Jadian 2

10 3 0
                                    

Di hari itu juga Lala mencoba jujur kepada Asa dan Yaya, kalau harus menghadapi para lelaki itu mungkin Lala belum siap.

“Memangnya si Stev ada pacar ya?” Tanya Asa bingung.

“Ada. Gue pernah liat dia sama cewek cantik di restoran Budaya.” imbuh Yaya sambil ngunyah keripik.

“Dia bahkan sering curhat masalah dia sama cewek itu ke gue.” bahu Lala tampak merosot.

Saat ini mereka tengah berada di kediaman Yaya tepatnya di dalam kamar bernuansa pink kecintaan Yaya.

Sepulang sekolah Asa memutuskan untuk membicarakan hal ini sebelum berbicara kepada para lelaki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang sekolah Asa memutuskan untuk membicarakan hal ini sebelum berbicara kepada para lelaki itu. Dan juga ingin memastikan perasaan Lala terhadap Stev itu seperti apa.

“Gue takut...” lirihnya ketika hening beberapa saat.

“Takut apa La?” tanya Yaya.

“Gue takut gara-gara ini kita jadi jauh sama mereka, terutama Stev. Gue takut dia merasa terbebani terus milih ngejauh. Gue takut, sumpah.” jawaban Lala yang panjang lebar itu membuat Asa menggaruk hidungnya walaupun tidak gatal.

“Gue juga bingung harus gimana. Pasalnya kita juga ga tau apa tanggapan si Stev nantinya. Iya kan?”

“Mungkin aja Stev cuma mau nanya kenapa Lala terus natap dia waktu nyanyi. Bisa aja kan?” kali ini perkataan Yaya membuat Asa dan Lala mengiyakan juga.

“Sebenarnya apa yang harus di takuti sih? Gue gak ngerti.” Yaya mengerutkan keningnya.

“Kalau lo bisa ngasih jawaban yang masuk akal gue yakin Stev yang bodoh itu ga akan curiga atau banyak tanya.” Kali ini Asa juga mengutarakan pemikirannya yang sudah terbuka karena perkataan Yaya barusan.

“Iya juga...” gumam Lala.

Hening beberapa saat, mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing. Namun tiba-tiba,

“Jadi sebenarnya lo suka sama gue?”
Suara dingin itu membuat tubuh ketiga gadis itu membeku terutama Lala. Kepala Yaya langsung mengarah ke arah pintu kamarnya, betapa terkejutnya ia karena di sana sudah berdiri para lelaki yang sudah menjadi sahabatnya.

“Ka.. kalian” gugup Yaya.

Asa memejamkan matanya. Tamatlah sudah, pikirnya.

“Iii-iini ga seperti yang kalian bayangin kok.” sergah Asa yang langsung mendekat ke arah mereka. Wajahnya benar-benar memelas.

Sedangkan Lala si tersangka hanya mampu menundukkan kepalanya bahkan saat ini air di pelupuk matanya akan terjatuh.

“Stev plis jangan marahin Lala ya,” pinta Yaya dengan wajah memelas yang siap menangis juga. Dipikirannya saat ini adalah para lelaki itu pasti tidak akan mau berteman lagi dengan mereka bertiga.

“Ga ada alasan buat gue marah.” jawab Stev tenang walaupun suaranya masih terdengar dingin.

“Boleh tinggalin gue sama Lala berdua?” permintaan Stev itu langsung di iyakan oleh mereka.

B.U.C.I.N. | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang