BAB 59

233 65 20
                                    

Jika ini adalah bagian terakhir dari kisah kita, aku tidak pernah menyesal menuliskannya. Aku mencintaimu dari lembar prolog hingga epilog. Kamu akan selalu punya posisi di dalam buku itu. Atau bahkan, kamu berhak untuk memilih di lembar halaman mana yang kamu inginkan. Karena, di mana pun kamu mau berada, kamu akan selalu memiliki posisi itu.

***

Semenjak kejadian itu, kamu justru menjauh dariku. Kamu menempatkan dirimu sebagai penulis. Kamu hanya mencoba profesional, tetapi sisanya yang kamu lakukan adalah menjauh dariku. Untuk buku kedua yang kutulis, kamu beberapa kali membantuku, tetapi seperti yang sudah aku jelaskan, kamu menempatkan diri sebagai penulis.

Aku tidak menyalahkan keputusanmu untuk menjauh dariku karena itu semua sepenuhnya hakmu. Namun, aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku sama sekali tidak memiliki niat untuk menyakitimu, meskipun kenyataannya yang terjadi adalah aku menyakitimu terlalu dalam.

Seperti apa yang aku katakan, kamu sama sekali bukan opsi di dalam hidupku. Kamu tidak pernah menjadi pilihan. Antara kamu dan Nada, kalian dua orang berbeda yang memiliki peran berbeda di hidupku. Kamu sama sekali bukan pilihan.

Kamu adalah orang yang berperan penting untuk hidupku.

Nin, entah aku mengatakannya sebagai aktor atau sebagai sosok dari masa lalumu, tetapi aku tidak pernah menyesal bertemu denganmu. Aku tidak pernah menyesali pertemuan kita. Kalau aku tidak bertemu denganmu, mungkin tidak akan pernah ada Dimas yang sekarang.

Sebagai aktor, aku tidak pernah menyesal karena bekerja bersama denganmu. Kamu selalu professional menjalankan pekerjaanmu. Yang aku lihat, kamu tidak menganggap pekerjaan hanya sebatas pekerjaan. Kamu selalu melakukan pekerjaanmu dengan hati. Kamu selalu memikirkan dan merasakannya dengan hati.

Makanya, tidak heran jika bukumu memiliki label best seller, tidak heran jika kamu memiliki banyak penggemar, tidak heran jika sekarang kamu menjadi penulis kesayangan semua orang. Kamu tidak hanya berperan sebagai penulis untuk pembacamu, tetapi sebagai teman. Teman yang saling berbagi dan menceritakan hal yang ada di kepala banyak orang, lalu kamu tuliskan ke sebuah karya sastra.

Nin, aku bersyukur, beruntung, dan merasa bangga karena berperan sebagai Dhirga di film Kita & Segala Cerita di Dalamnya. Sampai kapan pun, mungkin ini akan menjadi film yang paling membekas dan berharga untukku. Aku selalu berharap jika memang kita tidak dapat berakhir bersama, aku masih bisa berperan menjadi tokoh-tokoh lain di ceritamu.

Akan tetapi, jika memang Dhirga akan menjadi tokoh terakhir yang aku mainkan di tulisanmu, aku tidak akan pernah menyesal. Aku akan selalu menyayangi tokoh Dhirga.

Aku kini berada di kamarku. Kamar yang sedari dulu menyimpan segudang cerita antara dan kamu. Kamar yang menjadi saksi bisu antara kisahku dengan kamu. Kamar yang menjadi saksi tentang percakapan konyol tentang impian dua remaja naif yang sedang memperjuangkan mimpinya masing-masing. Hingga akhirnya, kini kedua remaja naif itu sudah beranjak dewasa dan berhasil meraih mimpi mereka masing-masing.

"Kak, kalo suatu saat nanti Kak Dimas bisa bebas milih peran yang Kakak mau tanpa casting karena Kakak udah jadi aktor yang terkenal banget, Kak Dimas mau pilih karakter yang kayak gimana?"

"Karakter yang lo tulis."

"Ih, serius!"

"Gue juga serius! Lo nggak mau, ya, gue jadi aktor lo?"

"Bukan gitu! Cuma impian kita terlalu jauh nggak, sih?"

"Nggak ada kata jauh untuk sebuah mimpi, Nin. Gue yakin, kok, lo akan jadi penulis besar. Gue yakin itu."

Aku tersenyum miris, karena itu semua kini hanya menjadi kenangan.

Semuanya tinggal kenangan.

Aku membuka laptopku, aku masih harus menyelesaikan buku Kita dan Segala Cerita di Dalamnya 2. Namun, sebelum mulai menulis, aku mengambil ponselku terlebih dahulu.

Dimas Prayuda: Nin, kalo epilog itu biasanya isinya apa?

Aku lalu meletakkan ponselku, menunggu balasan dari sosok penulis hebat yang pastinya bisa membantuku menyelesaikan novel ini.

Beberapa saat kemudian, notifikasi masuk ke dalam ponselku.

Anindya Ramadhita: Biasanya, sih, epilog isinya bisa kesimpulan atau pesan moral yang akhirnya bisa diambil dari novel itu. Aku biasanya bentuk narasi.

Dimas Prayuda: Oh, I got it. Thank you, ya, Nin. Nanti kalo gue bingung, gue tanya lagi, ya.

Tak lama setelahnya, kamu langsung membaca pesan itu. Hanya membacanya, tidak membalasnya lagi.

Aku mulai membuka laptop dan menulis, menulis bagian terakhir dari Kita dan Segala Cerita di Dalamnya 2.

Anna, ini Dhirga. Setelah kisah panjang di dalam buku ini, akhirnya kisah kita selesai. Mungkin, kisah kita selesai dengan cara dan akhir yang sebenarnya tidak kita inginkan. Namun, aku tidak pernah menyesal karena mengenalmu, Na.

Terima kasih. Terima kasih pernah menjadi sosok malaikat kecil yang datang ke hidupku. Terima kasih telah menjadi warna di dalam hidupku yang saat itu kelabu.

Na, mungkin pada akhirnya kisah kita menyakitkan, mungkin akhirnya adalah yang tidak kita inginkan, tapi aku bahagia, Na. Bahagia pernah mengukir kisah bersamamu, bahagia pernah menghabiskan waktu denganmu, bahagia dan bersyukur atas apa yang pernah kita lalui bersama.

Kau tahu, Na? Aku selalu sayang kamu. Aku tidak pernah sama sekali ingin menyakitimu. Tidak, tidak ada sedikit pun niat untuk itu. Namun, nyatanya yang aku lakukan telah menyakitimu.

Kamu selalu memberi ruang padaku untuk bahagia.

Mungkin, sekarang itu yang harus aku lakukan, meskipun ini sama sekali bukan yang aku mau. Walaupun, pada akhirnya ruang bahagia itu tidak bersamaku.

Benar katamu, aku bisa berbahagia. Kamu juga bisa berbahagia. Namun, aku dan kamu terlalu menyakitkan.

Aku tidak pernah menjadikanmu pilihan, Na. Tidak pernah. Kamu adalah bagian terindah di hidupku yang pernah Tuhan berikan.

Na, maaf dan terima kasih. Mungkin dua hal itu yang harus aku sampaikan padamu.

Jika ini adalah bagian terakhir dari kisah kita, aku tidak pernah menyesal menuliskannya. Aku mencintaimu dari lembar prolog hingga epilog. Kamu akan selalu punya posisi di dalam buku itu. Atau bahkan, kamu berhak untuk memilih di lembar halaman mana yang kamu inginkan. Karena, di mana pun kamu mau berada, kamu akan selalu memiliki posisi itu.

TBC
Author Note:
aku sedih karena Dari Balik Layar selesai di part 60, sedih harus berpisah sama Anin—Dimas, sedih pisah sama kalian yang udah nungguin cerita ini selama kurang lebih dua tahun 🥹 i'll miss u guys! 💗

Alya Ranti

Dari Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang