Kamu Cantik

6 2 0
                                    

"Kamu cantik, Ayang. Beneran deh."

Sedari tadi pasangan dengan berbaju couple berwarna hitam dan army itu sibuk cek-cok mengenai hal-hal yang tidak terlalu penting.

"Kayaknya aku gendutan deh, atau karena pitanya kali ya?" Lala melihat pantulan dirinya di kaca panjang yang menampakkan seluruh tubuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kayaknya aku gendutan deh, atau karena pitanya kali ya?" Lala melihat pantulan dirinya di kaca panjang yang menampakkan seluruh tubuh.

"Engga Ayang Lala. Di mata aku kamu cantik." Stev memegang bahu Lala supaya kekasihnya itu tidak memutar-mutakan badannya terus menerus.

"Nanti kamu pusing. Udah diem." Ujarnya lagi.

"Aku lihat mereka cantik pake baju couple nya kenapa pas di aku keliatan aneh. Gak suka!" Lala menundukkan pandangan nya menatap sepasang sepatunya dan sepatu kekasihnya.

"Memangnya kamu mau dilihat siapa hm? Sampai badmood kaya gini." Tanya Stev yang keliatan sudah mulai jengah.

Lala mengangkat pandangan, netra nya bertemu dengan netra coklat terang Stev. Dengan mata berkaca-kaca Lala mencoba berbicara namun bibirnya terasa kelu.

"Jawab aku, kamu mau di lihat siapa sampai seribet ini?" Stev mengulang kembali pertanyaan nya.

"Kamu."

"Aku pengen tampil sempurna di depan kamu, dulu sebelum kita jadian orang-orang taunya aku tomboi, style aku kaya cowok. Sekarang aku pengen tampil cantik kaya cewek di luaran sana. Maaf kalau aku malah kelihatan jadi cewek ribet." Dengan satu tarikan napas Lala sanggup mengutarakan apa yang mengganjal di hatinya.

Stev menganga tidak percaya melihat kekasihnya itu, pertama karena dirinya sedikit takjub karena Lala bisa berbicara secepat itu dengan kalimat panjang dan yang kedua karena sedikit tidak percaya karena Lala memikirkan bahkan mementingkan hal-hal yang menurutnya tidak perlu dipikirkan.

"Kamu tahu kalau yang kamu bilang barusan itu menurut aku terlalu gak penting?" Tanya Stev setelah diamnya beberapa saat.

"Dari yang kamu utarakan tadi cuma satu poin penting yang bisa aku bilang ke kamu," Stev menjeda ucapannya.

Di peluknya Lala dan ia berbisik, "Cukup kamu berpenampilan seperti kamu biasanya. Jadi diri sendiri, itu yang lebih aku suka. Kamu cantik, aku bisa jatuh cinta sama kamu karena style kamu yang dulu kan?" Ucap Stev panjang lebar sekalian sedikit modus untuk memeluk Lala lebih lama.

Dalam dekapan kekasihnya Lala mencerna dan meresapi setiap kata yang terlontar dari mulut Stev.

Stev benar, bukankah saat dirinya menyukai lelaki itu style tomboi nya masih menjadi ciri khas seorang Lala. Tanpa di sadari setelah berpacaran dengan Stev, ia mulai merubah penampilannya sedikit demi sedikit bahkan sahabat-sahabatnya mungkin tida ada yang mengetahui hal itu.

"Aku takut gak bisa jadi tipe gadis yang kamu idam-idamkan." Ujaran pelan itu kembali memasuki gendang telinga Stev.

Stev sedikit frustasi sebenarnya, ia berpikir apakah semua gadis selalu ingin merubah penampilannya demi sang pacar? Atau hanya kekasihnya saja yang seperti ini.

"Kalau kamu bukan tipe aku gak akan mungkin aku pacaran sama kamu bahkan sampai se sayang dan secinta ini sama kamu." Jawab Stev mulai serius, bahkan ini kali kedua Lala melihat keseriusan dalam ucapan dan tatapan Stev.

"Jujur aja sekarang aku bingung harus meyakinkan kamu gimana lagi. Atau kamu meragukan perasaan aku, Lala?"

Jika Stev sudah menyebut namanya berarti saat ini kekasihnya itu kemungkinan sedang marah.

"Maaf. Aku gak bermaksud meragukan perasaan kamu." Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Lala.

Ingin menangis namun Lala yakin itu bukan jalan keluar agar Stev luluh. Ingin memeluk tapi Lala tidak memiliki keberanian untuk memeluk kekasihnya terlebih dahulu. Jadi Lala harus apa selain menunduk dan meremat jari-jarinya.

Sedangkan Stev sendiri menghela napas dan mencoba membuang rasa marah, kesal, dan kecewanya.

"Sini aku peluk." Ujar Stev setelah keterdiaman di antara mereka.

Tanpa membuang waktu lama Lala langsung menghambur ke pelukan Stev, pecah sudah tangisan yang di tahannya sejak tadi.

Stev membiarkan kekasihnya menangis tanpa berniat menenangkannya, ia ingin Lala memikirkan lagi permasalahan mereka saat ini bahwa setiap pasangan tidak seharusnya mempunyai keraguan terhadap perasaan masing-masing.

Apalagi hanya persoalan paras. Wajah cantik wajah tampan itu semua adalah karunia yang diberikan oleh Allah. Ingat, di dunia ini tidak ada yang jelek semua sudah sesuai dengan porsi masing-masing dan ketika orang lain mengatakan seseorang jelek itu hanya perumpamaan yang ingin meninggikan dirinya dari seseorang itu.

Dan bagaimana pun keadaan pasangan kita wajib bagi setiap pasangan untuk selalu menerimanya dengan tangan dan hati terbuka, karena di saat pertama hubungan terbentuk itu artinya hati kita sudah mantap dalam memilih 'dia yang kita mau pada awal dan sampai akhir.











💗💗💗






"Kamu juga cantik kok." Dua pasangan lain yang ternyata mendengar semua percekcokan Stev dan Lala itu segera memberi tanggapan kepada lawan bicaranya.

"Apa?" Tanya si gadis bingung.

"Menurut Stev, Lala yang cantik. Kalau menurut aku, kamu yang cantik." Ujar lelaki tampan yang mengenakan baju lengan pendek itu.

"Aga jangan gombal ih, suka banget muji aku cantik. Malu tau." Yaya tersipu malu.

"Aku pacar kamu, udah sepatutnya aku selalu muji kamu cantik. Bukan hanya karena kamu cantik tapi menurut aku dengan muji kamu, aku bisa menghargai usaha kamu untuk terlihat cantik di depan aku. Makasih Ay." Penuturan panjang lebar Raga membuat Yaya senang.

Puji sebanyak mungkin dia yang saat ini sedang berusaha menampilkan yang terbaik untuk dirimu. Karena lelaki tidak tau bahwa kekasih yang di anggapnya biasa saja malah terlihat luar biasa di mata lelaki lain. Begitu juga perempuan, walaupun dirinya merasa lelakinya biasa saja tolong hargai dengan tidak membandingkan dengan lelaki lain.

"Terimakasih kembali Aga. Walaupun sebenarnya aku tau kalau aku ini cantik tapi tetap aja aku harus bilang terimakasih ke Aga."

Jika ujaran itu di selingi tatapan jahil mungkin Raga akan dengan senang hati menyahut dengan jahil juga tapi kekasihnya ini mengatakan hal itu dengan wajah serius yang jatuhnya malah kelihatan imut di mata Raga. Hatinya memberontak harus di apakan nya kekasih seimut Yaya ini.

"Kamu bisa aja ngejawab, Ay." Mengacak surai Yaya dengan gemas.

"Duh, jangan di acak-acak Donga Aga. Entar cantik aku hilang." Yaya mencebikkan bibirnya.

Cup..

"Si cantik ini akan tetap jadi cantiknya aku." Sebenarnya Raga sedikit geli dengan ucapannya yang spontan itu namun bagaimana lagi jika sedang bersama kekasihnya maka Raga seperti menemukan sisi lain dari dirinya.























B.U.C.I.N. | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang