Masih di depan cermin. Renata menahan napas sesaat, ia tak sanggup membayangkan lagi tubuhnya dimangsa.
Ia menekukkan lutut, belahan gaun menunjukkan kaki jenjangnya juga senjata yang sedari tadi sudah berada di sana. Ia membuka klip yang melingkar di paha kencang dan padatnya, lalu mengeluarkan sebuah Revolver tua dari sana.
Dengan perlahan ia berjalan ke meja rias. Membuka salah satu laci, kemudian meletakkannya di sana. Sebelum menutup, ia terhenti, Renata malah mengambilnya lagi, mengeluarkan benda mengkilap tersebut, kemudian mengusap inisial yang terukir di pegangan berlapis kayu poles.
Entah kenapa, tadi ia memutuskan membawa jenis ini. Biasanya Renata akan mengganti dengan senjata handgun semi otomatis, yang lebih praktis untuk dibawa ke mana-mana. Mungkinkah sebuah firasat?Ia tersenyum sesaat, ketika membayangkan masa lalu. Masih diingatnya dengan jelas hari itu.
Flashback ON
“Selamat ulang tahun, Renata.” Seorang pria paruh baya tersenyum lembut. Ia memegang sebuah kotak putih berpita merah muda di atas meja.
“Woah! Ayah tak melupakannya?!” Renata kecil yang baru saja memasuki ruang kerja sang ayah, langsung tersenyum lebar. Matanya berbinar-binar. Ia berlari ke arah lelaki berjas itu.
Segera pula sang ayah, memiringkan tubuh lalu menyambut sang putri yang datang memeluknya. “Ayah tak mungkin melupakannya, Renata.”
Mata biru gadis kecil itu berbinar-binar. “Aku senang Ayah tak sampai melewatkan hari ulang tahunku.”
“Itu tak akan terjadi, Sayang.” Enrico menarik diri pelan. Kemudian duduk dan membawa Renata ke atas pangkuannya. “Astaga! Kau semakin besar dan berat saja! Ayah khawatir tak bisa memangkumu lagi.”
“Itu bohong! Buktinya, Ayah masih sering memangku Ibu!”
“Hahaha.” Lelaki itu terkekeh lantas mencubit hidung Renata. “Kau pintar sekali. Sudah berapa usiamu? Enam? Tujuh?”
“Delapan, Ayah!”
“Ah, aku salah menebak.”
“Ayah berpura-pura lagi.”
“Sepertinya kau semakin sulit dibohongi?”
Renata tersenyum bangga.
“Well, seperti janji Ayah. Ini dia hadiah untukmu, Sayang. Bukalah.”
“Woaaah! Benar-benar ada!” Renata mendekati meja. Tangan kecilnya langsung menggapai kotak dengan terburu-buru. Segera ia menarik pita yang menjadi pengikat antara kotak dan tutupnya.
“Pelan-pelan saja, Sayang. Tak akan ada yang mengambilnya darimu.” Suara pria itu berbisik lembut di telinga Renata.
Namun, tanpa menghiraukan sang ayah, ia tetap saja membuka dengan cepat dan bersemangat.
“Hk!” Renata terdiam takjub saat melihat apa yang ada di dalam kotak itu. “I-ini, pіstol sungguhan?” Mata Renata mengedip-ngedip pelan. Benda itu terlihat mengkilap, berat, dan tidur tenang di tempat mal beludru.
“Ya. Ini Revolver, senjata pertama Ayah yang sudah lama tertidur dalam berangkas.”
“Wooah!” lagi ungkap Renata kagum.
“Meski sudah cukup tua. Namun, ayah bisa menjamin, ia masih berfungsi dan terawat dengan baik,” lanjut Enrico, bahkan menggunakan kata ‘ia’ untuk sebuah senjata. Seakan benda tersebut adalah makhluk hidup yang memiliki nyawa. “Bukankah sudah lama kau ingin memiliki senjatamu sendiri?”
Dengan cepat gadis kecil yang diberikan hadiah tak biasa itu mengangguk-angguk.
“Maka dari itu, sekarang, ayah akan mewariskannya padamu.” Enrico tersenyum santai, bagai memberikan boneka untuk anak perempuan. “Lihatlah, ini indah sekali. Mengkilap seperti baru. Ayah juga menyuruh mereka menambah ukiran inisial namamu ke sana. R. L, Renata Louise, pemimpin hebat klan Louise selanjutnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEAUTIFUL MAFIA (EROTICA ROMANCE)
RomanceBLURB: Darren menginginkan Renata sejak awal kekuasaannya. Ia mendapatkan semua yang diinginkannya, kecuali Renata. Mafia cantik dari klan Louise yang memiliki satu per tiga wilayah San Fransco. Sesuatu tiba-tiba terjadi, Renata terjebak. Darren men...