Hay.
Malam hari pun datang. Tampak seorang gadis yang baru saja selesai mandi itu berjalan ke arah cermin dan ia mulai mengeringkan rambut basahnya.
Hening. Yaya tampak menimbang apakah ia akan langsung makan atau nanti saja. Pasalnya ia baru terbangun saat azan Maghrib berkumandang. Dari pada makan ia lebih memilih menunaikan sholat terlebih dahulu.
Selepas sholat Yaya turun ke dapur. Ia makan malam sembari menonton di ponselnya, biasanya dia makan selalu di temani candaan Abang-abang atau kakaknya lewat telepon. Tapi kali ini sepertinya mereka sibuk makanya Yaya lebih memilih untuk makan sambil menonton.
Makan sudah selesai Yaya melangkahkan kakinya ke kamar lagi. Nonton sambil meminum teh hangat.
Di lain tempat para sahabatnya itu tengah melakukan kegiatan mereka masing-masing. Jeff yang makan malam dengan kolega-kolega papanya, Stev yang menghadiri acara makan malam keluarga besarnya, Asa yang sibuk menemani Omanya yang baru saja sampai ke Indonesia pagi tadi, sedangkan Lala tengah merawat sang ibu yang sakit. Odi dan Jo mempersiapkan turnamen futsal antar sekolah, mereka sibuk latihan malam ini.
Hanya Yaya yang tidak ada kesibukan apa pun. Melihat sekitar kamarnya dan cangkir teh di tangannya Yaya menghembuskan napas. Akhirnya Yaya menyerah ia tidak mau mati kebosanan dan memilih untuk tidur.
💗💗💗
“Oh, lo juga ikutan turnamen kali ini?”
Pertanyaan tidak santai itu membuat Raga dan Felix mengangkat kepalanya melihat siapa yang memiliki suara itu. Ternyata Jo.
“Ekhem..” Raga berdehem sebentar.“Jo, jujur aja turnamen kali ini gue ikut karena ada lo.” Ujar Raga walaupun ragu.
Jo tidak mengatakan apa pun dan Odi yang di sampingnya menatap malas mereka berdua.
“Gue ikutan turnamen kali ini juga karena mau deketin lo. Gue mau minta maaf sebesar-besarnya karena kelalaian gue Yaya jadi...” Felix tak sanggup menyambung perkataannya.Jo mendengarkan tapi tidak mau merespon apa pun. Pandangannya kali ini jatuh ke arah Raga, menunggu lelaki itu ada yang mau di bicarakan atau tidak.
“Gu-gue juga sebenarnya pengen langsung minta maaf sama Aya. Gue salah, Jo. Gue akan ngelakuin apa pun asalkan bisa ngomong sama Aya langsung. Gue janji gak akan nyakitin atau ngasarin dia lagi.”
Penuturan panjang lebar dari Raga membuat mereka bertiga yang mendengarnya menganga tak percaya. Pasalnya sudah hampir dua tahun sekelas mereka tidak pernah mendengar Raga berbicara sepanjang ini bahkan dengan Felix, sahabatnya.“Kalau ada waktu gue sampaikan sama Yaya..” respon Jo.
“Itu pun kalau gue ada waktu,” imbuhnya lagi yang membuat bahu Felix dan Raga merosot.
Karena tidak ada pembahasan lagi mereka langsung memasuki arena dalam futsal mulai pemanasan dan berlatih sebentar.
Jo dan Odi bermain dengan sportif, mengesampingkan perasaan dongkol sekaligus marah ketika di hadapkan dengan Felix dan Raga.💗💗💗
Yaya terbangun. Tepat pukul sepuluh malam. Matanya berkaca-kaca karena tidak mendapati siapapun di sampingnya. Wajah marah itu muncul dengan tiba-tiba, ia menangis.Menangisi kebodohannya kenapa bisa menaruh hati kepada lelaki yang bersikap kasar kepadanya walaupun Cuma hanya kasar dalam perkataan.
“Aga jahat..” cicit Yaya.
Suda lama sekali dia tidak menyebutkan nama itu.
Mengambil ponsel sudah banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari para sahabatnya. Yaya langsung menelepon mereka satu persatu untuk mengabarkan bahwa keadaannya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
B.U.C.I.N. | End
Teen FictionCinta datang karena terpaksa atau cinta datang karena terbiasa? Teman menjadi pacar, sahabat menjadi pacar, orang asing menjadi pacar dan yang dianggap pengganggu juga menjadi pacar. Pada akhirnya kata Bucin (budak cinta) mewakili masa remaja mereka.