BAB 49

331 94 21
                                    

Aku pun memutuskan untuk pulang. Sekarang, aku berada di dalam mobil, menatap layar ponsel, lalu mengetikkan suatu pesan untuk Nada.

Dimas: Nad, nanti kalo mau dijemput, kabarin aja, ya.

Hampir lima belas menit, Nada belum juga membacanya. Jadi, aku beranjak pergi meninggalkan mall.

Mobilku mulai melintas di jalan raya Jakarta yang hari ini cukup macet. Untuk menghilangkan kebosanan, aku menyetel radio.

"Jadi, hari ini adalah gala premiere dari film Kita dan Segala Cerita di Dalamnya. Film yang diangkat dari best seller novel karena pembacanya bisa dibikin baper dan sedih kalo baca. Ternyata, masih ada rahasia yang baru terkuak dari novel Kita dan Segala Cerita di Dalamnya. Ternyata oh ternyata, novel ini adalah kisah nyata sang penulis dengan pacar di zaman SMA-nya, peeps!"

"Yang bikin lebih heboh adalah ternyata mantan pacar dari seorang Anindya Ramadhita adalah Dimas Prayuda yang menjadi peran utama di film tersebut. Saat ditanya di gala premiere tersebut, Dimas menjawab tidak terlalu susah untuk memerankan sosok Dhirga. Dia hanya perlu mengingat-ingat apa yang sudah dia alami di masa lalu. Dimas juga bilang, kalau Dhirga salah satu peran spesial yang nggak akan pernah dilupakan."

"Duh, aku nonton filmnya sih baper banget, guys. Sempet di dalam hati mikir kepengin punya pacar, deh, yang kayak Dhirga. Tapi, kisah semanis Anna dan Dhirga aja ternyata punya kisah pahit juga ya di dalamnya. Pokoknya, buat yang penasaran, kalian bisa nonton film ini dua hari lagi di bioskop kesayangan kalian! Nggak akan nyesel nontonnya karena film ini bagus banget!"

"Aku salut, sih, sama Anin dan Dimas yang di dunia nyata. Mereka bisa nerima masa lalu dan akhirnya bisa berteman lagi. Kalian juga bisa lihat sendiri, kan, siapa mereka sekarang? Seorang penulis dan aktor terkenal yang talentanya nggak perlu kalian ragukan lagi."

"Denger-denger juga, Dimas sekarang udah punya pacar bernama Nada. Gadis cantik itu ada bersama Dimas di gala premiere hari ini. Kalo Dimas sama Nada, Anin sama siapa, ya? Apa ada di filmnya? Tonton aja, 2 hari lagi!"

Setelah itu, alunan musik terdengar. Aku hanya tersenyum mendengarnya. Senang akan komentar positif yang didapat oleh peran ini.

***

Seharian, Nada nggak ada kabar. Sekarang sudah jam delapan malam. Satu jam yang lalu, aku chat Nada dan tanya apa dia udah ada di rumah atau belum, tapi masih nggak ada jawaban sampai sekarang. Chat dari tadi siang juga belum dibaca.

Ya, mungkin Nada lagi butuh waktu bareng sama temennya.

Tapi, aku mutusin untuk ke rumah Nada. Seandainya Nada belum ada di rumah pun, nggak masalah aku nunggu di rumahnya. Aku mau kasih sesuatu ke dia. Lebih tepatnya ... hadiah. Ya, hadiah karena selama ini dia udah ngertiin aku dan nemenin aku aja. Nggak ada hari atau momen spesial, aku cuma kepengin aja. Mungkin, dengan itu Nada bisa seneng.

Malam ini, hujan turun, sehingga aku memakai mobil lagi untuk ke rumah Nada. Jarak rumahku ke rumah Nada bisa dibilang cukup jauh, tapi nggak sejauh itu juga, sih. Lumayan.

Dimas: Nad, aku ke rumah, ya.

Sepanjang perjalanan, aku tersenyum tipis menatap banyak baliho di pinggir jalan berupa poster film Kita dan Segala Cerita di Dalamnya. Jakarta kalo hujan nggak tahu rasanya jadi lebih melankolis aja. Mungkin, aku emang nggak sepuitis kamu, Nin. Tapi ... nggak tahu, deh. Menurutku gitu aja. Jadi lebih melankolis hahaha.

Nggak tahu apakah Nada emang lumayan berubah atau emang aku aja yang lagi lebih sensitif? Akhir-akhir ini, untuk pendalaman film Kita dan Segala Cerita di Dalamnya, banyak lagu-lagu melankolis yang harus kudengerin. Yah, tapi masa sampe kebawa ke dunia nyata gini, sih?

Dari Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang