Part-part galau nihhh...
Di hari itu juga saat sepulang sekolah Yaya langsung datang ke kediaman Raga. Berniat untuk meminta maaf karena sudah membuat lelaki itu sakit. Tak di sangka dirinya benar-benar memercayai ucapan Felix.
Sesampainya di depan pintu rumah Raga, gadis itu menata sedikit penampilannya dan menghembuskan dan membuang napas berkali-kali. Ia sangat gugup, dan ia merutuki air mata yang sedari tadi tidak mau berhenti itu.
Tok tok ...
Yaya mulai mengetuk pintu rumah Raga. Menunggu sekitar dua menit lamanya barulah terdengar suara pintu yang akan terbuka.
“Siapa?”Pertanyaan lembut itu membuat Yaya mendongakkan kepalanya. Dapat di lihatnya saat ini wanita paruh baya yang masih kelihatan cantik di umurnya yang tidak muda lagi. Dalam hati Yaya menduga pasti ini mamanya Raga.
“Cari siapa nak?” tanya Wanita yang di duga orang tua Raga.
“Hiks..”
Bukannya menjawab pertanyaan wanita cantik itu Yaya malah terisak kembali. Dia tidak sanggup kalau nantinya bakalan di marahin mamanya Raga.
“Loh loh kok malah nangis? Kamu kenapa Hem?” tanya Wanita itu mengelus rambut Yaya.
“Aa..aku mau tanggung jawab Tante. Hikss.”
“Kamu kenapa? Tanggung jawab apa?” tanya wanita itu panik.
“Aga...”
“Kamu kenal anak saya?” perkataan Yaya terpotong begitu saja oleh pertanyaan panik wanita itu.
“Masuk dulu yuk. Kita bicarain dengan kepala dingin. Kamu tenang aja Aga pasti bertanggung jawab.”
Yaya sedikit bingung mendengar penuturan wanita di hadapannya yang saat ini tengah menggandeng tangannya memasuki rumah dan mendudukkannya di sofa ruang tamu.
“Tunggu sebentar ya, saya buatkan minum dulu.” belum sempat Yaya berbicara wanita itu sudah pergi.
Yaya hanya menundukkan kepalanya, dia sangat takut di marahi mamanya Raga. Yang bisa gadis itu lakukan saat ini adalah memilin tangannya sendiri, dia cemas serta gugup dan bingung juga.
Tak berselang lama suara langkah kaki yang menuruni tangga membuat Yaya semakin kalut, apakah itu papanya Raga, batinnya.
“Aga!! Dasar anak kurang ajar kamu ya!!” teriakan menggelegar itu berasal dari wanita yang di duga adalah mamanya Raga dan berhasil membuat Yaya terkejut setengah mati.
“Bun... Apa-apaan sih teriak-teriak.” jawab seseorang yang baru saja menuruni tangga, ternyata Raga.
“Kamu apain anak gadis orang ha? Jawab bunda.” Raga mengernyit bingung, sebenarnya ada apa ini. Ia melangkahkan kakinya mendekati sang ibu tanpa menyadari bahwa di ruang tamu ada seseorang yang tengah menunggu mereka dengan ketar-ketir.
“Aga ga ngerti Bun.. ada apa sih?” tanya Raga lagi.
“Liat itu di ruang tamu. Ada anak gadis yang nangis-nangis bilang minta tanggung jawab kamu! Kamu apain dia!” perkataan panjang lebar sang ibu tak dipedulikan oleh Raga dan ia langsung memutar tubuhnya untuk bergegas ke ruang tamu.
“Siapa lo?!” sentak Raga saat melihat seorang gadis dengan kepala tertunduk dan bahu yang bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
B.U.C.I.N. | End
Teen FictionCinta datang karena terpaksa atau cinta datang karena terbiasa? Teman menjadi pacar, sahabat menjadi pacar, orang asing menjadi pacar dan yang dianggap pengganggu juga menjadi pacar. Pada akhirnya kata Bucin (budak cinta) mewakili masa remaja mereka.