarkan kepalaku di bahunya. "Air akan cukup. Ini hanya mabuk biasa." Kataku dengan suara serak karena aku baru saja bangun. Aku membenamkan wajahku di lehernya jadi aku mencium aroma manisnya. Dia berbau seperti bayi.
"Lisa. Itu menggelitikku." Dia berkata sambil mendorongku menjauh dengan lembut tapi aku tidak repot-repot menjauhkan wajahku dari lehernya.
"Rasanya sangat nyaman. Biarkan ini menjadi obatku." kataku sambil menghela nafas pelan.
"Tentu saja mabukmu akan hilang." Dia berkata dengan penuh sarkasme yang membuatku tertawa. "Cukup dengan itu. Aku perlu mengemasi barang-barangku karena aku ada penerbangan nanti."
"Jam berapa, Jen?" Aku menatapnya tanpa melepaskan tanganku yang menempel padanya.
"Jam 2 siang. Aku harus ke bandara satu jam sebelum waktu keberangkatan." Dia berkata sambil menatapku.
"Bisakah kau memperpanjang liburanmu? Aku masih ingin bersamamu karena aku masih belum tahu kapan aku akan kembali ke Korea Selatan."
"Apa kau akan kembali? Kukira kau punya pekerjaan di sini? Lagi pula, kampung halamanmu adalah Thailand." Dia berkata bingung.
"Aku akan mengunjungi seorang teman." Aku mencoba memberinya senyuman manis. "Kalau begitu aku akan mengunjungimu setelah ini." Aku bilang.
"Kalau begitu kunjungi aku. Tidak masalah dengan itu. Aku tidak bisa tinggal lebih lama lagi di sini, Lisa. Aku sudah memesan penerbangan." Dia berkata sambil melepaskan lenganku yang menempel di pinggangnya. Dia berdiri dan mulai mengambil barang-barang di atas meja dan di tempat tidur. Itu barang-barangnya.
"Kenapa aku merasa kau tidak ingin tinggal di sini bersamaku?" Aku mengikutinya dengan pandanganku. "Aku tidak akan melakukan apa-apa."
"Bukan itu, Lisa. Tidakkah menurutmu itu terlalu cepat? Aku tidak bodoh untuk tidak merasakan bahwa kau memberiku petunjuk bahwa kau menyukaiku."
"Dan aku menyukaimu. Aku yakin aku mengakui semuanya lebih awal. Apa yang begitu cepat dengan itu?" Aku berdiri. Kami berbicara dengan nada suara yang normal jadi ini bukan pertengkaran.
"Kita sudah saling kenal selama berhari-hari. Bisakah kita memperlambatnya? Bisakah kita pelan-pelan dulu? Aku tahu kau mengambil peluang sebanyak yang kau bisa sekarang karena aku pergi tapi kau akan ke Korea Selatan segera. Mungkin kita bisa melanjutkan semuanya di sana. Kita tidak terburu-buru, Lisa." Katanya sambil mengemasi barang-barangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MISTRESS [JENLISA]
RomanceKau muncul entah dari mana dan membuatku merasa seperti aku yang paling bahagia. Kau membuatku jatuh, aku membiarkanmu. Tapi itu hal terbodoh yang pernah kulakukan karena sekarang aku berada di bawah mantramu, aku.... tidak bisa menjauh darimu. Aku...