Erotic Memories

8.4K 245 10
                                    

Jangan lupa Follow dan Votenya, ya, Kak. Hehehe.
Oh, ya, di FIZZO udah 87 Bab.  Langsung ke sana aja, yuk. 🥰😍🤩 Biar bacanya gak kepotong2.

🥰🥰🥰

“Bagaimana keadaan Renata? Apa dia sudah menghabiskan makanannya?” Pertanyaan itu langsung meluncur dari bibir tegas Darren.

Setelah Jhavi pergi. Ia segera menelepon Rosita. Pembicaraan tadi, malah membuatnya semakin mengingat tentang sang Beautiful Mafia.

“Kami membawa makanannya ke kamar, Tuan Darren,” jawab Rosita sopan. “Dan tadi, Nona Renata menerimanya dengan baik.”

“Bagus. Bagaimana dengan pakaiannya? Ssshhh.” Darren mengangkat sedikit alis, sembari menarik asap dari cerutu. Ia mendongak kemudian menebarkan asap beraroma tembakau ke udara.

Jakunnya bergerak naik turun. Mata abu-abu itu menyipit. Sementara kedua tungkainya masih menyilang di atas meja. Pikiran Darren melayang, membayangkan Renata dengan segala kebejatan di otaknya.

“Nona Renata sudah menerimanya.”

“Dia tidak protes?”

“Beliau marah, meminta pakaian yang lain, tapi saya tidak memberikannya sesuai instruksi Anda.”

Salah satu sudut bibir Darren langsung terangkat naik dengan cara yang kurang ajar. Dia malah bisa membayangkan bagaimana kesalnya wanita itu. Oh, Renata mungkin mengamuk dan membanting gagang telepon. Menendang pintu. Mengacakkan kamarnya, atau apa saja untuk melampiaskan amarah dan kesal.

“Lalu?” tanya Darren lagi.

“Ah, Nona Renata juga menitipkan pesan pada Anda.”

Darren makin tersenyum. Ia bahkan tak pernah menyeringai seperti ini sebelumnya. “Katakan! Sshh.” Lagi ia menghisap cerutu hingga dua pipinya masuk ke celah antara rahang, kemudian berdesis.

“Aku akan membunuhnya setelah keluar dari sini!” Rosita menyampaikannya telak, dan persis seperti yang dikatakan Renata.

Gelak tipis terlepas. Lagi, Darren jadi memamerkan giginya pada speaker telepon, ia lalu menurunkan kaki dari meja. “Itu terdengar seksi. Aku jadi penasaran dia akan membunuhku seperti apa. Ch!” decakan keluar kemudian. “Lalu, apa yang dia lakukan sekarang?”

“Nona Renata meminta saya menyiapkan perlengkapan mandi, juga meminta handuk. Saya rasa, saya harus memberikan yang ini, Tuan Darren.”

“Ya, tak masalah. Tapi, tahan dulu. Jangan berikan sekarang,” instruksi Darren lagi. Alisnya terangkat naik satu senti. “Biar aku saja yang ke sana dan memberikannya.”

Tssss!

Asap mengepul!

Ujung cerutu yang menyala, dipadamkan Darren ke asbak kristal di atas meja. Mendengar tentang Renata, membayangkan kemarahan dan kegaharan serta ancaman wanita itu, sungguh membuat libidonya naik memuncak.

Kepalanya pening. Otot-otot perutnya mengencang.

Segera ia tinggalkan benda silinder yang biasanya sangat ia sukai itu daam keadaan setengah habis. Ia mengambil slim blazer di belakang kursi, lalu beranjak sambil berbicara di telepon, “Dan jangan beri tahu dia.”

Tanpa membantah apa pun, Rosita langsung menjawab, “Baik, Tuan Darren.”

***

Renata sudah menunggu lama, tapi entah kenapa Rosita malah belum juga datang membawakan apa yang dimintanya dengan sangat jelas. Dia sudah gerah dengan semua yang melekat di tubuhnya.

Dengan emosi, Renata kembali menghubungi.

“Iya, Nona Renata. Ada yang bisa saya bantu?” Suara itu bahkan menjawab seakan tak memiliki dosa atau hutang apa pun.

THE BEAUTIFUL MAFIA (EROTICA ROMANCE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang