BAB 51

244 70 52
                                    

Hai, aku Alya.

Sebelum aku lanjutin part selanjutnya dari cerita Dari Balik Layar, aku mau minta maaf yang sebesar-besarnya ke kalian karena aku gantungin cerita ini selama 9 bulan, aku pikir itu waktu yang sangat lama.

Mungkin kalian ada yang udah lupa dari alur cerita ini.

Tapi mungkin juga ada yang masih nunggu-nunggu cerita ini buat update dari 9 bulan yang lalu.

Aku minta maaf, ya. Aku menghilang bukan tanpa alasan, melainkan karena ada satu dan lain hal yang akhirnya bikin aku trauma untuk menulis.

Trauma pribadi yang bikin aku rasanya selalu sesak, pusing, dan kalut sendiri setiap kali aku menulis, pekerjaan yang tadinya selalu aku lakukan setiap hari.

But, i know life must go on, right? Setelah 9 bulan, akhirnya aku bisa berdamai sama diriku sendiri dan kembali menulis. Balik menulis lagi karena aku tahu aku harus menyelesaikan cerita yang sudah kumulai.

Nggak ada yang mau sengaja untuk ngegantungin cerita ini selama itu. Nggak ada juga yang mau untuk ada di fase trauma yang menyakitkan selama 9 bulan.

Tapi, sekarang aku udah berdamai dengan keadaan, kok. Aku kembali untuk aku, kalian, Anin, dan Dimas!

Selamat membaca, aku sayang kalian semua!

Dari Balik Layar akan di-update setiap sore sampai tamat 🥹❤️

***

Sudah kamu ceritakan di buku pertama, keesokan harinya kita ada jadwal promo film Kita dan Segala Cerita di Dalamnya. Promo kali ini adalah sesi talkshow antara aku dan kamu. Karena pengakuan kita kemarin kalau cerita ini adalah kisah nyata, antusias penonton semakin meledak. Banyak juga yang bertanya-tanya di sosial media.

Akhirnya, pihak rumah produksi meminta talkshow session ini diadakan.

Sambil menunggu acara dimulai, aku mendengarkan musik dengan airpods, mencoba menenangkan diri agar bisa terlihat baik-baik saja dan menyenangkan di depan kamera. Padahal, kejadian semalam sebenarnya masih menyakitkan. Sedangkan, kamu tampak menatap diri di depan kaca, merapikan rambut, dan menatap wajah.

Kamu tampak mondar-mandir dan gelisah. Aku melepas airpods di telinga, lalu menatap tingkahmu yang tak tentu arah. "Kenapa?"

"Hah?" Kamu menoleh.

"Lo kenapa, sih, Nin? Mondar-mandir dari tadi."

Aku menunjukkan deretan gigiku. "Hehe, maaf, ya. Ganggu, ya?"

"Ya, nggak, sih."

Sekarang, kamu duduk di sampingku, menatapku dengan tatapan khawatir. "Aku nggak pernah dapet antusias dari netizen segede ini. Pernah, sih. Maksudnya, tapi, kan, biasanya antusiasnya sama buku-bukuku gitu. Tapi, sekarang antusiasnya beda ... sekarang ... sekarang, tuh."

Aku ketawa lihat tingkah polos kamu. Aku ambil sebotol air mineral, membukanya, lalu memberikannya padamu. "Minum dulu, jangan panik."

Kamu menarik napas, lalu membuangnya, dan melakukan itu berulang-ulang kali. Kamu lalu meminum air itu sampai habis dengan cepat.

"Jadi, tuh ... jadi ... biasanya orang antusias emang sama karyanya, kan, tapi sekarang antusiasnya tuh malah nanya-nanyain tentang kehidupan pribadi," jelasmu. "Tentang kisah cinta aku sama kamulah, tentang aku punya pacar atau nggak sekarang. Terus, semua media kayak mengarah ke kita gitu, deh. Aku jadi takut salah."

Dari Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang