Berbagai hal tampaknya telah berubah tanpa bisa dikendalikan dalam semalam. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa angin musim semi yang sebelumnya dipenuhi dengan kemuliaan telah menjadi kehancuran dalam sekejap.
Kang Dongho dan Sihyeon tidak menyangka bahwa ILhoon akan dibunuh oleh Putra Mahkota. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua.
Meskipun Putra Mahkota berusaha sebaik mungkin untuk menekankan bahwa dia tidak mengambil tindakan terhadap ILhoon dan menjelaskan ketika Putra Mahkota mencapai Paviliun Ann, ILhoon sudah meninggal, Tapi penjaga ILhoon tidak percaya akan hal itu.
Setelah itu keadaan menjadi semakin rumit, belum lagi itu kejadian itu dipenuhi dengan darah jadi ini termasuk pelanggaran kriminal yang mengejutkan.
Sihyeon mencoba yang terbaik untuk mempertahankan ekspresi tenangnya saat dia menghibur Kang Dongho, "Pasti ada kesalahpahaman dalam semua ini. Selama kesalahpahaman terklarifikasi, semuanya akan terselesaikan." Tapi hatinya tenggelam ke dalam jurang.
Dari mata orang luar, Kang Dongho-lah yang memberikan dupa kepada Putra Mahkota.
Putra Mahkota kemudian mempersembahkan dupa kepada Buddha dan mengundang ILhoon untuk menghargai dupa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kang Dongho lah yang menjadi sumber bencana dalam kasus berdarah ini.
Bahkan jika masalah itu sama sekali tidak terkait dengan Kang Dongho, kemarahan keluarga Kekaisaran adalah sesuatu yang tidak mungkin bagi Kang Dongho untuk melarikan diri dengan selamat.
Selain itu, bahkan jika Putra Mahkota beruntung dan membuktikan bahwa dia tidak bersalah, Kang Dongho-lah yang menyarankan hal tersebut dan karena sarannya, ILhoon meninggal sehingga negara Sho tidak akan bersedia untuk melepaskan kejadian ini begitu saja.
Jika sekutu Putra Mahkota mati (ILhoon), bagaimana mungkin Putra Mahkota tidak melampiaskan amarahnya pada Kang Dongho?
Jadi baik kiri atau kanan, Kang Dongho, bagai domba yang tidak bisa lari.
Kang Dongho bisa melihat dengan jelas sampai tahap ini dan ekspresinya menjadi sangat buruk. Dia juga terlihat lebih tenang dari Sihyeon dan hanya berkata, "Kita harus kembali ke kediaman dulu. Lalu aku akan pergi mengunjungi kediaman Putra Mahkota untuk menanyakan apa yang terjadi.”
Bagaimana mungkin ILhoon bisa meninggal begitu saja?
Siapa yang membunuhnya? Kenapa ILhoon meneriakkan nama Putra Mahkota?
Semua kombinasi dan kebingungan ini tidak bisa dimengerti. Tidak peduli apa yang terjadi, yang harus dilakukan adalah mencari tahu terlebih dahulu apa yang sedang terjadi lalu mencari solusinya.
Sang kusir memutar kuda dan menuju ke kota.
Sihyeon tiba-tiba telah memikirkan sesuatu dan bertanya, “Kenapa kita tidak melihat Adik Kelima?"
Kang Dongho kaget. Dia tahu segala strategi yang digunakan Putra Mahkota untuk Luhan.
Karena Sihyeon telah menghitung waktunya, mereka harusnya mencapai Paviliun Ann sekitar waktu yang sama dengan Luhan sehingga dia dapat mengembangkan ‘cinta antara saudara perempuan’.
Mereka telah berhenti di sini untuk sementara waktu, jadi secara logis Luhan dan yang lainnya seharusnya juga telah tiba. Dia melihat ke jalan pegunungan sekilas, tapi tidak ada kereta kuda di depan ataupun di belakang mereka.
Kenapa Luhan tidak ada di sini?
Kang Dongho hanya tahu bahwa Luhan adalah Adik Sepupu Sihyeon dan karena kekuatan militer Yunho yang kuat, dia dapat hidup dengan baik tapi dia tidak tahu apapun tentang temperamen Luhan.