• 2. | BINGUNG

2.2K 124 33
                                    

Jum'at, 14 Mei 2021

" Gue pinjam pundak lo, sebentar aja."

***

"Lo kerasukan apa? Banyak banget makannya?" ucap Naya tak santai. Setelah pulang kampus tadi, Arka benar-benar menagih janji Naya untuk mentraktir nya bakso.

Sudah tiga mangkuk Arka makan bahkan Naya saja baru selesai menghabiskan mangkuk pertamanya.

"Gue laper," ucap Arka dengan mulutnya yang masih mengunyah.

Naya menyipitkan matanya, menatap Arka dengan wajah heran. "Laper apa doyan? Baru tau gue, cowok yang badannya kecil kayak lo gini makannya banyak. Bisa-bisa papi gue bangkrut kalau tiap hari gue traktir lo terus."

"Ya kan gak tiap hari juga. Karena itu mumpung lo mau traktir gue, gue makan yang banyak aja. Ntar sekalian bungkus dua bakal gue makan malam," lanjut Arka.

Naya mengambil botol sambal yang berada di sebelah mangkuk nya, lalu mengarahkan botol itu ke mangkuk bakso Arka. Tanpa rasa bersalah Naya menuangkan semua isi botol itu kedalam sana.

"Naya! Lo gila? Pedes dong, sayang-sayang masih banyak," ucap Arka berteriak. Sontak semua orang yang berada di sini melihat kearah dua orang ini. Arka dan Naya saling menatap, lalu menatap semua orang di sini bergantian.

"Mulut lo kayak cewek," ejek Naya.

"Kelakuan lo kayak setan," balas Arka.

"Ish sialan!"

"Bodoamat. Lo bayar cepat gue mau ke depan, mau beli kopi," ucap Arka pada Naya.

"Beli kopi?"

Arka menunjuk sebuah cafe yang berada tepat di sebelah kedai bakso yang dia dan Naya singgahi saat ini. Tanpa jawaban dari Naya, Arka langsung saja bangkit dari tempatnya dan berjalan keluar dari dalam kedai, meninggalkan Naya yang masih terdiam dengan wajah kesalnya.

Arka mulai memasuki cafe tujuannya tadi. Tempat ini tak seramai biasanya, ya memang Arka sering kali kesini. Sudah beberapa kali dia dan Naya menghampiri tempat ini, memesan segelas kopi dingin dan untuk membantu Naya mengerjakan tugasnya atau mungkin makan bakso di tempat tadi.

Arka memesan segelas mochaccino dingin, lalu duduk di sebuah kursi untuk menunggu pesanannya itu siap. Saat sedang sibuk mengotak-atik handphone nya, sebuah suara memasuki telinga Arka. Membuatnya sedikit terganggu.

"Siapa yang nangis?" gumam Arka heran.

Arka menelisik setiap sudut ruangan yang dia tempati ini. Hingga matanya menangkap sesosok wanita yang duduk di ujung ruangan sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Arka memperhatikan wanita itu dengan wajah heran nya. Kaki Arka perlahan berjalan mendekatinya. Gue kayak kenal.

"Lo kenapa?" ucap Arka. Arka berbicara saja, meskipun dia tak tahu siapa yang dia ajak bicara.

Wanita itu mengangkat wajahnya, melihat lelaki yang kini berdiri di sebelahnya. "Arka?"

"Lyo? Lo kok di sini?" tanya Arka.

Lyodryn, entah mengapa dia ada di sini? Arka pun heran. "Lo kenapa nangis?" tanya Arka lagi. Arka terkejut saat tiba-tiba saja Lyo bangkit dan merengkuh tubuh nya. Arka ingin melepaskan, namun rasanya tak tega saat mendengar Lyo semakin mengeraskan tangisnya.

"Gue pinjam pundak lo, sebentar aja," ucapnya. Arka terdiam, membiarkan Lyo mengeluarkan air matanya dulu.

"Lo ada masalah? Coba cerita ke gue," tutur Arka. Meskipun dia membenci Lyodryn, namun tetap Arka tak pernah bisa melihat wanita manapun menangis.

Adinata | end.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang