BAB 7

342 88 26
                                    

Orang lain emang cuma bisa komentar negatif. Tanpa tahu gimana perjuangan seseorang dalam menggapai mimpinya.

Waktu itu, selesai pertemuan ekskul, aku lihat kamu lagi duduk di depan ruang musik sambil ngelihatin ponsel kamu.

"Hai, selamat, ya, udah diterima di Harapan Musical. Oh, iya, lo udah denger playlist yang kemarin belum?"

"Udah, makasih, ya, Kak."

Tapi, di sana kamu kelihatan lagi nggak baik-baik aja. Kamu nunduk dengan mata yang berkaca-kaca.

"Lo kenapa, Nin? Kok, kelihatannya nggak seneng, sih? Lo, kan, keterima Harapan Musical diantara banyak yang nggak keterima."

Waktu itu, kamu bilang kalau kamu nggak kenapa-napa. Tapi, aku tahu di balik 'nggak papa' cewek, pasti sebenernya ada apa-apa. "Gue pernah denger, sih. Katanya, nggak papanya cewek itu tandanya ada apa-apa?"

Kamu menghela napas berat. Dan nggak lama kemudian, kamu ngelihatin ponsel kamu ke arah aku. Di sana, ada beberapa orang yang kasih komentar negatif di BAB baru cerita yang kamu tulis.

"Nggak papa, kok, Nin. Bukan berarti satu orang yang nggak suka sama karya lo, semua orang akan beranggapan hal yang sama. Nggak usah didengerin, lanjut aja nulisnya."

Mungkin, kata-kata aku saat itu justru bikin perasaan kamu nggak enak. Akhirnya, kamu noleh ke arah aku dengan tatapan penuh amarah. "Tapi, nggak akan segampang itu, Kak."

"Iya, gue tahu pasti nggak akan gampang untuk tetep bertahan di saat ada yang nggak suka sama lo. Cuma nggak ada salahnya, Nin, untuk lanjutin tulisan lo. Siapa tahu, kalau lo lanjutin, tulisan lo bisa terus berkembang. Gue pernah denger, tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai. Enggak semua hal buruk yang ada di dalam kepala lo itu akan jadi kenyataan."

Sumpah, waktu itu aku cuma mau nenangin kamu. Aku cuma mau bikin kamu tenang dan nggak sedih lagi. Tapi, mungkin saat itu waktu dan kondisinya lagi nggak pas. Waktu itu, kamu makin marah ke aku.

"Karena Kak Dimas nggak pernah ngerasain ada di posisi itu! Nggak semua orang lain akan bisa bertahan ketika dikasih komentar negatif, Kak! Jadi, Kak Dimas nggak bisa ngegampangin kayak gitu! Kakak pikir selama ini aku nggak coba buat terus nulis? Sekuat apa pun aku coba, hasilnya tetep sama aja, Kak! Hasilnya selalu kayak begitu! Mungkin, aku yang emang nggak pantes buat berkarya. Aku yang nggak pantas nulis!"

Kamu bener-bener marah. Aku cuma diem sambil ngelihat kamu karena nggak mau memperkeruh suasana.

Tangan kamu bergetar. Mata kamu berkaca-kaca. Mungkin, perkataan aku bener-bener nyakitin buat kamu waktu itu.

"Aku capek, Kak! Dan, Kak Dimas mungkin nggak akan ngerti gimana rasanya ada di posisi aku!"

Setelah itu, kamu pergi.

Saat itu, yang aku takutin adalah kalau kamu benar-benar pergi dan benci sama aku, Nin.

TBC

Author Note:
Apa satu kata buat Anin dan Dimas? Thanks for reading ❤️

Alya Ranti

Dari Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang