You AssHole!

7.9K 246 9
                                    

Follow Liemey_Ivi dulu, dong, Kakakku sayang. 🤗

Rosita kembali dan mengaturkan sarapan untuk Renata.

Gadis itu benar-benar membawakannya semangkuk bubur, dan roti. Di sampingnya, ada banyak side dish yang bisa ditambahkan sebagai pelengkap, mulai dari bawang hijau, seledri, sup hangat, bawang goreng, jamur, sambal dan beragam jenis yang lainnya.

Renata menatapi semua piring-piringan itu ditata ke meja di depannya. Lalu kembali mengangkat pandangan, menatapi Darren dengan tatapan ganas.

Well, aroma dari makanan ini sangat menggiurkan. Merengsek masuk tanpa izin ke indera penciumannya.

Renata memang sedang kelaparan pagi ini. Pergulatan semalam membuat perutnya protes. Namun, tentu saja ia tak mau kalah dengan itu. Harga diri tetap nomor satu.

Dipandanginya Darren dengan tatapan tak mau kalah. Dan tak akan bisa kalah.

“Silakan, Nona Renata.” Rosita tersenyum saat selesai menata, bahkan menuangkan teh hangat untuknya. “Bila ada tambahan lagi, Anda bisa memanggil saya.” Gadis itu berucap pamit.

Namun, Renata hanya diam. Tak menanggapi sedikit pun.

Untuk apa?

Fokusnya adalah menatapi Darren dengan nyalang. Serta membaca setiap mikro eskpresi yang ada di wajah si bajingan itu.

“Well, Terima kasih, Rosita,” ucap Darren sambil tersenyum tipis, ia malah mewakili Renata. Sungguh, wanita itu hanya sibuk menatapi Darren dengan tatapan ingin menerkam.

Gadis pelayan itu pun tersenyum lagi dan menjawab dengan sopan, “Sama-sama, Tuan Darren.”

Rosita undur diri. Namun, hanya melipir di sekitar sana. Stand bye menunggu perintah.

“Makanlah, Renata,” tawar Darren kemudian.

“Sampai kapan kau puas?!” Tak menjawab atau melakukan apa yang sudah dipersilakan.  Renata malah menyerang Darren dengan pertanyaan, ia masih geram dengan perkataan Darren tadi. Belum puas juga dengan jawaban tak terukur yang Darren berikan.

Sampai puas? Apa-apaan itu?

“Ch!” Darren lantas berdecak dan terkekeh kecil. Ia memegangi bibir bawahnya yang seksi dengan telunjuk, sembari melihati Renata dengan tatapan sangat tertarik.

Sungguh! Pose itu membuat Renata makin kesal, tapi juga meremang.

Lagi pula, untuk apa dia memainkan bibirnya seperti itu?

“Tergantung, Renata,” jawab Darren.

Renata mengetatkan rahangnya lagi. Ia refleks memangku kaki seperti kebiasaannya. Namun, hal itu membuat ia sedikit terjingkat dengan nyeri.

Ekspresi tersebut dapat ditangkap Darren samar-samar. Ia tersenyum tipis. Tahu bagaimana keadaan wanita di depannya. Meski ia pun mengakui, Renata adalah yang wanita kuat, apalagi untuk ukuran seorang perawan. Sungguh, ia masih tak menduga hal itu.

“Aku ingin kejelasan!” Renata menambah geram di ujung kalimat. Padahal itu sudah sekaligus untuk rasa nyeri di kakinya.

Lagi Darren tersenyum santai. “Hmmm. Aku akan puas, saat aku mengatakan demikian. Dan semua tergantung bagaimana kau bisa memuaskanku.”

“Kau benar-benar keparat! Katakan apa yang harus kulakukan agar memuaskanmu?! Lalu lepaskan aku dan orang-orangku dari sini!”

“Wooohh. Sabar, Beautiful. Kau membuatku terangsang pagi-pagi begini.” Suara Darren berubah serak. Dalam. Dan bernafsu. Alisnya terangkat menggoda. “Apalagi, semuanya belum tuntas tadi malam. Kau tahu betapa tersiksanya aku, demi dirimu? Hm?”

THE BEAUTIFUL MAFIA (EROTICA ROMANCE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang