Diskusi berlanjut saat penguji di atas panggung memperlihatkan kepada penonton lukisan-lukisan tersebut agar bisa dilihat oleh semua orang.
Hyeri dan Minnie melukis sebuah jalan dari pemandangan taman yang mekar. Lukisan itu cantik tapi terlalu biasa sehingga mereka secara alami berada di peringkat yang lebih rendah.
Kei melukis Krisan ‘peri merah' besar. seluruh lukisan hanya menggambarkan krisan jenis ini. Gambar ‘peri merah' yang muncul dengan jelas di atas kertas sangatlah indah, tapi dalam ujian akademi tidak hanya untuk menguji teknik melukis saja tapi juga untuk mengenali maksud dari lukisan tersebut.
Jadi betapapun cantiknya lukisan Krisan ini, lukisan itu hanya bisa menduduki peringkat ketiga.
Setelah itu kita bisa melihat karya Mina.
Mina menggigit bibirnya saat dia duduk di samping Woo Hyelim, dengan senyuman yang nyaris tidak tampak di wajahnya tapi tangannya mengepal dengan erat.
Biasanya dia pasti akan tersenyum ringan seperti awan dan angin sepoi-sepoi saat dia menerima pujian dan kecemburuan dari semua orang. Tapi sekarang, ‘peringkat kedua' ini seperti sarkasme mendalam yang membuatnya merasa bahwa semua orang menatapnya dengan mata penuh dengan ejekan.
Lukisan Mina adalah hamparan kelopak. Terdapat Hujan dan angin yang menghujam dan banyak kelopak bunga Krisan berjatuhan namun masih ada beberapa kelopak bunga yang menempel kuat pada kuncup bunga dan batangnya masih tetap berdiri tegak, seolah-olah itu mewakili seseorang yang sangat tegar.
Terdapat dua kalimat di sampingnya, ‘Lebih baik mati dengan wangi di dahan, daripada terbang bersama angin Utara.’
Makna dari lukisan ini sangat luhur. Secara umum, lukisan adalah tentang makna dan pemikiran dari pelukis dan juga karena lukisan ini bisa dianggap mulia, orang yang melihatnya akan memberi kesan bahwa orang yang melukisnya pasti memiliki integritas yang tinggi.
Kepala penguji sangat menyukai orang-orang yang berbakat dan memiliki karakter seperti itu, jadi jika lukisan Mina tidak meraih ‘peringkat pertama’, semua orang tidak bisa membayangkan apa yang telah dilukis oleh Luhan.
"Lukisan ini sangat bagus? Bagaimana mungkin lukisan seperti ini berada di peringkat kedua?” Nayoung berteriak, "Aku sama sekali tidak mengerti."
Woo Hyelim juga tidak mengerti. Awalnya dia berpikir bahwa Mina agak gugup dan pikirannya tidak fokus. Siapa yang menyangka saat lukisan itu dibawa keluar, dia akhirnya tahu bahwa putrinya tidak melakukan kesalahan.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, lukisan ini akan menjadi peringkat pertama. Tapi kenapa kali ini hasilnya berbeda?
Penguji di atas panggung menginstruksikan dua petugas untuk membuka gulungan lukisan selanjutnya dan suara berhenti.
Kertas lukisannya sangat besar dan lukisan Luhan masih ada area putih secara dominan.
Dalam kertas lukisan itu, terdapat pasir kuning yang tak berujung diselimuti dengan cahaya dari matahari terbenam berdarah dan pedang patah yang berdiri di tengah-tengah padang pasir kuning itu dengan Krisan putih di ujungnya.
Di sana, Krisan hanya untuk pelengkap saja karena gambarnya sangat kecil sehingga banyak orang bahkan tidak akan bisa melihat kelopak bunganya.
Namun dalam lukisan ini, itu seperti melukis naga dan menghiasi matanya, itu memunculkan rasa terpencil dari keindahan.
Semua orang yang hadir terdiam sejenak. Kertas dan tinta memisahkannya, tapi semua orang yang berada disana bisa merasakan kesedihan dan kesengsaraan dari seorang pejuang.