How Could It Be?

6.2K 205 15
                                    

Enggan memandang kain hitam tipis dan transparan yang tak layak disebutnya pakaian itu, Renata pun kembali menaruh di dalam paper bag dan membantingnya ke samping kasur.

“Brengsek! Ergh!” Ia mengacak rambutnya yang sudah berantakan.

Kesal dengan semuanya, Renata mencoba untuk kembali tenang. Marah dan emosi hanya akan semakin menguras energinya. Bisa-bisa ia semakin tak berpikir jernih. Bahkan menggila di tempat ini.

Mata biru itu mengerling lagi ke arah makanan yang sudah ditata cantik ke atas meja. Renata pun berdiri dan melangkah ke sana.

Dari tadi, ia sudah mencium aromanya samar-samar.

Tak bisa dibohongi, Renata adalah manusia biasa yang juga tergoda saat perut benar-benar kosong. Mengetahui semua jalannya buntu, dan dengan tetap bersih keras tak makan pun, kemungkinan besar Darren tetap saja tidak peduli padanya.

Oh, dilihat dari sikap lelaki itu, Darren bahkan akan tetap menyetubuhinya berkali-kali meski Renata pingsan. Sakit. Atau kelaparan.

Lemah hanya akan membuat Renata semakin kurang waspada. Meski ia tahu, Darren tak akan membunuhnya, karena hal itu berisiko pada perang antar Klan.

Dengan beberapa pertimbangan, ia pun mendekat ke sana.

Sang pemilik mata biru yang indah dan tajam itu, tak langsung duduk, dan memilih memandangi mejanya dulu.

Tampaknya makanan ini masih hangat. Uap bahkan terlihat mengepul samar-samar di atas bubur yang menggoda selera ini. Membelai udara, dan menebar aroma nikmat, Lembut, dan lezat. Yang mengaktifkan respons otaknya terhadap hormon ghrelin yang dilepaskan tubuh, untuk memberikan alarm waktu makan.

Renata menarik napasnya dalam-dalam. Lalu melepas sekaligus kemudian.

Sungguh! Percuma ia melakukan mogok makan atau aksi sejenisnya. Nyatanya, hal-hal merajuk hanya berlaku pada orang yang peduli dan menyayangi.

Dan Darren?

Memangnya siapa Darren Ludovic itu?

Ia memang bertujuan untuk menghancurkan dan mempermalukan Renata. Merebut kehormatan, serta keangkuhannya yang tak terjamah.

Sungguh, diakui Renata, ia seharusnya bisa berpikir lebih cerdas. Namun, berada di tempat ini saja, sudah menjadi momok paling bodoh dalam hidupnya.

Ch!

Renata berdecak, dan akhirnya memilih duduk di depan meja yang kini dijadikan tempat makan.

Mereka bahkan menyediakan serbet dan tatanan khas restoran bintang lima.

Krrrryyykkkk....

“Eh?” Renata mengedip cepat. Lantas memegang perutnya.

Demi apa malah berbunyi. Ia menelan saliva, mengambil sendok perlahan, dan dengan tak begitu buru-buru. Menyelupkan benda stainless steel mengkilap itu ke dalam bubur.

Dikecapnya makanan itu sedikit pada ujung sendok, lalu memasukan seanteronya.

Alis Renata terangkat kemudian. Memang rasa tidak pernah bohong. Ini lezat, legit, dan hangat. Apalagi saat ditelan.

Rasanya bubur berisi daging salmon ini, masuk dan menghangatkan tenggorokannya. Ia sangat suka, cocok dengan seleranya. Renata bahkan mempercepat laju makan.

Ini makanan enak. Dan ia memang sedang lapar.

Renata pun menikmatinya sendiri di kamar yang begitu luas ini.

***

Sementara itu.

Di sisi lain.

Darren sudah selesai membasuh wajahnya. Ia mengelap dengan handuk dan menatapi pantulan diri di depan cermin.

THE BEAUTIFUL MAFIA (EROTICA ROMANCE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang