Kita sudahi galau-galau nya dan saatnya beruwu riya...
Xixi
Seminggu setelah pernyataan suka itu Yaya berhasil untuk tidak mendekati atau mengganggu hari-hari Raga seperti sebelum-sebelumnya. Hal itu membuat Raga uring-uringan, ia mengira gadis itu menjauhinya karena pernyataan itu.
“Ay..”
Raga memegang tangan Yaya, lebih tepatnya menghentikan langkah kaki gadis itu.Yaya memandang genggaman tangan itu, hatinya berdesir. Ia yakin bahwa perasaannya memang hanya untuk lelaki di hadapannya ini.
“Ada apa?” Tanya Yaya.
“Gue mau bicara. Berdua.” Perkataan dengan penekanan itu membuat para sahabat Yaya mengerutkan kening.
“Lo bisa ngomong di sini kalau memang itu bukan hal yang penting.” Ucap Jeff seperti tak terima.
“Tapi ini penting.” Raga mengeluarkan suara dingin andalannya.Tapi tentu saja hal itu tak membuat mereka ciut. “Ya udah kalau gitu ngomong sekarang di depan kita-kita.” Kali ini Asa juga mulai menantang Raga.
Menghembuskan napas frustasi, Raga menyugar rambutnya ke belakang.
“Pokoknya mulai hari ini Aya jadi milik gue. Terserah kalian suka atau enggak.”
Pernyataan itu tidak hanya di dengar oleh mereka bertujuh melainkan murid-murid yang tengah lalu lalang karena keberadaan mereka berada di lorong kelas yang ramai.Yaya melihat sekelilingnya sudah sangat ramai. Ia bingung, saat ini sang pujaan hati memintanya jadi pacar atau bagaimana. Kebingungan melanda otak polos gadis itu.
“Kayanya Yaya masih bingung sama ucapan lo.” Kata Jo yang mengetahui kebingungan sahabatnya itu.Raga melihat Yaya yang hanya diam sedari tadi, ia lupa bahwa gadis yang di sukainya itu rada lemot.
Memegang bahu Yaya seraya menatap dalam mata indah itu, Raga mulai mengucapkan kata-kata yang membuat jantung Yaya berdetak tak karuan. “Mulai hari ini kita pacaran.” Kata Raga serius namun kedengaran santai.
Mengedip-ngedipkan matanya berulang-ulang, itulah yang di lakukan Yaya. “A-aga serius?” cicit Yaya.
“Serius.”Jawaban singkat itu membuat senyum Yaya mengembang dan itu menular ke para sahabatnya. Mereka turut senang.
“Bakalan nambah deh Bucinnya.” Ucap Stev di sela-sela tatapan pasangan baru itu.💗💗💗
“Pulang bareng?”Pertanyaan Raga itu di jawab dengan anggukan antusias oleh Yaya. Lelaki itu hanya dapat terkekeh kecil melihat tingkah gadis yang sekarang sudah menjadi pacarnya yang sangat lucu itu.
“Helm ini?” gumam Yaya seolah bertanya.
“Sekarang jadi milik lo.” Yaya melihat ke arah Raga dan tersenyum lembut. Saking lembutnya perut Raga seakan-akan ada kupu-kupu yang berterbangan.“Mau langsung pulang?” Raga sedikit berteriak ketika bertanya karena saat ini mereka sudah di atas motor lelaki itu.
“Aga laper ya?” yang di tanya malah bertanya balik.Tak menjawab lagi, Raga menancapkan motornya begitu saja. Tak lama mereka sudah sampai di rumah makan sederhana yang terletak di pinggir jalan.
Mengetahui bahwa sudah sampai tujuan Yaya turun dari motor dan mengedarkan pandangannya ke area parkir rumah makan tersebut.
“Kita makan di sini ya.” Pernyataan mutlak itu di angguki begitu saja oleh Yaya.
Raga berjalan memasuki rumah makan tersebut tetapi langkahnya di tahan oleh tarikan di bajunya oleh Yaya. Menoleh ke belakang, “Kenapa?” tanya Raga.
“Bukain...” pinta Yaya seraya menunjuk helm di kepalanya. Melihat itu Raga terkekeh. Entah suda berapa kali dirinya di buat tersenyum oleh gadis itu.
“Aga pesan apa?” tanya Yaya yang duduk di hadapan Raga.
“Nasi soto sama pergedelnya satu, minumnya teh manis dingin.”
“Aku pesan Nasi sama ayam bakar, minumnya air putih aja ya mbak.” Ucap Yaya kepada mbak-mbak pelayannya.
Seperginya mbak-mbak itu Raga menatap ke arah Yaya. Terlihat bahwa gadis itu terlihat gugup. “Kenapa?” tanya Raga yang membuat Yaya langsung menatapnya.
“Gak kenapa-kenapa kok.” Jawab Yaya seadanya.
Ada yang aneh, batin Raga.
“Biasanya lo selalu banyak bicara kalau lagi sama gue. Kenapa sekarang kebanyakan diemnya?” tanya Raga yang sama sekali tidak memutuskan pandangannya dari Yaya.
“Emm.. itu. Gue takut salah ngomong da takut juga buat Aga marah lagi.” Suara pelan Yaya itu membuat Raga tersentak.
Dapat Raga lihat bahwa Yaya menundukkan kepalanya. “Liat gue..” pinta Raga.Yaya mendongakkan kepalanya dan menatap Raga dengan intens, ia mengabaikan detak jantungnya yang berdegup kencang.
“Gue lebih suka kalau lo jadi diri sendiri. Gak perlu berhati-hati lagi kalau lagi sama gue. Selama lo gak buat kesalahan yang fatal gue janji ga akan marah, ga akan buat lo takut lagi.” Raga meyakinkan Yaya sembari menggenggam tangan gadis itu.
Mengangguk samar, Yaya tersenyum seraya membalas genggaman tangan Raga.💗💗💗
“Takut gue lama-lama liat nih bocah!”
Seruan Asa membuat Lala juga memerhatikan gadis yang saat ini tengah tersenyum lebar. Sangat lebar.“Ya!” Lala memanggilnya dengan mengguncang tubuh Yaya.
“Apa sih.” Gerutu Yaya.
“Lo kenapa dah? Dari tadi senyum-senyum gak jelas kayak gitu. Serem tau.” Asa berbicara sambil mengunyah camilan yang tersedia di kamar Yaya.
“Lagi seneng. Gak nyangka gue bisa jadian sama Aga.”
“Kita juga turut seneng kalau lo juga seneng, Ya.” Jawab Lala yang di angguki Asa.
“Makasih sahabat akuuuu.....” Yaya berteriak dan melangkahkan kakinya untuk memeluk Lala dan Asa.
Ini bukan akhir dari kisah cintanya. Masih panjang kisah kasih yang akan ia jalani dengan Raga. Begitu juga dengan kisah-kisah yang akan ia lalui dengan para sahabatnya.
Hidup terus berjalan. Menyesali semua yang telah berlalu tidak ada gunanya. Mungkin dengan memaafkan bisa meredam perasaan canggung ketika memori masa lalu itu kembali menguar.
Yaya berjanji dengan dirinya sendiri tidak akan melupakan rasa sakit dan ketakutan itu tetapi ia akan menjadikan pembelajaran apa yang akan ia lalui agar tidak mengulangi kesalahannya saat itu.Yeyyyyy🎉
KAMU SEDANG MEMBACA
B.U.C.I.N. | End
Teen FictionCinta datang karena terpaksa atau cinta datang karena terbiasa? Teman menjadi pacar, sahabat menjadi pacar, orang asing menjadi pacar dan yang dianggap pengganggu juga menjadi pacar. Pada akhirnya kata Bucin (budak cinta) mewakili masa remaja mereka.