Darren memilih area rooftop bar sebagai tempat menunggu Renata. Ia tengah berada di apartemen mewahnya di gedung bertingkat. Tampil begitu necis dengan mengenakan kemeja hitam mahal berlengan panjang. Darren menggulungnya sampai ke siku. Tampak bulu di tangannya terlihat menambah gairah.
Kancing baju bagian atasnya sengaja dilepas. Mengizinkan otot dada yang kekar, padat dan liat sedikit mengintip. Kekerasan dan harga diri bagai mencuat di sana.
Dengan celana kain hitam yang juga mengetat elegan di paha, ia memperlengkap penampilannya dengan ikat pinggang berwarna sama, dan kepala gesper kotak silver, berukir keangkuhan serigala di tengahnya. Sebuah lambang di mana ia memimpin sekarang.
Sepatu fantopel, dan jam tangan mewah menjadi pelengkap dandannya. Sebuah cincin di kelingking sebelah kiri pun, telah menjadi benda yang tak pernah ia lepas.
Suasana outdoor pada malam senja menampilkan pemandangan yang menarik. Langit yang belum benar-benar gelap, lampu-lampu gedung yang begitu gemerlap dengan sombongnya menampilkan cahaya dengan bangunan-bangunan tinggi, siap bersaing dengan bintang yang akan berkelip di langit malam.
Kini, angin menjadi penyejuk alami untuk jiwanya yang haus. Lelaki itu sudah gelisah sejak malam kesepakatannya dengan Renata.
Ia bahkan tidak benar-benar tidur dengan nyenyak. Kepalanya pening menahan hasrat yang menguar. Menanti hari ini tiba, hari di mana ia akan melepaskan semua pendambaan yang selama ini ia simpan rapat.
Ada sebuah dendam rahasia pula di balik ambisinya, yang membuat seorang Darren Ludovic begitu membara terhadap wanita itu.
Darren tersenyum tipis saat menatap ke arah anggur merah yang di pegangnya di atas meja kotak bertaplak putih. Ia menggerakkan tungkai hingga isi di dalam memutar-mutar di dalam gelas.
Bayangan Renata menghantui pikirannya. Ia tersenyum kecil saat menatapi pantulan diri. Menunggu wanita yang sedang dijemput itu dengan tidak sabar.
"Tuan Darren!" Panggilan itu kembali merebut atensi lelaki penguasa tersebut. Menyadarkannya dari lamunan sesaat.
Seorang anak buah yang memiliki akses bertemu langsung dengannya, tiba-tiba datang dengan muka pucat dan ketakutan.
Hal itu membuat wajah angkuhnya mengernyit dalam. Demi apa! Jangan bilang ada masalah di saat ia telah menunggu lama hari spesial ini.
"Ada apa?!" tanyanya tegas.
"Saya benar-benar minta maaf, Tuan Darren." Ia menunduk dalam. Tak kuasa memandang wajah yang menatapnya dengan nyalang dan penasaran.
"Katakan sekarang! Kau tahu aku tidak suka bertele-tele! Apa yang terjadi?! Hah?"
"Raylie ...." Glup! Ia menelan saliva saking takutnya. "Raylie Louise, adik Nona Renata berhasil kabur dari tahanan kita."
"APA?!" Mata abu itu menyala dengan murka. Ia membelalak lalu menukikkan alis bergaris tebalnya.
"Saya juga tidak mengerti bagaimana ia bisa kabur, Tuan. Sepertinya ada orang lain yang membantunya."
"Brengsek! Cari bocah itu sampai dapat! Jaga semua jalan kembali ke tempat Renata! Jangan sampai ia berhasil ke sana sebelum Renata sampai! Malam ini tidak boleh gagal! Pastikan wanita itu tidak tahu soal ini! Kesepakatan harus tetap berlanjut!"
"Baik, Tuan Darren!" Dengan gemetar lelaki itu segera beranjak. Masih untung ia tidak dibunuh saat ini.
"Arrrggghhh!" Darren menggeram kesal. Ia meremas gelas di tangannya.
Prank!
Benda itu pecah! Tak bisa menahan kekuatan amarah Darren. Beling melukai tangannya. Namun, Darren tak peduli. Hatinya resah dan penuh dengan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEAUTIFUL MAFIA (EROTICA ROMANCE)
RomantizmBLURB: Darren menginginkan Renata sejak awal kekuasaannya. Ia mendapatkan semua yang diinginkannya, kecuali Renata. Mafia cantik dari klan Louise yang memiliki satu per tiga wilayah San Fransco. Sesuatu tiba-tiba terjadi, Renata terjebak. Darren men...