Tears and Moaning - Its Not Finish Yet

11.7K 305 0
                                    

Tears and Moaning - Its Not Finish YetMenyadari ketidakberdayaannya. Renata hanya bisa terus memalingkan wajah. Ia sama sekali tidak mau melihat ke arah Darren.

Namun, sebuah tangan yang kokoh dan jemari yang kekar, meremas dagunya. Menariknya dari posisi berpaling. “Jangan berpaling dariku!”

Renata tetap mempertahankan posisi wajahnya. Ia tak mau melihat wajah bajingan yang akan merenggut kehormatannya malam ini. Tak peduli seberapa tampannya dia.

“Lihat aku, Renata! Lihat ke sini!” Darren memaksa wajah itu agar berpaling menghadapnya. Cengkeraman jemarinya bahkan masuk ke rahang Renata. Membuat mulut dengan bibir merah coralnya terbuka.

Dan begitu wajah cantik itu melihatnya. Darren kembali memamerkan senyum iblis. Kepalanya bergoyang bersama alis yang terangkat sesaat. “Kau siap?”

Kali ini Renata memandangnya dengan penuh amarah dan benci. Mata biru itu menusuknya begitu ganas.

“Ya, Sayang. Begitu caranya. Tatap aku dengan semua kebencian yang kau punya. Aku lebih suka!” Darren kembali meringis, lalu menyusupkan jempol tangannya ke dalam mulut Renata.

Bagian jari terbesar itu menggeliat mengambil tempat di dalam, dan menekan bagian tengah lidahnya, dengan sensual.

Renata mendesah dari mulutnya yang terbuka. Menatapi Darren dengan terengah.

Jempol yang seakan pawang penakluk lidah itu, terasa begitu mendesak. Herannya hal tersebut malam membangkitkan gairah Renata.

Dorongan adrenalin terasa luar biasa. Apalagi aksi itu disertai dengan ringisan Darren yang menahan gairah.

“Jangan coba-coba menggigitnya!” perintah lelaki itu dengan napas terengah. Tangan kirinya kini sibuk membuka kancing celana dengan terburu-buru.

Renata makin gugup dengan semua ini. Namun, ia hanya bisa memandang lelaki itu, dengan semua ekspresi brengsek yang terbawa.

Sayangnya, ekspresi terangsang di wajah jantan itu, malah membuat Darren terlihat seperti jahanam tampan yang menggairahkan.

Matanya berkabut gelap. Desahannya serak.

Rahang tegas, hidung mancung, kelopak mata sayu. Juga alisnya yang lurus dan lebat, serta rapi alami seperti pedang itu, begitu memengaruhi Renata.

Ia tak bisa mengabaikannya.

Dahi Darren terlihat sempurna, apalagi ditemani sedikit rambut yang berantakan dan berayun jatuh hingga ke keningnya. Dada itu lebar dan menantang. Otot-ototnya yang tak terkurung, liat dan padat membuat Renata bernapas makin sesak.

Sreeekkk!

Bunyi mengerikan itu akhirnya terdengar. Darren menurunkan ritsleting, dan membebaskan miliknya yang sudah menuntut sejak tadi.

Ada erangan seksi nan gahar yang terdengar keluar dari mulut lelaki itu, ia menarik jempolnya keluar dari mulut Renata.

Dengan erat, ia pun memegangi paha mulus itu, lalu mendorongnya sedikit ke atas. Membuka lebih lebar.

Dapat dirasakan Renata tangan buas Darren mencengkeramnya. Setiap detil dari jari-jari itu terasa menusuk dalam otot pahanya.

Renata turut sesak, Darren membuka tungkai itu semakin lebar untuknya.

Gemerutuk gigi, terdengar saat ia memosisikan diri di sana.

Renata memejam mata erat, dan mengerutkan wajah. Mengeraskan tubuhnya untuk menahan saat-saat ini.

Saliva ditelannya sulit. Dengan jelas ia dapat merasakan sesuatu menempel pada miliknya yang berharga. Sesuatu yang besar dan keras, mulai mendesak di sana.

THE BEAUTIFUL MAFIA (EROTICA ROMANCE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang