Selamat membaca....
Ayo tekan ⭐
Weekend kali ini tujuh sekawan itu sedang berkumpul di rumah besarnya Yaya. Tidak ada acara khusus hanya ingin berkumpul saja. Mumpung semuanya tidak ada kegiatan khusus pada weekend kali ini.
“Yaya, lo abis belanja bulanan ya?” Tanya Lala ketika membuka kulkas.
“Iya, kemarin mau ngedrakor malah semua makanan habis terpaksa deh ke supermarket” jawab Yaya.
“Di anter Odi?” Tanya Jo.
“Engga, kan taunya makanan habis pas udah sampai kamar.”
“Jadi pergi sendiri?” Tanya Jo lagi.
Yaya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
“Lain kali jangan pergi sendiri gitu. Serem gue liat lo pergi seorang diri kaya gitu” ujar Stev yang ikutan nimbrung pembicaraan mereka.
“Deket kok Stev, di supermarket depan komplek doang” jawab Yaya.“Ya udah. Tapi lo gak kenapa-kenapa kan?” tanya Stev lagi memastikan.
Kenapa ia terkesan ingin tahu karena Stev dan yang lainnya tidak ingin sifat ceroboh Yaya dapat membuatnya mengalami kesusahan saat tak bersama mereka.
Pernah di satu waktu karena sifat ceroboh gadis itu membuat ia kehilangan barang-barang berharganya karena terlalu mempercayai orang yang tidak di kenalnya.
Bagi mereka cukup satu kali itu saja, jangan sampai terulang kembali.
“Gue gak kenapa-kenapa, Cuma hati gue aja yang sakit, Stev.” Ujarnya sendu kala mengingat pertemuan dirinya dengan Raga yang sedang bersama seorang gadis.
“Kenapa? Ada yang nyakitin lo?” tanya Jeff mewakili pertanyaan yang lain.
“Aga..” ujarnya menggantung yang membuat sahabat-sahabatnya tak sabaran.“Raga kenapa? Nyakitin lo? Bilang sama gue” ujar Jo menggebu.
“Iis bukan itu, makanya dengerin dulu apa yang mau gue bilang,” Yaya menatap Jo dengan sewot.
“Yaudah cepetan bilang” ujar Asa yang tidak sabaran juga.
“Gue liat Aga bareng sama cewek. Kayanya anak sekolahan kita juga. Sakit banget hati gue” ujar Yaya lirih.
“Cuma itu? Gue kira lo di apa-apain” gumam Jo yang langsung berlalu ke kamar mandi.
“Iis Jo! Tapi tetap aja itu nyakitin hati gue”“Salah lo! Kan udah gue bilang jangan ngejer-ngejer Raga lagi” hardik Asa yang tak terima Yaya merasa sakit hati.
“Udah jangan bahas soal Raga, biar itu jadi urusan Yaya.” Ujar Lala menengahi.
“Mending sekarang kita renang aja. Gimana?” Lala memberi usul yang langsung di setujui sama mereka semua.
“Sambil bakar-bakar yuk” usulan Jeff itu membuat semuanya berpikir.“Belanja dulu kalau gitu” Odi menjawab usulan Jeff.
“Biar aku sama Odi aja.” Ujar Yaya.
“Ya udah, entar yang manggang aku aja. Lagi datang bulan soalnya jadi gak minat renang.” Ujaran Asa itu di setujui mereka semua.
Selagi Odi dan Yaya belanja mereka bahu membahu menyiapkan segala keperluan mulai dari pemanggangannya dan bumbu-bumbunya.
Karena masih sekitaran jam setengah sembilan pagi mereka mengerjakan semuanya dengan santai.
Toh bukan hanya berenang dan memanggang saja yang akan mereka lakukan hari ini. Tapi pastinya masih ada hal lain yang akan mereka lakukan walaupun belum tau akan melakukan apa.
💗💗💗
“Jadi bener mereka pacaran?”
“Siapa?” tanya Felix.
Saat ini Felix dan Raga sedang berjalan menuju toko kue yang bersebrangan dengan supermarket depan komplek Yaya karena rumah mereka berdua juga tidak terlalu jauh dari daerah komplek itu.
“Lo cemburu?” tanya Felix lagi, saat tau orang yang di maksud Raga adalah Yaya dan Odi yang sedang memasuki kawasan supermarket.
Raga hanya melirik Felix tajam. Kenapa selalu kata cemburu yang di tanyakan oleh sahabatnya itu, padahal dia hanya ingin memastikan saja.“Udah deh buruan. Lama!” jawab Raga tak senang.
Mereka berdua akhirnya memasuki toko kue itu. Yang ingin membeli kue di sini ialah ibunda dari Felix tetapi sialnya sahabatnya itu malah datang ke rumahnya dan meminta dirinya untuk menemani ke toko kue.
“Cari pacar sana, jangan gue mulu yang lo bawa ke mana-mana” Omelan Raga itu hanya di jawab dengan dengusan oleh Felix.
Padahal Raga sudah tau bahwa dirinya tidak ingin memiliki pasangan untuk saat ini kenapa harus membahas itu di toko kue ini sih, malah di depan mbak-mbak kasirnya lagi. Felix benar-benar mengutuk mulut tajam sahabatnya itu.
💗💗💗
Sepulangnya Odi dan Yaya, mereka langsung membersihkan dan membumbui aneka daging yang akan mereka panggang. Mulai dari daging sapi, daging ayam, ada juga sosis dan ikan.
Lala menghampiri Odi dan Jo yang sedang melumuri daging-dagingan itu dengan bumbu, “Perlu bantuan?” tanyanya.
“Ayang Lala!! Jangan bantuin mereka, mending bantuin aku sini!”
Teriakan memekikkan telinga itu berasal dari Stev yang sedang menyusun bangku serta meja di samping kolam berenang.
Lala mendengus dan mau tak mau ia menghampiri Stev, karena takut di ejekin Odi dan Jo.
Semua sudah selesai dengan pekerjaan masing-masing. Lala dan Yaya sedang berganti pakaian di dalam rumah sedangkan para lelaki sudah berada di dalam kolam berenang.
Asa yang melihat sahabat-sahabatnya itu menggelengkan kepala karena mereka sangat senang dan bersenda gurau.
“Sini!!” panggil Stev melambaikan tangan ke arah Yaya dan Lala.
“Bantuin goblok!” seru Lala yang kesusahan karena membawa bebek-bekekan besar di kedua tangannya sedangkan Yaya sendiri tengah membawa bola plastik untuk mainan mereka.
Tanpa basa-basi Stev dan Jeff langsung menghampiri dua gadis itu dan membantu mereka membawa barang-barang tersebut.
“Oh iya, itu ambil tripod di dapur. Kita harus foto-foto,” ucap Yaya.
Semuanya menikmati weekend kali ini, mereka bersenang-senang bermain air, lempar-lemparan bola bahkan mendorong ke kolam renang satu sama lain.
Asa yang sudah selesai memanggang beberapa daging menyuruh mereka naik ke permukaan untuk mengisi perut.
“Kita harus sering-sering meluangkan waktu untuk bersenang-senang kaya gini, gue seneng,” ucap Asa yang di angguki mereka semua.
“Boleh juga tuh, ga harus weekend. Sepulang sekolah juga bisa kumpul-kumpul kaya gini” sambung Stev.
Mereka menyetujui ucapan Asa dan Stev dan berjanji akan meluangkan waktu sesibuk apa pun mereka nanti karena kebersamaan bisa di bentuk kapan pun dan di mana pun.
Next.......
KAMU SEDANG MEMBACA
B.U.C.I.N. | End
Teen FictionCinta datang karena terpaksa atau cinta datang karena terbiasa? Teman menjadi pacar, sahabat menjadi pacar, orang asing menjadi pacar dan yang dianggap pengganggu juga menjadi pacar. Pada akhirnya kata Bucin (budak cinta) mewakili masa remaja mereka.