"Kata maaf lo gak akan bisa balikin apapun! Hidup gue udah hancur," teriak Arka.
"Hidup gue lebih hancur, Ka!"
"Dan itu karena ulah lo sendiri!" lanjut Arka menyahuti.
••••••••
Pertemuan malam itu, membuat Arkana...
Bantu koreksi typo ya syng 😣 Typo ku estetik sekali soalnya, jadi g keliatan 💅
Gak sempet revisi, kalo ada typo atau apa kasih tau, makasi.
Semoga suka part ini 💗😋
Enjoy 😼
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamis, 14 Oktober 2021 _____________
"Papa ngomongin apa si, Ka?" tanya Lyodryn pada Arka yang baru saja menutup pintu kamarnya. Arka berjalan kearah kasur lalu duduk di hadapan Lyodryn.
Arka baru menghubungi Celo saat dia dan Lyodryn sudah di rumah. Lebih tepatnya saat mereka telah selesai makan malam dan beristirahat lebih dulu.
"Soal kantor, Ly."
"Kenapa? Ada masalah?"
"Nggak. Itu jadi papa minta ketemu sama orang yang mau kerjasama sama perusahaan papa. Kebetulan orang itu baru bincang sama gue aja, itupun via telepon. Makannya papa mau ajak ketemu dulu," jelas Arka pada Lyodryn.
"Oh gitu. Terus gimana jadinya?"
"Ya gitu, in syaa Allah besok mereka ketemu. Tadi gue sempat hubungi orang nya juga, masih perjalanan ke Indonesia," ucap Arka menyahuti.
"Lho orang luar?"
"Orang sini cuma emang kerja di sana aja."
Lyodryn mengangguk mendengar penjelasan Arka barusan. Baru saja Lyodryn akan merebahkan tubuhnya, tapi suara Arka memanggil.
"Lyo."
"Kenapa?"
"Mau bicara sebentar," ucap Arka.
"Apa tuh?"
Lyodryn menghadapkan tubuhnya kearah Arka, lalu menatapnya dalam. Bersiap untuk mendengarkan apa yang Arka ucapkan.
"Lo tau kan perihal papa suruh gue buat kerja di kantornya setelah gue lulus?"
"Iya tau. Waktu itu papa pernah bilang kan sama kita," jawab Lyodryn.
"Gue ragu deh, Ly. Gue iyain atau nggak ya?"
"Ragu gimana? Ya terima aja, bagus lah kalau lo bisa kerja di sana," sahut Lyodryn.
"Tapi--"
"Kenapa? Pasti alasan lo gak jauh dari ngerasa gak enak atau gak pantas buat dapatin ini kan?"
Arka mengangguk pelan, apa yang Lyodryn katakan memang benar. Arka selalu berpikir tentang itu.
Lyodryn tersenyum kecil, lalu menggenggam tangan kanan Arka. "Arka dengerin Lyo ya. Sekarang lo gak usah mikir kayak gitu. Lo tau kan se sayang apa papa Celo ke lo? Apa lo tega nolak permintaannya?"
"Coba sekarang pikirin, kalau bukan lo siapa lagi yang bakal lanjutin perusahaan itu? Sedangkan anaknya papa cuma lo, Ka. Papa juga udah gak muda, dia pasti butuh lo untuk lanjutin perusahaan yang udah dia bangun susah payah itu. Paham kan?" jelas Lyodryn.